Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Siasat Chika dan Teteh Rika

6 September 2018   09:40 Diperbarui: 6 September 2018   22:08 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh Gatot Tri

"Eee.. kita baik-baik saja Teh.." kata Jaka dengan senyum agak terpaksa. Hubungan Chika dan Jaka memang kadang membara kadang reda. Tetapi mereka sebenarnya sudah saling suka. Jadi, hubungan mereka kurang lebih baik-baik saja.

Teteh Rika tersenyum, membuat pulasan tebal gincunya makin merah merona. Kini posisi kepalanya agak dimiringkan ke kanan membuat Jaka seketika terpana. Tak mengira Teteh Rika bakal menggodanya. Wajahnya sungguh elok dipandang mata walau sudah berkepala tiga dan beranak tiga. Tapi Jaka lekas tersadar dari imajinasinya.

"Sok diminum kopinya, Jaka.." kata Teteh Rika yang mulai mengelap meja kerjanya yang terkena luapan air kopi dan teh serta beberapa ceceran gula. Terdengar lagu "Sengsara" dari Ade Irma mengalun dari pelantang suara di atas meja.

Teteh Rika mengelap meja kerjanya sambil menggerakkan tubuhnya, menggoyangkan pinggulnya yang nampaknya kompak dengan nada. Adegan singkat itu sukses membuat beberapa pemuda dan ayah muda di meja sisi utara menganga. Jaka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak lama, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima. Para ayah muda nampak satu per satu menerima panggilan telepon dari para istrinya. Mereka segera beranjak dari warung Teteh Rika. Beberapa ayah muda yang masih belum dihubungi masih nampak di sana, nampaknya pura-pura membaca.

Jaka mengamati mata dua orang ayah muda dari kampung tetangga yang masing-masing memegang koran nampak sedang membaca. Tetapi anehnya bola matanya mengarah ke depan, ke arah Teteh Rika yang sedang membuka lemari gantung di atas meja kerjanya. Bagian atas blusnya yang sedikit terbuka membuat keduanya senyum-senyum saja.

"Gombranggg..." Tiba-tiba sebuah kaleng kerupuk jatuh dari atas sana, membuat kedua ayah muda itu terkejut seketika seraya melempar koran ke meja dan buru-buru mencomot kue bika. Kaleng yang tadinya berada di dalam lemari gantung terjatuh ketika Teteh Rika membukanya. Jaka menahan tawa melihat kelakuan dua ayah muda.

Jaka memutuskan menjemput Chika. Ia lekas bersiap, membayar kopinya dan dua kue bika seraya cepat-cepat meninggalkan Teteh Rika.

"Kapan-kapan datang lagi ya, Jaka.." kata Teteh Rika sambil melambaikan tangan kanannya dan mengibaskan rambutnya.

Jaka cepat-cepat memacu motornya agar lekas pergi dari Teteh Rika, si wanita penggoda. Ia ingin segera pergi saja dengan Chika ke kota.

"Hai Jaka, kau datang tepat pada waktunya. Tapi... Entah mengapa Chika sakit kepala..." Kata Chika sambil membereskan boneka dan sesekali memegang kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun