Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Modern Tragedy" dari Joanna Wang Membalut Kesedihan dengan Keceriaan

19 Agustus 2018   07:33 Diperbarui: 19 Agustus 2018   15:16 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: JpopAsia

Setiap akhir pekan biasanya saya meluangkan waktu mendengarkan musik walau hanya sebentar. Akhir pekan lalu saya mendapatkan sesuatu yang berbeda dengan yang biasanya saya dengar. Sesuatu yang ringan, fresh, musik baru dan.. Joanna Wang.

Yup, penyanyi Joanna Wang atau Wang Ruolin punya album baru yang diberi judul "Modern Tragedy". Album tersebut resmi dirilis 8 Agustus 2018 lalu. 

Penyanyi pop/jazz Taiwan ini kerap diidentikkan dengan lagu-lagu sendu. Oke, karakter vokalnya memang cocok dengan lagu-lagu bertempo lambat walaupun sebenarnya ia sempat bertransformasi di tahun 2016 lewat album berjudul "House of Bullies" yang mengusung banyak lagu upbeat, termasuk bereksperimen dengan musik rock.

Nah, di album studionya yang ke-10 ini Joanna Wang tampil berbeda. Nampak bahwa ia sedang meniti fase baru karya musik di mana ia membuat karya musik yang berbeda dari biasanya. 

Album "Modern Tragedy" ini nampaknya dibuat sebagai album "hadiah ulang tahun"-nya yang pada 1 Agustus 2018 lalu genap berusia 30 tahun.

"Modern Tragedy" adalah album kelimanya yang semua liriknya dalam Bahasa Inggris. Album produksi Sony Music Taiwan ini berisi 19 lagu dengan sepuluh lagu berdurasi di atas dua menit.

Sampul album
Sampul album
Sementara sembilan lagu lainnya berdurasi di bawah dua menit sehingga bisa disebut dengan interlude menuju lagu utama yang muncul setelahnya. Setiap lagu berdurasi cukup singkat, lagu berdurasi paling lama pun hanya berdurasi 3 menit 32 detik.

Jadi meskipun daftar tracks memuat 19 lagu, album ini total hanya berdurasi 34 menit. Cukup singkat untuk sebuah album studio yang kerap berdurasi 45 menit hingga 1 jam. Jadinya, album ini mirip album EP atau mini album padahal sebenarnya album studio.

Tetapi dengan durasi album yang singkat, lagu-lagu yang easy-listening, lirik yang sederhana dan vokal lembut Joanna Wang, menurut saya album ini jadi punya kelebihan yakni terasa ringan untuk dinikmati para pecinta musik terutama yang sangat sibuk.

Album beraliran art pop/twee pop ini bisa disebut sebagai album konseptual yang terasa digarap spesial. Mengapa begitu spesial? Apakah Joanna hendak merayakan sesuatu? Sepertinya iya, karena pertama ia berulang tahun yang ke-30, kedua di tahun 2018 ini bertepatan dengan sepuluh tahun karir musiknya sejak album pertama "Start from Here" dirilis tahun 2008. Nampaknya ia hendak memulai lembaran baru karir musiknya di usia yang ke-30 tahun ini.

Sekadar informasi, perjalanan karya musik Joanna Wang ini juga dihiasi dengan dua album cover yang berisi lagu-lagu enak zaman old yang legendaris yaitu "The Things We Do for Love" (tahun 2011) dan "Midnight Cinema" (tahun 2014) yang berisi lagu-lagu soundtrack film-film populer. Setiap lagu cover yang ia bawakan diaransemen ulang yang diramu dengan karakter vokalnya menjadikan lagu-lagu lama itu bercita rasa baru ala Joanna Wang.

"Modern Tragedy" ini punya kans kuat untuk menjadi album studionya yang paling menarik sejauh ini. Tapi meskipun ia membuat album beraliran pop, ia tidak ikut-ikutan tren. 

Proses kreatifnya pun unik, sampai-sampai salah satu lagu ada yang terinspirasi dari mimpinya di suatu hari. Semua aspek dalam "Modern Tragedy" ia garap sendiri mulai perencanaan konsep album, pembuatan lirik, hingga proses produksi.

Lalu mengapa albumnya dinamakan "Modern Tragedy"? Ternyata ada ceritanya, sebagaimana ia ceritakan pada Epoch Times. Pada suatu waktu, Joanna Wang sedang mengunjungi Finlandia. Tiba-tiba ia ingin makan pizza dan datanglah ia ke sebuah restoran di mana ia memesan pizza dengan banyak adonan. 

Fotonya ia unggah di Facebook dan beberapa saat kemudian dikomentari oleh akun bernama Liang Xinyi mengomentarinya dengan kalimat "hidupmu adalah sebuah tragedi modern".

Meski bernada nyinyir, Joanna Wang justru merasa kalimat itu menarik untuk digunakan sebagai judul album terbarunya. Kalimat itu terdengar absurd, tapi bagi Joanna mungkin kalimat itu mengandung keunikan tersendiri. 

Ia juga sosok yang tidak ambil pusing dengan keputusannya perkara produksi album. Lihat saja sampul album "Modern Tragedy" yang ia rancang sendiri, dimana ia mengenakan gaun pengantin Eropa yang menurutnya seperti seorang pengantin wanita yang hilang.

Memang desain sampul albumnya jauh berbeda dengan sampul album-album sebelumnya yang lebih terkonsep, menunjukkan citra wanita cantik nan anggun.

Desain sampul album "Modern Tragedy" ini malah mirip karya remaja putri yang rada narsis yang membuat kolase foto dengan elemen-elemen yang ditempel sesuka hati.

Kalau diamati lebih detail, ia berbaju pengantin tetapi terlihat murung. Di sekitarnya terdapat banyak bunga, kupu-kupu dan sosok Cupid. Justru itulah ternyata ada keterkaitan dengan lagu-lagu di dalam album ini yang bercerita soal kesedihan atau patah hati tapi pada akhirnya tertawa, menyadari bahwa semua kesedihan baik disadari atau tidak disadari sebenarnya terbalut oleh hal-hal yang lebih manis.

Memang, setiap peristiwa yang terjadi selalu membawa hikmah didalamnya. Sayangnya tidak semua orang peka dengan itu. Nah, dalam album ini Joanna Wang nampaknya ingin memberitahukannya lewat album ini. Album ini terasa feminin tapi juga tidak haram didengarkan oleh para pria.

Secara teknis, album ini memuat banyak elemen sound unik, termasuk retro sound dan kadang vokal teatrikal membuat musiknya terasa tampil live dimanapun kita mendengarkannya. Semua lagu juga dibawakan dengan penuh keceriaan sebagaimana konsep album ini yang membalut kesedihan dan kegalauan dengan keceriaan. Sebuah album yang menarik dan layak untuk disimak kapan pun.

Sebagai lagu unggulan adalah "Sabrina Don't Get Married Again!". Lagu-lagu berdurasi panjang lainnya masing-masing punya atmosfer tersendiri dan layak diperkenalkan diantaranya "I Must've Screwed Up Really Bad", "I Dream We Will be Together Again" dan "Summer".

Album ditutup dengan epilog mid tempo akustik berjudul "Modern Tragedy Epilogue". Tapi kok rasanya ada yang aneh dengan epilognya? Apakah ia hendak undur diri dari musik?

Album "Modern Tragedy" ini seakan menyatukan aransemen musik dan karakter vokal lembut yang hampir selalu muncul di awal-awal karirnya dengan lagu-lagu bertempo cepat di albumnya yang terakhir. Termasuk dimasukkannya aransemen sinematik dan gaya vokal ke-"broadway-broadway"-an yang ia tampilkan di album "Midnight Cinema".

Menurut saya, rating album ini adalah 8,5 dari skala 10. Tapi sayangnya promosi album ini kurang menggema.

Hampir tidak ada informasi mengenai kehadiran album apik satu ini. Juga tidak ada video musiknya di YouTube kecuali satu official audio lagu "Sabrina Don't Get Married Again!". Tapi ada sebuah channel bernama Alfred Packer yang menampilkan video Joanna Wang menyanyikan seluruh lagu dalam album tersebut secara akustik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun