Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ketika "Environmental Quotient" Bisa Selamatkan Lingkungan

11 Juli 2018   13:30 Diperbarui: 12 Juli 2018   19:41 2439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto ilustrasi: zeenews.india.com

Contoh paling utama adalah tentang sampah plastik. Berton-ton sampah plastik masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dimana-mana. Tidak hanya di TPA, coba Anda amati jalan yang Anda lewati sehari-hari, Anda pasti akan menemukan botol plastik bekas minuman ataupun plastik bekas kemasan makanan.

Bila kita memiliki kecerdasan lingkungan, ketika berbelanja di toko atau supermarket misalnya, kita bisa mengurangi sampah plastik dengan membawa tas belanja sendiri yang bisa dipakai berkali-kali. Jika banyak orang melakukan hal yang sama, volume sampah plastik dapat berkurang secara signifikan.

Gerakan tanpa kantong belanja plastik pernah didengungkan dan lumayan berhasil mengurangi volume sampah plastik. Gerakan itu masih ada hingga kini. Terakhir saya membaca gerakan ini sedang berjalan di propinsi Kalimantan Selatan.

Tentang sampah plastik, saya hendak sedikit menceritakan pengalaman saya. Beberapa waktu lalu saya bersama keluarga mengunjungi sebuah kebun binatang di Jawa Timur. Ada even menarik di sana yaitu naik gajah. Meski tiketnya dibandrol lumayan mahal, animo pengunjung sangat tinggi hingga mereka membentuk antrian yang cukup panjang.

Saya ikut senang menyaksikan anak-anak dan orang tuanya menaiki punggung gajah mengelilingi venue. Ada dua gajah jinak di sana. Namun di sisi lain ada hal yang membuat saya miris. Saya melihat salah satu gajah ketika berjalan belalainya mengais-ngais tanah untuk meraih makanan baik rumput, daun-daun ataupun makanan dari pengunjung.

Namun gajah itu malah mendapat sampah plastik bekas kemasan makanan. Kejadiannya begitu cepat hingga akhirnya selembar sampah plastik itu pun ia lahap. Terlambat, tidak ada yang sempat merebut sampah plastik itu dari belalai gajah. Bahkan meskipun salah satu petugas ada yang mengetahuinya, saat itu posisinya cukup jauh dari gajah sehingga tidak sempat bertindak. 

Saya merasa prihatin melihat itu. Seharusnya venue bersih dari segala sampah, terutama sampah non-organik. Gajah tidak tahu apa yang ia masukkan ke mulutnya. Adanya sampah itu karena perilaku seseorang yang membuang sampah secara sembarangan. Bila orang itu memiliki kecerdasan lingkungan, ia akan membuang sampah pada tempat sampah yang banyak tersedia di sekitar venue.

Masih tentang sampah plastik, baru-baru ini ada berita seekor paus pilot yang ditemukan meregang nyawa hingga akhirnya mati di kanal Na Thap, Thailand. Ketika dibedah, di dalam perutnya terdapat sekira delapan kilogram sampah plastik. Sama dengan gajah di atas, paus mengira itu adalah makanannya.

BBC pernah memproduksi sebuah film dokumenter berjudul Blue Planet 2. Salah seorang kru film itu mengatakan bahwa ia kerap menemukan berbagai bentuk plastik di lautan mulai senar pancing, bungkus permen hingga botol minuman.

Di sepanjang produksi film itu yang dilakukan di berbagai tempat, baik kru film dan ilmuwan melihat sampah-sampah plastik menjerat sejumlah tubuh hewan laut seperti penyu, burung albatros hingga hewan yang lebih besar seperti paus bungkuk, membuat mereka kesulitan bergerak hingga ada yang mati.

Sampah memang berpotensi menimbulkan masalah apapun bentuknya. Apalagi jika sampah tidak terkendali. Setiap hari berbagai macam sampah dihasilkan dari rumah tangga, kantor, industri, pasar, hingga pusat perbelanjaan. Salah satunya adalah sampah makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun