Mohon tunggu...
Garvin Goei
Garvin Goei Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Akademisi, Penyuka Budaya

Penulis buku Psikologi Positif yang diterbitkan oleh Kompas pada tahun 2021. Pengelola akun instagram @cerdasmental.id. Selain psikologi, suka mempelajari budaya dan mencoba makanan baru.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Travel Note: Wisata Budaya dan Sejarah di Cirebon

25 Juli 2017   16:56 Diperbarui: 27 Juni 2019   09:52 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Megamendung, Corak Batik Khas Cirebon

Menjelang maghrib, saya menuju desa batik Trusmi yang terletak agak jauh dari keraton. Sebenarnya waktu terbaik untuk ke sini adalah siang hari. Ketika saya tiba, langit sudah gelap. Sebagian besar toko dan pengrajin batik sudah menutup aktivitas mereka. Adapun yang masih buka adalah sebuah department storeyang memiliki nama sama dengan tempat ini "Batik Trusmi". Silakan mampir dan lihat corak-corak batik khas Cirebon yang anda suka. Plus, saya juga membeli beberapa oleh-oleh di sini.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Hal yang menarik dari Indonesia adalah, di setiap daerah selalu ada ciri khas tersendiri, termasuk batik. Batik di Betawi, di Solo, di Pekalongan, dan di Cirebon bercorak berbeda; sehingga meskipun sama-sama melihat batik, namun selalu memberikan pengalaman dan wawasan baru. Di Cirebon, corak yang khas adalah corak megamendung, berbentuk awan yang menggulung-gulung. Warnanya bervariasi, tapi saya sendiri paling suka yang berwarna biru.

Di daerah sini, kita juga bisa menemukan penjual makanan di sepanjang jalan. Saya pun tertarik untuk mencicipi streetfoodkhas Cirebon.

Docang, Makanan Para Wali

Saya mencoba docang. Sebelumnya, saya belum pernah mencicipi docang, tapi saya sudah pernah mendengar kisahnya. Docang merupakan makanan khas Cirebon yang berkomposisi unik: kombinasi potongan lontong, tauge, daun singkong, dan parutan kelapa disiram dengan kuah oncom yang gurih; lengkap dengan taburan kerupuk khas Pleret, sebuah kampung di Cirebon.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bagi anda yang belum pernah mencicipi docang, mungkin akan meragukan rasa dari makanan ini. Memang tidak lazim sekali, saya pun sempat meragukan rasanya. Tapi dari suapan pertama saja, ternyata saya sudah langsung suka. Gurih sekali, mungkin karena kuah yang berasal dari oncom.

Docang sendiri memiliki nilai sejarah yang perlu kita ketahui. Di zaman kesultanan dulu, ada pangeran yang tidak suka dengan kehadiran para wali. Niat buruk pun muncul. Dalam sebuah kesempatan makan, pangeran sengaja menghidangkan makanan yang berbahan makanan-makanan sisa para pangeran. Tujuannya, agar wali tersebut keracunan makanan. Tapi, alih-alih merasa jijik ataupun keracunan, para wali justru menyukainya, bahkan meminta tambah. Jadilah hidangan dengan komposisi yang unik dan tidak lazim, namun lezat sekali.

Pasar Kanoman, Chinese Town milik Cirebon

Esok harinya, di pagi hari, saya menuju Pasar Kanoman. Salah satu cara untuk menikmati suasana asli dari sebuah tempat adalah dengan mengunjungi pasar, sebab di sinilah kita bisa melihat kehidupan rakyat yang sesungguhnya. Saya mampir di sebuah warung nasi lengko - hidangan berupa nasi dengan irisan tempe goreng, tahu goreng, dan kucai kemudian disiram bumbu kacang - sambil mengobrol dengan warga. Membaur dan mengobrol dengan warga asli seringkali memberikan kita informasi yang mungkin tidak terpublikasi oleh media.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Selain itu, Pasar Kanoman ini juga dikenal sebagai Chinese Townmilik Cirebon, sebab terdapat cukup banyak orang Tionghoa yang berdagang di sini, berdampingan dengan warga asli Cirebon dan hidup dalam harmoni. Silakan cari sarapan di sini. Saya juga menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh, misalnya seperti emping jagung dan teh upet yang merupakan khas Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun