Majalah TEMPO edisi RUNYAM AHER Bank Dibobol, Edisi 25 Februari - 3 Maret 2013.
Ketika orang bicara tentang Netty Prasetyani yang menjanjikan peti mati bagi suaminya, Ahmad Heryawan (AHER), apabila pulang ke rumah dengan membawa uang hasil korupsi, sejujurnya saya tak terlalu tertarik untuk menyimaknya. Saat ada yang yakin kalau AHER bakal memenangkan Pilgub Jawa Barat periode 2013-2018, saya pun biasa-biasa saja. Tapi, begitu membaca message BB teman, soal harga Majalah TEMPO yang disebut-sebut mencapai Rp 60 ribu untuk edisi yang terbaru, saya langsung beraksi, buru-buru ikutan membeli. Pffiiiiiuuuhhhhh ... beruntung di lapak itu harganya normal.
* * *
Sampul muka Majalah TEMPO dengan warna dominan kuning ini memuat ilustrasi gambar AHER sedang memegang buku tabungan Bank Jabar dan Banten (BJB). Judulnya: RUNYAM AHER : BANK DIBOBOL. Inilah majalah edisi 25 Februari - 3 Maret 2013. Rubrik LAPORAN UTAMA majalah ini dimuat pada halaman 34 - 47, termasuk ada dua halaman iklan yang full satu halaman. Bolehlah disebut, terdiri dari lima bahagian tulisan. Dimana penulisannya, sudah jelas berbentuk investigative reporting. Kelima bahagian tulisan tersebut adalah:
* * *
1. Tulisan berjudul: KREDIT LANCUNG DAN JANJI PETI MATI. Pada lead-nya tertulis: Bank Indonesia menemukan kejanggalan dalam pengajuan dan pencairan kredit sebuah perusahaan suku cadang di Sukabumi. Diduga ada permainan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan bank pemberi kredit.
Dalam naskah ini, TEMPO mewawancarai Ketua Budget Government Watch Dedi Haryadi tentang dugaan kredit bermasalah Bank Jabar untuk Koperasi Bina Usaha bentukan PT Alpindo Mitra Baja. Pinjaman sebesar Rp 38,7 miliar pada 2012 itu rencananya dipakai untuk usaha simpan-pinjam 600-an karyawan perusahaan suku cadang alat berat tersebut dan 6.200 nasabahnya. “Pencairan kreditnya begitu mudah karena diduga ada campur tangan sebagai pemilik saham mayoritas,” ujar Dedi. (hal 36)
Selain itu, TEMPO juga melakukan konfirmasi ke sejumlah narasumber berkompeten (termasuk Bupati Banjar Herman Sutrisno yang memiliki 0,34 persen saham), terkait sinyalemen Budget Government Watch bahwa sebagai pemegang saham terbesar, AHER leluasa mempengaruhi kebijakan Bank Jabar. AHER, misalnya, bisa merombak susunan direksi dan komisaris bank daerah paling sehat di Indonesia ini. (hal 37)
* * *