Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Inilah Sentra Kacang Sangrai yang Beromzet Rp 1,9 M Per Bulan

14 Desember 2013   10:14 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 24964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_308541" align="aligncenter" width="576" caption="Dua pekerja sedang menyangrai kacang kulit di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Asap tipis mengepul dari bilik bambu, bangunan setengah permanen. Wangi kayu terbakar menuntun rasa penasaran untuk masuk ke dalam bangunan. Dari luar, langkah kaki disambut tumpukan meninggi gelondongan kayu yang tersusun rapi.

Begitu memasuki bilik bangunan, lantai tanah memadat kecoklatan menembuskan rasa geli karena alas kaki yang tipis. Di ruangan yang cukup luas ini, kesibukan teramat nyata. Dua pekerja seperti sedang bersauna hawa panas, akibat pembakaran tungku kayu bakar.

Kedua tangan pekerja itu saling sibuk, membolak-balik tumpukan butiran kacang kulit, dengan ‘sekop’ batang kayunya. Seperti sedang ‘mendayung’, melihat keduanya mengendalikan panas di atas kuali baja yang kokoh dan cekung. Panas inilah yang membuat matang, garing, juga renyah kacang-kacang kulit itu. Dari bawah tungku, api membara dan menjilat kayu bakar sampai tak bersisa. Di sisi tungku, seorang pekerja lainnya, sibuk mencacah dan terus menambahkan kayu bakar ke perapian.

Api tak boleh padam. Begitu pula para penyangrai kacang kulit, tak boleh terlalu lama diam. Karena hasil yang gosong dan pahit, bisa jadi mengancam.

[caption id="attachment_308542" align="aligncenter" width="576" caption="Bilik bangunan atau dapur tempat menyangrai kacang kulit dengan kayu gelondongan sebagai bahan bakarnya di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)"]

1386988570269130336
1386988570269130336
[/caption]

Di ruang tengah bilik kerja para penyangrai, dua bak plastik berukuran besar penuh dengan kacang sangrai yang baru saja matang. Warna kulit kacang tanah ini menjadi agak sedikit mengkilat, mungkin karena hampir satu jam dibolak-balik di atas kuali panas. Tak sedikit yang kelihatan menghitam pada tiap bagian ujungnya. Kacang sangrai yang sudah matang ini, menunggu proses berikutnya. Apalagi kalau bukan ditampi, di atas tampah yang terbuat dari anyaman bambu. Proses penampian kacang sangrai yang sudah matang ini, adalah untuk memisahkan mana kacang sangrai yang bagus dan layak jual, dengan yang tidak memenuhi standar.

Selesai ditampi, barulah kacang sangrai siap dimasukkan dalam plastik kemasan sesuai ukuran, lalu di-laminating salah satu ujung plastiknya hingga rapat, kedap udara. Sejurus kemudian, kacang-kacang sangrai kemasan ini siap menempuh perjalanan guna menemui para pembelinya.

Dari pintu bilik bangunan atau dapur tempat penyangraian, menatap ke luar, terlihat kacang-kacang kulit yang sedang dijemur. Tanah lapang seukuran lapangan bulutangkis, penuh dengan kacang kulit. Dijemur di terik matahari, kacang-kacang kulit ini sudah selesai dari proses pencucian. Nantinya, setelah kering, berlanjut ke tahap selanjutnya, yakni penyangraian.

[caption id="attachment_308544" align="aligncenter" width="576" caption="Kacang tanah kulit setelah dicuci lalu dijemur sampai kering, sebelum dilakukan proses penyangraian. (Foto: Gapey Sandy)"]

13869887341248441719
13869887341248441719
[/caption]

Begitulah, suasana yang terlihat sewaktu saya berkunjung ke salah satu pelaku usaha industri rumahan (home industry) kacang sangrai, milik Ma'mun, warga Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, pada hari Jumat, 13 Desember 2013 kemarin. Lokasi Kelurahan Keranggan, bisa ditempuh sekitar 30 menit dari Kecamatan Pamulang, atau bunderan Pamulang. Arahnya menuju ke Barat, atau ke Kampus Institut Teknologi Indonesia (ITI) di Jalan Raya Puspiptek, Serpong.

Di Kelurahan Keranggan ini, terdapat sekitar 8 pelaku usaha kacang sangrai. Bilik-bilik bangunan atau dapur tempat penyangraian milik warga, banyak dijumpai di sini. Tentu, dengan skala kemampuan produksi yang berbeda-beda. Bahan baku panganan kacang sangrai, sebenarnya adalah kacang tanah yang masih lengkap dengan kulitnya. Kacang kulit ini disangrai di atas tungku batu yang kokoh, dan umumnya di atas tungku terdapat dua kuali berbentuk cekung yang besar dari bahan semacam baja.

Bahan bakar tungku ini jelas kayu bakar. Sewaktu penyangraian kacang kulit di atas kuali, tidak menggunakan minyak goreng atau sejenisnya, tapi menggunakan pasir sebagai penghantar panas. Penggunaan pasir juga bermanfaat membuat suhu panas di atas kuali jadi panas merata, sehingga kacang-kacang kulit itu akan matang secara sempurna. Kematangan kacang kulit yang membuat butiran biji kacang didalamnya menjadi garing dan renyah ini juga ditentukan oleh proses pembolak-balikkan kacang kulit oleh pekerja sewaktu disangrai dengan menggunakan "sekop" kayu sebagai pirantinya.

[caption id="attachment_308545" align="aligncenter" width="576" caption="Kacang sangrai yang sudah matang lalu ditampi untuk pemisahan berdasarkan kualitas. (Foto: Gapey Sandy)"]

13869889231766447827
13869889231766447827
[/caption]

* * *

Potensi Ekonomi Kacang Sangrai Dijumpai penulis usai menampi kacang sangrai matangnya, Ma'mun mengatakan, ia baru sanggup memproduksi kacang sangrai sebanyak 4 sampai 5 ton dalam satu minggu. "Kalau bahan baku kacang kulit sedang sulit diperoleh, paling sedikit saya cuma produksi 3 ton per minggu," ujar penerus usaha kacang sangrai milik orang-tuanya ini sejak 9 tahun yang lalu. Dengan jumlah produksi yang terbilang besar untuk ukuran skala industri rumahan, Ma'mun kini mempekerjakan sebanyak 9 orang karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun