Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bambang Boedi Cahyono Sukses Memantik Biogas

23 Oktober 2016   07:15 Diperbarui: 23 Oktober 2016   08:40 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambang Boedi Cahyono pionir reaktor biogas. (Foto: DanamonAwards)

Salah seorang dari lima peraih Danamon Social Entrepreneur Award pada 2016 ini adalah Bambang Boedi Cahyono. Pria kelahiran Lumajang, 19 Februari 1976 ini termasuk pionir pembuat instalasi reaktor biogas di Indonesia.

Keberhasilan Bambang meraih penghargaan bergengsi --- bagi individu-individu biasa namun menghasilkan usaha yang luar biasa dan berkesinambungan, untuk memberdayakan hidup dirinya maupun lingkungannya melalui solusi kewirausahaan --- ini, tak lepas dari perjuangan luar biasanya guna memasyarakatkan biogas sejak belasan tahun silam.

“Saya berterima kasih dan sangat mengapresiasi karena terpilih sebagai salah satu nomine Danamon Social Entrepreneur Award 2016. Apalagi, sesuatu yang kami geluti ini tidak mudah. Sehingga dengan raihan award ini menjadi semangat baru. Karena, apa yang saya lakukan tidak semua orang mudah mengerti. Makanya, dengan award ini, saya makin yakin dan semangat untuk terus menjelaskan atas apa yang sejak lama sudah ditekuni,” ujarnya kepada penulis.

Lembaran awal perjuangan Bambang terlibat pembuatan biogas dilakukan sejak 1997, ketika dirinya masih mahasiswa Fakultas Teknik Mesin di ITB. Bambang ingat benar, ia terpengaruh buku bacaan yang begitu inspiratif. Bukunya berjudul “Titik Balik Peradaban (Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan)” karya saintis Fritjof Capra. Isi buku setebal 571 halaman ini antara lain menggulirkan kesimpulan, bahwa kehidupan manusia akan mengalami kekacauan bila terus bergantung pada pemenuhan energi yang bersumber dari fosil.

“Terinspirasi dari apa yang dikemukakan buku ini, saya berpikir untuk mulai melakukan tindakan nyata yang semoga bermanfaat bagi orang banyak, yaitu membuat bioetanol dan kemudian biogas. Tindakan nyata ini perlu, karena saya pun terkadang jenuh kalau harus terus melakukan aksi demonstrasi mahasiswa menentang rezim Orde Baru kala itu. Tapi, bioetanol dan biogas plastik yang saya buat pun waktu itu tidak langsung jadi sempurna. Saya utak-atik skema dan rancangannya, kemudian ketika dirasa sudah berhasil, saya sempat menawarkan ide pembuatan bioetanol dan biogas plastik ini kepada banyak pihak, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terkait,” kenang Bambang yang tak pernah menamatkan pendidikannya di ITB. “Saya pindah kuliah ke fakultas yang sama di Universitas Pasundan dan lulus pada 2004.”

Lahan yang siap dibangun instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
Lahan yang siap dibangun instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
Bersyukur, ide dan skema rancangan pembuatan biogas yang dibuat Bambang laik jadi program unggulan. Akhirnya, bersama dukungan sejumlah pihak, Bambang mulai sibuk membuat instalasi reaktor biogas.

Seiring berjalannya waktu, suami dari Ratnauli Sitinjak ini merasa apa yang dilakukan tak mungkin terus-menerus dipertahankan atas nama charity. “Sejak itu, saya mulai membuat perusahaan yang memproduksi instalasi reaktor biogas. Semakin lama, banyak orang yang memesan karena kebutuhan. Perusahaan ini bukan sekadar menjual barang yang mainstream atau common. Perusahaan saya ibaratnya tidak seperti jualan motor. Lebih dari itu, usaha yang saya rintis dan jalani bukan semata menjual instalasi, tapi juga mengajak masyarakat bersikap peduli akan pentingnya biogas sebagai salah satu Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Dari sini pula, saya mulai mengembangkan usaha secara visioner, mulai dari visi dan misi perusahaan, bagaimana melayani pelanggan, pembukuan perusahaan, pembelanjaan bahan baku dan sebagainya,” jelas bapak dari tiga putra Arka Dinata (7) yang lahir kembar dengan Bagas Dinata (7), kemudian Satria Pamungkas (1,5).

Proses penggalian pembuatan instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
Proses penggalian pembuatan instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
Semakin ajeg mengembangkan usahanya, Bambang kemudian mengenal Kewirausahawanan Sosial. “Itu terjadi pada sekitar 2012 – 2013, dan saya merasa cocok dengan konsepnya. Lantaran gairah makin membuncah untuk menerapkan Kewirausahawanan Sosial, saya akhirnya memutuskan berhenti jadi staf pengajar di sebuah sekolah menengah yang ada di Bandung,” kata empunya akun twitter@yonobbc ini.

Berkah Dari Kotoran Sapi

Jejak perjuangan Bambang memasyarakatkan biogas bisa ditelusuri di Lembang, Bandung. Kawasan ini merupakan salah satu sentra pertanian sayur dan peternakan sapi perah di Indonesia. Estimasinya, ada lebih dari 20 ribu ekor sapi milik peternak yang sebagian besar tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) yang beranggotakan lebih dari 5.000 peternak.

Pembuatan instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
Pembuatan instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
“Awalnya, saya menyaksikan sendiri, banyak kotoran sapi dibuang begitu saja. Sehingga menimbulkan pencemaran air sungai, salah satunya Sungai Cikapundung yang ironisnya mengalir ke Bandung. Selain itu, para petani di sini juga terbukti mampu menggunakan kotoran ayam bercampur sekam sebagai pupuk kandang di lahan milik mereka. Tetapi, untuk kotoran sapi justru tidak diolah dan menjadi beban pencemar lingkungan karena dibuang begitu saja,” prihatin Bambang.

Demi menyaksikan kondisi tersebut, Bambang berpikir keras untuk mencari solusinya. Artinya, sampah kotoran sapi dapat diminimalisir bahkan malah dimanfaatkan, dan sekaligus pula, memiliki dampak tambahan energi bagi masyarakat.

Pembuatan instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
Pembuatan instalasi reaktor biogas. (Foto: B Boedi Cahyono)
“Lalu saya berinisiatif mencari solusi dengan cara menggali informasi mengenai teknologi biogas, yang memberikan ide untuk memanfaatkan kotoran sapi menjadi bahan bakar alternatif. Ide ini saya kembangkan dengan membuat desain reaktor biogas skala rumah tangga, sebagai sumber energi alternatif rumah tangga peternak sapi perah,” tuturnya bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun