Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sandiaga Uno dan Air Bersih dari Lumpur Tinja

27 Mei 2018   23:21 Diperbarui: 28 Mei 2018   09:40 4960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno dan air bersih hasil IPLT. (Foto: tribunnews.com)

Air bersih hasil pengolahan inilah yang sempat dilihat, dicium, dibuat cuci muka, juga membasahi rambut stylish Sandiaga. Cuma Sandi yang melakukan aktivitas kayak gitu, sementara hadirin lainnya tersenyum, tertawa dan bertepuk tangan melihat lelakunya.

Jadi gitu aja sih perbedaannya, antara IPLT on site yang anggaplah (masih) konvensional, dengan Sistem Andrich yang bisa dibilang agak kekinian.

IPLT on site di Kota Banda Aceh. (Foto: acehnews.net)
IPLT on site di Kota Banda Aceh. (Foto: acehnews.net)
Tapi sebenarnya, kalau yang masih konvensional itu detilnya seperti apa? Mengutip buku Audit Teknologi : Sistem Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) karya keroyokan Fitrijani Anggraini - Reni Nuraeni - Ida Yudiarti S - Yulinda Rosa - Tibin R Prayudi - Rudy R Efendi - R Pamekas (Kiblat Buku Utama bekerjasama dengan Puslitbangkim Balitbang Kementerian PUPR, 2015), setidaknya ada 3 model sistem IPLT. Khususnya, kalau ditinjau dari aspek penerapan teknologi pengolahan air limbah sistem IPLT seperti yang ada di Tegal, Palu, Klungkung, Buleleng, Mojokerto, Banda Aceh, Tangerang, dan Kulonprogo. Ketiga model ini adalah:

Pertama, model sistem IPLT dengan 5 unit proses pengolahan yaitu tangki imhoft, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam maturasi, dan unit pengering lumpur.

Kedua, model sistem IPLT dengan 6 unit proses pengolahan, mulai dari bak penerima, bak pengendap, anaerobic baffle reactor (ABR) atau reaktor anaerobik bersekat, horizontal gravel filter (HGF) atau saringan kerikil dengan aliran horizontal, kolam maturasi dan bak pengering lumpur (sludge drying bed/SDB).

Ketiga, model sistem IPLT dengan 7 unit proses pengolahan, yakni bak ekualisasi, bak pemisah padatan (solid separation chamber/SSC), kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam maturasi, konstruksi lahan basah buatan (constructed wetland/CW), dan bak pengering lumpur.

IPLT on site di Medan. (Foto: kompas.com)
IPLT on site di Medan. (Foto: kompas.com)
o o o O o o o

Hal lain yang bisa menjadi perbandingan antara IPLT on site dengan Sistem Andrich adalah perbandingan nilai biaya yang dibutuhkan untuk menghadirkan keduanya. Untuk yang sedang dikagumi Sandiaga Uno, biaya investasi teknologinya mencapai Rp 1,5 miliar, dengan kapasitas 80 meter kubik limbah per hari. Catatan lain, seperti sudah disampaikan Wagub DKI Jakarta ini, teknologinya simple, pengoperasian mudah dan hemat energi.

Sayangnya, Sandiaga belum menjelaskan berapa kira-kira biaya untuk pengoperasiannya, juga cost untuk maintenance-nya.

Dan, yang terpenting lagi, Sandi juga belum membeberkan bagaimana nantinya teknis pengumpulan lumpur tinja dari masing-masing septictank di rumah warga. Apakah pakai mobil truk sedot lumpur tinja? Berapa mobil yang harus Sandi siapkan lagi? Berapa personil yang harus ditambahnya? 

Ini 'kan artinya ada budget lagi yang harus dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta. KARENA, ENGGAK MUNGKIN JUGA 'KAN, LUMPUR TINJA DARI RUMAH-RUMAH WARGA DISURUH MENGALIR SENDIRI KE LOKASI PROSES PENGOLAHAN. Heheheheee ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun