Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kurasi Artikel Ekonomi Hilman Fajrian, "Rhenald Kasali"-nya Kompasiana

12 Januari 2018   14:34 Diperbarui: 13 Januari 2018   12:03 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Disruption. (Sumber: rumahperubahan.co.id)

Siapakah the little "Rhenald Kasali" di Kompasiana? Langsung saya kasih jawabannya yak, Hilman Fajrian. Profesional yang bermukim di Balikpapan ini memang lebih dari sekadar bertalenta dalam menulis, menuangkan gagasan briliannya. 

Memang sih, kebanyakan tulisannya berkutat melulu pada urusan 'dapur' alias Ekonomi. Tapi, begitu ia membeslah sebuah persoalan dalam lingkup Tekno dan Media pun, Hilman jua yang paling sanggup menjadi "penerang". 

Sesuai dengan namanya Fajrian, yang berarti Fajar. Sudah menjadi takdir bagi fajar untuk menyingsing dan usir gelapnya malam.

Tulisan-tulisan Hilman "Sang Fajar" Fajrian, memang sanggup membuka kegelapan plus kebebalan pikir. (Kalau dipuji begini, jangan cengengesan ingat kita makan "Soto Ayam Bu Samino" di Palmerah, dekat Kantor Kompasiana yak ... hahahahaaaa, nambah terus satenya)

Sepanjang 2017, "Sang Fajar" menulis 6 artikel Ekonomi. Hebatnya, semua selalu nangkring jadi Artikel Utama alias Headline. Ya, mau ditaruh dimana muka admin penanggungjawab konten Kompasiana kalau sampai berani hanya meletakkan sebagai PilihanEditor atas tulisan bernas, lugas dan mendalam besutan "Sang Fajar".

Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.
Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.
Ini kurasi saya terkait 5 tulisan Ekonomi yang super duper karya "Sang Fajar".

1. Dilema Inovasi dan Kekalahan Sebuah Bangsa 

Ini tulisan Ekonomi perdana Hilman sepanjang tahun kemarin di Kompasiana. Ia mengunggahnya pada 20 Maret 2017, persis sebelum jam makan siang.

Tulisan ini membuka mata pembaca untuk memahami bahwa siapa saja pelaku usaha yang tidak siap mengikuti kekinian zaman, harus siap-siap tergusur oleh pendatang baru yang akrab dengan high-tech. Dengan begitu sederhana, Hilman mencontohkan industri penjaja rekaman musik melalui melalui Compact Disc yang sekarat lalu tergantikan teknologi MP3.

Belum selesai, penjaja rekaman musik yang menggunakan MP3 lantas kolaps lagi gara-gara muncul music streaming on demand. Artinya, orang tak perlu lagi membeli MP3 kemudian memilikinya dalam rentang waktu yang lama. 

Untuk apa? Bukankah orang mendengarkan musik juga tak perlu selama hidupnya tanpa henti. Orang mendengarkan musik pada saat-saat tertentu saja, sesuai dengan mood dan keinginannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun