Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Patuhi Aturan Wisata di Istano Basa Pagaruyung

1 April 2016   06:34 Diperbarui: 1 April 2016   13:17 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keris asli Sampono Ganjo Erah” dan Ponding Parisai Pusek juga ada. Inilai pusaka Istana Pagaruyung Raja Adat Buo Pangian. Keris ini diyakini sudah ada sejak awal abad XVIII.

Selain itu, ada juga replikaKeris Tunggal Kilau Malam. Ini juga benda pusaka Istana Pagaruyung bekal Raja Lenggang Dirajakan ke Rembau Seri Menanti pada tahun 1808.

Sejumlah replika masih ada lagi, seperti misalnyaSaluak Deta Dandan Tak Sudah. Ini adalah mahkota tutup kepala Raja Alam Melayu Minangkabau di Pagaruyung selepas tahun 1550 abad XVI dibawa ke Rembau Seri Menanti Negeri Sembilan oleh Si Alang Bujang Mahmud Tuanku Raja Malewar tahun 1773 abad XVIII.

Juga ada replika kopiah yang diperkaya dengan ukir sulaman benang emas dari Sungayang Tikam Tindik Sarang Olang abad XVIII.

[caption caption="Replika Keris Tunggal Kilau Malam. (Foto: Gapey Sandy)"]

[/caption]

[caption caption="Replika Mahkota Tutup Kepala Raja Alam Melayu Minangkabau. (Foto: Gapey Sandy)"]

[/caption]Puas beringsut dari sisi kiri, tangah (tengah) dan kanan, jangan dulu bergegas naik ke lantai dua. Pergilah dulu ke balik singgasana, ada jalan keluar di dekat tangga kayu. Jalan ini menuju ke selasar, yang menghubungkan antara bangunan inti istana dengan dapur. Pemandangan di kanan dan kiri selasar cukup apik. Sudut-sudut ‘rumah gadang’ besar ini bisa kita tatap seksama. Talang batas pada atap ijuk yang mulai ditumbuhi suplir dan tanaman khas daerah lembab. Serta, kesejukan hawa perbukitan yang menjulang tinggi persis di belakang istana.

Selasar menuju dapur ini cukup lebar. Kalau lurus kita akan keluar pintu belakang, dan turun menggunakan tangga kayu. Sedangkan dapur ada di kanan selasar. Dapurnya luas sekali. Dari replika peralatan memasak yang ada, semuanya terbuat dari tanah liat. Diletakkan di atas semacam ‘dipan’ yang sengaja ditumpahkan pasir halus. Nah, di atas ‘dipan’ dengan pasir halus inilah, pekerja istana mengolah masakan. Menggunakan kayu bakar, tetapi karena ada alas pasir halus, maka pembakaran ini pun ‘aman’. Mungkin begitulah kira-kira.

Di atas dipan pembakaran itu, digantung  tas-tas anyaman daun pandan. Ada juga digantung sejumlah tempat cairan atau minyak, yang bentuknya seperti wadah arak pada film-film laga Mandarin.

Di sudut dapur, ada sejumlah perlengkapan untuk mengolah bahan makanan mentah. Syukurlah, ada di tempel tulisan informasi. Terbaca misalnya, katidiang yang menjadi alat untuk meletakkan padi atau beras. Ada ayak bareh sebagai wadah pemisah beras dan padi waktu menumbuk padi. Terlihat juga alat dari bambu berbentuk seperti kerucut untuk menangkap ikan di sungai.

[caption caption="Selasar menuju dapur. (Foto: Gapey Sandy)"]

[/caption]

[caption caption="Dapur, ruang memasak. (Foto: Gapey Sandy)"]

[/caption]Eh uniknya, di dapur ini kok ada booth jualan. Jualannya minyak gosok untuk berbagai keluhan derita, mulai dari kembung, kelelahan, salah urat, rematik dan sebagainya. Pengunjung yang lelah juga bisa pakai, gratis! Lumayanlah, kalau kaki pegal-pegal, bisa dioles minyak gosok yang disebut-sebut sebagai produk khas di Istana Pagaruyung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun