Mohon tunggu...
Gangsar Nur Kharisma
Gangsar Nur Kharisma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi membaca buku, bermain musik, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Hidup Serba "Terlambat"

2 Desember 2022   17:00 Diperbarui: 2 Desember 2022   18:22 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup adalah sebuah perjalanan yang pasti dilalui semua insan. Mulai dari kita lahir ke dunia, masa anak anak, remaja, hingga dewasa. Bertumbuh dan berkembang, suatu peristiwa dimana semua manusia pasti mengalaminya bukan. Dan itulah yang menjadikan kita hingga sekarang. Ngomong ngomong tentang hidup, pernah gak sih kita berpikir kalau hidup ini rasanya cepat sekali? Kayaknya kemarin kita masih di Taman kanak kanak bermain perosotan, berlarian, main petak umpet, tapi lihat diri kita sekarang, sudah beranjak remaja bahkan menjadi dewasa. Ada yang sekarang sudah SMA, ada yang lagi senang keterima kuliah, ada yang lagi ngebut skripsi, bahkan ada yang sibuk dengan pekerjaan selepas lulus pendidikan. Kita tidak sadar, dulu hidup kita penuh dengan tawa bersama teman, bermain kesana kemari. Namun, hari terus silih berganti menjadi tahun demi tahun. Hingga kita sampai di sekarang, dimana kita bukan masa kanak kanak lagi.

Masa kanak kanak, masa dimana semuanya serba ceria. Hanya diisi canda tawa, bermain, tanpa harus mempedulikan kepenatan sana sini. Bahkan jika masing masing diri kita yang sekarang ditanya, pengin gak balik ke masa kanak kanak? Pasti jawabannya mau. Apalagi kita yang dewasa, mengahadapi tuntutan, tekanan, problematika hidup, dan mungkin masih banyak hal lainnya. Membuat kita berfikir, apasih masa dewasa itu, enakan juga masa kanak kanak. Namun, mau bagaimana lagi? Yang namanya hidup pasti terus tumbuh, beranjak dari masa ke masa. Kita tidak lagi sama dengan kita yang dulu di masa kanak kanak. Kita yang sekarang adalah kita yang dewasa. Jika dulu ketika menghadapi masalah hanya bisa merengek menangis, menunggu orang lain menyelesaikan masalah kita. Namun, sekarang beda cerita, kita tidak bisa menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalah kita, diri kitalah yang harus menyelesaikannnya sendiri. Itulah gak enanknya hidup, kita tidak bisa bertahan pada satu masa saja. Semakin berganti tahun, kita harus pindah dari satu masa ke masa yang lain. Dan tau gak sih, masa dewasa merupakan masa yang paling berat.

Bicara soal masa dewasa, ada satu cerita temanku. Dia bercerita ke aku begini. Temanku adalah seorang perempuan, sebut saja namanya Devi. Dia cerita ke aku bahwa hidupnya itu serba terlambat. Pertama kali dia punya kamar di usia 24 tahun. Devi berasal dari keluarga sederhana. Tujuh saudara yang tinggal didalam rumah berukuran 90 m2. Devi ini juga baru punya handphone ketika kuliah. Mungkin menurut anak muda yang lain,hanphone sudah menjadi barang kebutuhan, tapi coba pikirkan si Devi ini baru punya handphone pada saat dia masuk kuliah. Pada saat menempuh pendidikan S1, dia mengulang dan baru lulus ketika usia 26 tahun. Dia juga jadi mahasiswa S2 paling tua diangkatan. Mungkin jika tidak cemerlang di akademis, dia gemilang di relationship. Kenyataannya enggak juga. Bahkan sekarang umur si Devi ini 32 tahun dan dia belum juga menikah. Kalian pasti tau lah, di umur 32 tahun perempuan belum menikah dikatakan terlambat. Benar gak sih? Sebenarnya itu cuma kata society aja. Menurut buku self help, kita mempunyai time line yang berbeda beda. Namun, yang namanya hidup, sekitar kita pasti berisik banget. Kenapa sih semua harus terburu buru dan diukur dari usia? Lalu gimana caranya berdamai kalau seperti itu?

Sumber: narasitv

Jujur sih, dibutuhkan suatu keberanian untuk menceritakan hal yang sangat rentan tersebut. Mungkin itu cerita yang dialami banyak orang, khusunya perempuan. Banyak diluar sana yang mempunyai cerita yang sama dengan si Devi ini. Sering kali kita memang merasa terlambat. Teman kita sudah nikah, kita belum. Teman kita udah lulus, kita malah belum lulus padahal menjadi mahasiswa baru barengan. Karena indikator pencapaian hanya dari hal hal yang terlihat. Dan jelas sekali namanya momen besar, seperti wisuda, resepsi pernikahan, pencapaian kita, itu tidak terjadi setiap hari. Dimana hanya terjadi pada momen momen tertentu saja. Padahal dibalik semua itu, kita tetap mempunyai progres sendiri sendiri. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah bertindak. Bagaimana kamu menangani, bagimana kamu meilahat semua kebisingan yang ada disekitar kamu.

Pertama, coba luangkan waktu untuk berbincang pada diri sendiri terlebih dahulu. Melihat kedalam dirimu, merenungkan apa yang udah kamu lalui sampai saat ini. Mungkin sudah banyak sekali kesulitan yang kamu lalui, bahkan tekanan yang kamu hadapi, serta banyak sekali momen momen bahagia. Momen momen besar yang udah kamu lalui sampai saat ini. Jadikan semua itu indikator untuk menguatkan dirimu. Walaupun lebih lambat, kamu masih ada didalam perjalanan ini. Karena hidup sesungguhnya itu adalah sebuah perjalanan, bukan perlombaan. Buat apa berlomba, tidak usah terburu buru, pelan pelan yang penting sampai tujuan. Karena belum tentu juga orang orang yang terburu buru menuju tujuan yang mereka inginkan. Dengan melihat lebih dekat, momen momen yang udah dilalui. Momen baik atau momen yang mungkin kurang baik, yang bentuknya tantangan, yang sudah berhasil dilaui dengan baik. Dengan semua itu, kita harusnya bangga pada diri kita sendiri. Kita tidak akan pernah bisa mengatur apa yang orang lain katakan, apa yang society katakan. Semua kebisingan itu tidak bisa hilang begitu aja, karena itu diluar kendali aku, kamu, bahkan orang lain. Namun perlu diingat, kita semua bisa memilih respons yang ada dalam kendali diri kita. Apakah kita akan merspons semua kebisingan, omongan orang lain itu dengan kita terhanyut kedalamnya? Atau kita justru melihat kedalam diri kita. Melihat proses diri kita, tujuan kita, dari mana kita berasal dan mau kemana langkah kita selanjutnya? Aku rasa itu jauh lebih penting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun