Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serial Pak Erte | Preman Pengkolan (Bagian 2 - Selesai)

3 Juli 2019   13:18 Diperbarui: 3 Juli 2019   13:43 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kaltim.tribunnews.com

Bagian 2

"Bikin Perhitungan"

Malam beranjak larut. Seekor burung hantu yang bertengger di dahan jambu yang tumbuh di pekarangan rumah Pak Erte, tampak diam mematung.

Dengan Kedua matanya yang bulat menghadap ke depan dan paruhnya yang bengkok tajam seperti paruh Elang, serta susunan bulu yang membuat lingkaran di wajah,  membuat tampilan "wajah" burung Hantu ini begitu 'menyeramkan'. 

Burung malam tersebut tetap tak bergeming saat tampak sesosok laki-laki berdiri tepat di bawahnya bertengger. 

Pakaian laki-laki itu pun enggak seperti pada umumnya. Mengenakan pangsi koko polos dengan celana hitam menggantung di atas mata kaki, Kain sarung kotak-kotak yang tersemat di lehernya serta memakai kopiah hitam. 

Enggak cuma sampe disitu. Penampilan laki-laki tersebut dilengkapi dengan gesper ijo,  gelang bahar, cincin batu akik, sendal kulit dan sebilah golok yang terselip di pinggangnya. 

Siapakah sosok misterius tersebut? 

Ternyata setelah diperhatikan dengan seksama dan dalam tempo yang se singkat-singkatnya,  orang tersebut adalah Pak Erte. 

Ngomong-ngomong,  Pak Erte mau ngapain,  yah? 

Rupanya Pak Erte sengaja keluar tengah malem untuk bikin perhitungan dengan anggota Geng d'sangar yang sudah bikin resah kampungnya.

Selain kewajibannya menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah yang di pimpinnya. Naluri seorang mantan jawara pun terusik dengan kelakuan preman-preman yang reseh terhadap warganya. 

Konon menurut cerita dari mulut ke mulut, semasa mudanya Pak Erte adalah seorang Jawara yang disegani baik kawan maupun lawan.

Selain jago silat, belio juga punya ilmu enggak mempan. Mulai dari nggak mempan dibacok, sampe enggak mempan diomelin. Makanya Mpok Saidah sering sebel dan nyerah kalo disuruh ngomelin Pak Erte. Orang nggak mempan!  Hihihi. 

Meski belum ada satu pun dari mereka yang pernah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Namun cerita mengenai 'sepak terjang' Pak Erte di dunia ke-Jawara-an sudah begitu kesohor dan santer terdengar.

Jreng... Jreng... Jreng!

(Sengaja pake ilustrasi musik biar makin mencekam) hiks... 

Malam semakin larut. Angin dingin berdesir menyapu pohon jambu yang berbuat lebat. Burung hantu yang tadi diam mematung, tiba-tiba merentangkan kedua sayapnya yang tiga kali panjang tubuhnya, saat melihat seekor tikus melintas di dekat kandang ayam. 

Bersamaan dengan itu.... 

Mulut Pak Erte tampak komat kamit seperti sedang merapalkan sesuatu. Sejenak kemudian bibirnya telihat berhenti bergerak dan mulai menahan nafas.

Tiba-tiba hanya dengan satu gerakan, Pak Erte melompat tinggi dan sudah menjejakkan kedua kakinya di atas genteng rumah. 

Tidak lama kemudian, dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, Pak Erte sudah terlihat berkelebat dari satu atap ke atap rumah lainnya tanpa menimbulkan suara sedikit pun.

Namun, saat melintas di atas genteng kontrakan miliknya, tanpa sengaja Pak Erte melihat Romlah yang sedang mandi tengah malem. 

Akibatnya tubuh Pak Erte yang enteng menjadi berat. Pijakan kakinya meleset, badannya oleng,  lalu nyungsep persis di semak-semak samping kamar mandi kontrakkan. Gusraaak! 

"Siapaaa,  tuuuh...?" Tanya Romlah dari dalem kamar mandi. 

"Kuciiiing....! " Jawab Pak Erte keceplosan,  lalu ngacir ke tempat tujuan. Hihihi.

***

Sampe di tempat preman yang lagi pada ngumpul,  Pak Erte sudah nggak pake acara basa-basi dan langsung buka suara. 

"Hei,  kunyuk! Siapa diantara elo pade yang udah bikin warga gue babak belur,  haa!" Bentak Pak Erte sambil berkacak pinggang. 

Mendengar ada seseorang yang membentaknya,  Jabrix yang tengah memeluk gitar bangkit berdiri dan mulai membangunkan yeman-temannya yang pada doyong karena mabok

Pak Erte memperhatikan satu per satu pemuda yang ada di hadapannya. Semuanya ada tujuh orang. Penampilan mereka seperti anak Punk dengan Tatto yang nggak cuma di tangan,  tapi juga sampe ke wajah segala. Wajar kalo nama mereka Geng d'Sangar. 

Melihat ada yang berani membentaknya dan cuma dateng sendirian, Jabrix,  Bewok dan temen-temennya langsung menghampiri Pak Erte. 

Jabrik yang berada paling depan mulai mengayunkan tinjunya,  diikuti oleh Bewok dan ditambah satu orang lagi. 

Melihat hal tersebut,  Pak Erte cuma tersenyum. Lalu... 

Plak! Plak! Plak! 

Pak Erte menampar pipi ketiga orang tersebut dengan gerakan secepat kilat. Padahal jarak mereka terpaut hampir tiga langkah. Ternyata Cerita tentang Pak Erte yang jago silat bukan isapan jempol belaka. 

Jabrik dan kedua temannya merasakan dan membuktikan sendiri jurus 'kepret' Pak Erte.

Bukan hanya tanda....merah di pipi....bekas tampar tanganmu... persis lirik lagunya Betharia Sonata yang dirasakan mereka. 

Tapi mulut ketiganya pun mencong ke samping dan nggak bisa balik lagi. Melihat hal tersebut,  anggota Geng d'Sangar lainnya nggak tinggal diam. 

Mereka mulai mencabut senjata di balik pinggangnya. Ada juga yang pegang golok malah. 

Melihat gelagat tersebut,  Pak Erte pun mulai melakukan kembangan silat. Kakinya memasang kuda-kuda. Badannya berdiri menyamping dengan kedua tangan menyilang. Sambil mengawasi gerakan musuh di depannya. 

Tapi setelah beberapa kali melakukan kembangan. Preman-preman tersebut hanya berdiri mematung dengan muka pucat dan tubuh gemetaran. 

Tidak lama kemudian mereka membalikkan badan,  lalu lari tunggang langgang, bahkan beberapa kali jatuh dan saling bertindihan. 

"Lariiiiiii....! " Teriak anggota Geng d'Sangar memecah kesunyian malam.

Sementara Pak Erte yang ditinggal lari cuma bisa berdiri bengong dan tanpa disadarinya pula, persis di belakang Pak Erte, tampak sosok kuntilanak terbang melayang-layang dengan mata melotot dan seringai yang menakutkan.. 

Hiiii,  syereeeem...! 

Selesai. 

Salam Sendu. 

Hiks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun