Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Wisata Kamis Pagi

16 November 2016   20:45 Diperbarui: 16 November 2016   20:53 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukad Cepung Waterfall. Bangli, Bali. (dokpri)

Mengantuk!

Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya saat membuka pintu kamar. Betapa tidak selain menjelma jadi kelelawar setiap malamnya. Jam 4 pagi adalah saat saya masih mencoba merangkai mimpi.

Tapi rasa kantuk itu mendadak hilang saat saya melihat owner dan beberapa petinggi perusahaan telah berdiri di depan pintu kamar dan mengajak ikut serta blusukan ke mess karyawan.

Agenda tetapnya setiap kamis pagi dan kejutannya adalah, semua karyawan tidak diberi tahu kemana akan dibawa pergi. Jadi bisa dibayangkan, selain nggak ada yang pada mandi. Aroma di dalam mobil pun sudah semerbak dengan aroma theraphy.

Kamis minggu pertama bulan November, semua karyawan diajak ke objek wisata air terjun yang lebih dikenal dengan sebutan Waterfall Tukad Cepung, yang berada di Kabupaten Bangli, Bali. Sebuah kawasan wisata yang masih jarang di kunjungi orang. Jalan menuju ke air terjun pun sangat sulit dan masih sangat alami.

Kita seperti berada diajak masuk ke dalam perut bumi. Melewati celah-celah dinding batu yang menjulang tinggi dan sempit. Selain dindingnya yang berlumut, semak dan pepohonan yang tumbuh di areal tersebut menambah asri objek wisata air terjun ini.

Terus terang, saat melihat letak air terjun yang tersembunyi di antara celah dinding batu yang menjulang. Saya langsung teringat cerita Jaka Tarub.

"Jangan-jangan ini adalah tempat para Bidadari mandi" Batin saya.

Di celah dinding batu itu, air terjun berada (dokpri)
Di celah dinding batu itu, air terjun berada (dokpri)
Melewati dinding batu untuk mencapai objek wisata air terjun Tukad Cepung (dokpri)
Melewati dinding batu untuk mencapai objek wisata air terjun Tukad Cepung (dokpri)
Jalan menuju ke objek air terjun Tukad Cepung (dokpri)
Jalan menuju ke objek air terjun Tukad Cepung (dokpri)
Setelah puas mandi dan berfoto ria. Perjalanan kami lanjutkan ke Desa Adat Penglipuran yang juga masih berada di Kabupaten Bangli, Bali. Di desa adat ini, kami melepaskan penat dan makan di rumah yang dibangun berhadapan dan semua bentuknya nyaris sama.

Kesan pertama saat memasuki Desa Adat Penglipuran ini adalah suasana yang sangat asri, sejuk dan bersih. Selain rumahnya tertata rapi dan saling berhadapan, jalan di tengah pemukiman ini menjadi pembatas dan menuju ke puncak tertinggi yang ada di Desa Adat Penglipuran.

Uniknya, di rumah-rumah ini banyak para pelajar dari beberapa negara (istilah saya) ngekost, dan menjadi bagian dari keharmonisan dan kebersamaan penduduk asli di Desa Adat Penglipuran.

Kebetulan di bagian belakang tempat tertinggi di Desa Adat Penglipuran ini terdapat hutan bambu yang terjaga dan terawat dengan baik.

Desa Adat Penglipuran yang sejuk dan asri (dokpri)
Desa Adat Penglipuran yang sejuk dan asri (dokpri)
Jalan yang menuju ke puncak tertinggi di Desa Adat Penglipuran (dokpri)
Jalan yang menuju ke puncak tertinggi di Desa Adat Penglipuran (dokpri)
Penglipuran's bamboo Forest-Bali (dokpri)
Penglipuran's bamboo Forest-Bali (dokpri)
Kejutan apalagi yang akan ditemui setiap kamis pagi? Saya sudah tahu, karena saya menjadi salah satu bagian dari rencana  dan hanya tertawa saat rekan-rekan menanyakan hal itu.

Bagi saya setiap malam kamis adalah saat saya tak lagi menjadi kelelawar dan merangkai mimpi lebih cepat dari biasanya. Karena setiap jam 4 pagi, di hari kamis. Saya harus membangunkan semua karyawan yang tinggal di mess perusaahan dan memastikan setiap perjalanan adalah kejutan yang menyenangkan.

Sekian.

Salam Sendu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun