Mohon tunggu...
Galuh Kinaya Putri
Galuh Kinaya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Hobi: Berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Bullying: Body Shaming

22 Agustus 2022   15:27 Diperbarui: 22 Agustus 2022   15:59 1687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Body shaming

Istilah body shaming pasti sudah tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Dari orang dewasa sampai mahasiswa dan bahkan anak-anak pun sangat mengenal  istilah ini. Dan kebanyakan orang pasti tahu bahwa ini merupakan istilah yang bermakna negatif. Lalu, sebenarnya body shaming itu apa sih? Apa sajakah dampak yang akan dirasakan oleh korban? Dan apakah body shaming itu bisa diatasi?

Body shaming adalah tindakan mencela dan mempermalukan seseorang dengan membuat ejekan atau perundungan tentang penampilan fisik seseorang. Mulai dari bentuk tubuh, warna kulit, berat badan, wajah, model rambut, dan lainnya yang berhubungan dengan fisik seseorang. Body shaming tidak hanya dapat dilakukan orang-orang dekat kita, akan tetapi dapat dilakukan juga melalui komentar negatif yang diberikan pelaku atau netizen melalui media sosial.

Tindakan body shaming ini mungkin dianggap sebagai hal yang wajar dan sering kali dijadikan bahan candaan bagi sebagian orang. Namun, ada juga yang memang ditujukan untuk menghina atau merudung seseorang yang fisiknya tidak memenuhi standar kecantikan. Tanpa memikirkan dampak pada korbannya, pelaku, sengaja ataupu tidak, mengeluarkan pernyataan-pernyataan kepada korban yang pastinya akan menyinggung dan menyakiti hati korban, misalnya "Kok kamu tambah gendut sih", "Muka kamu menggelap ya sekarang", "Makan ga sih kamu itu, kok ga tinggi-tinggi", "Kamu kurus banget, kekurangan gizi ni." dan sebagainya.

Pernyaaan-pernyataan seperti itu sering kali terdengar terutama di kalangan sekolah yang memang antara anak satu dengan yang lainnya sering berinteraksi dan bertemu hampir setiap harinya. Ada satu kasus, di sebuah Sekolah Menengah Pertama, wanita berinisial K. Dia sering mendapatkan candaan dari temannya mengenai bentuk tubuh. Walaupun itu untuk candaan, hati dari si K pasti merasa sakit meskipun dia tetap diam saja saat menerima kritikan dari temannya tersebut. Karena, pada kenyataannya tindakan body shaming termasuk salah satu bentuk bullying yang dapat mempengaruhi kesehatan mental hingga depresi berat kepada korbannya.

Sampai saat ini, body shaming masih marak di kalangan persekolahan maupun di lingkungan masyarakat. Kenapa itu dapat terjadi? Itu dikarenakan pola pikir masyarakat yang masih terikat dengan standar kecantikan tradisional berupa bentuk tubuh yang ideal, berkulit putih, wajah tirus, hingga tubuh yang tinggi serta jenjang. Bentuk tubuh yang perfect akan mengangkat citra dan standar ideal yang telah tertanam di masyarakat tentang kecantikan di desa maupun perkotaan.

Pada seseorang yang tidak dapat menerima perlakuan body shaming pasti akan memandang dirinya sendiri dengan gagal dalam urusan fisik tubuh. Itu akan menimbulkan rasa malu, kecemasan, serta cenderung merasa ada yang salah dalam dirinya. Kepercayaan diri pun akan menurun, terutama pada seorang wanita karena kita tahu bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan seorang laki-laki.

Selain itu, dampak dari body shaming lainnya adalah mengarah pada psikologis dan kesehatan mental pada korbannya. Seseorang akan membenci tubuhnya sendiri dan itu akan membuat kepercayaan dirinya hilang saat tampil di depan umum. Dan yang paling parah, diskriminasi seperti itu akan membuat korban untuk menyakiti diri sendiri serta meningkatkan depresi hingga memicu pikiran untuk melakukan bunuh diri. Kalau sudah seperti itu, siapa yang akan disalahkan?

Untuk mengurangi dampak-dampak diatas, berikut ada beberapa cara mengatasi body shaming, yaitu:

1. Abaikan setiap ejekan orang lain

Abaikan dan hiraukan saja setiap perkataan ataupun komentar negatif yang kita terima. Itu adalah cara yang cukup efektif agar kita tidak berpikiran negatif terhadap diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun