Mohon tunggu...
Galuh Iftita A.
Galuh Iftita A. Mohon Tunggu... Freelancer - Galuh Ifitita Alivia

Seorang mahasiswa perencana dari Universitas Jember, suka merencanakan termasuk merencanakan ingin menulis apa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan

5 Desember 2019   16:37 Diperbarui: 5 Desember 2019   16:55 3301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi mengalami kebakaran hutan sehingga kebakaran hutan bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan dengan cakupan wilayah cukup luas. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan suatu keadaan dimana banyak sekali pepohonan yang dilalap api, dan api tersebut menghancurkan hutan baik dalam jangka waktu cepat maupun lambat. 

Kebakaran hutan yang terjadi di sebagian wilayah di Sumatera dan Kalimantan menyebabkan hilangnya tempat tinggal atau habitat satwa asli endemik seperti orang utan dan fauna lainnya. Serta dengan hutan yang terbakar menyebabkan berkurangnya varietas vegetasi yang ada. Kemudian hal terpenting akibat dari kebakaran hutan ialah berkurangnya cadangan persediaan air yang ada pada satu kawasan.

Saat musim kemarau seperti ini hal yang paling ditakuti adalah terjadinya kekeringan yang nantinya bisa berdampak pada kebakaran hutan. Kebakaran hutan terjadi bukan tanpa sebab, dan terdapat berbagai hal yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan yakni sebagai berikut :

  • Letusan lava gunung berapi
  • Petir yang menyambar pepohonan
  • Pembakaran lahan gambut yang terjadi saat musim kemarau
  • Pembakaran hutan yang tanpa kendali
  • Pembakaran oleh manusia secara sengaja
  • Sengketa pihak swasta, pemerintah, juga masyarakat

Kebakaran hutan yang terjadi memiliki dampak buruk yang dapat dirasakan langsung dan tidak langsung oleh manusia akibat dari terbakarnya hutan ini tidak sedikit antara lain :

  • Rusaknya ekosistem hutan
  • Terbunuhnya satwa dan vegetasi langka yang ada di dalamnya
  • Kabut asap yang membahayakan saluran pernafasan
  • Hilangnya berbagai plasma nutfah
  • Putusnya rantai makanan
  • Penipisan lapisan ozon
  • Berkurangnya paru-paru dunia dan fungsi hutan sebagai penyeimbang alam
  • Terjadinya pemanasan global
  • Hilangnya cadangan air bersih
  • Berkurangnya sumber makanan
  • Menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia
  • Serangan hewan liar yang masuk ke pemukiman warga

Karena persoalan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah diketahui faktor penyebab dan juga dampak yang akan timbul dari permasalahan tersebut. Lebih baik mengatasi permasalahan itu dengan upaya memperkuat pencegahan daripada upaya penanganan seperti yang selama ini di lakukan pemerintah. 

Permasalahan karhutla ini sangatlah kompleks sehingga dapat mempengaruhi faktor iklim di Indonesia. Selama ini yang dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan pendekatan penanganan karhutla dengan adhoc dan program pencegahannya belum massif. 

Pada saat kekeringan dan kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera selain menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagi masyarakat yang menghirup kabut asap tersebut. Juga dapat mempengaruhi perubahan iklim Indonesia disini ialah lapisan ozon semakin menipis yang akan berdampak pada cuaca yang tidak menentu. 

Selain dua permasalahan diatas yang terjadi akibat karhutla ada salah satu permasalahan lagi yang sangat berbahaya jika terus dibiarkan yakni berkurangnya cadangan persediaan air di suatu kawasan.

Cadangan air biasanya tersimpan pada akar-akar pohon yang usianya sudah cukup tua dan kuat. Hal ini guna mengantisipasi jika suatu saat kemarau tanaman-tanaman yang memiliki cadangan persediaan air dapat mengaliri air ke akar-akar tumbuhan di sekitarnya. 

Dengan langkah tersebut dapat mengantisipasi karhutla akibat kekeringan yang nantinya akan menimbulkan kebakaran. Pemerintah dapat melakukan penanaman tanaman-tanaman tersebut itu untuk meminimalisir karhutla yang sering terjadi di Kalimantan dan Sumatera.

Oleh karenanya salah satu tindakan pencegahan dari kejadian kebakaran hutan dan lahan yang ada di Kalimantan dan Sumatera, yakni dengan menanam berbagai jenis vegetasi yang nantinya berpotensi untuk menyimpan persediaan cadangan air yang banyak untuk kebutuhan suatu kawasan. Vegetasi yang dapat ditanam disana adalah Beringin dan Bambu dan vegetasi ini dianggap mudah untuk dipelihara pertumbuhannya. 

Pohon beringin dapat menjamin pasokan air karena kemampuannya menyimpan cadangan air pada musim hujan dengan baik dan mengeluarkannya pada musim kemarau secara teratur. Selain memiliki manajemen pengairan yang baik, beringin merupakan penguat lereng alami. Pohon ini dapat mencegah erosi karena akar-akarnya yang kuat dan mampu tumbuh bahkan di atas batu sekalipun.

Struktur perakaran dalam dan akar lateralnya mampu mencengkram tanah dengan baik. Postur tubuhnya yang rindang membuat siapapun yang duduk di bawahnya dapat menghirup udara segar. Dedaunan dan akar gantungnya mampu mengubah karbondioksida dan timbal hitam menjadi oksigen. Sedangkan Bambu mempunyai fungsi yang sangat signifikan pada lingkungan untuk menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air. Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah-daerah lereng, sehingga mampu mengurangi erosi, sedimentasi, dan longsor.

Serumpun bambu dapat menahan air hingga 500 liter, menghasilkan oksigen di mana satu batang bambu cukup menampung cadangan untuk dua orang bernafas. Artinya, serumpun bambu mampu menampung oksigen untuk menampung 200 orang bernafas. Selain itu bambu juga dapat menyuburkan tanah dan menahan tebing. 

Selain itu bamboo juga memiiki nilai jual yang ekonomis sehingga masyarakat tidak perlu lagi membuka lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit maupun yang lainnya. Dengan melakukan pengmbangan bambu dapat menampung air dan juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar sehingga ini akan menciptakan siklus yang akan berulang dan tidak menimbulkan masalah.

Kemudian pemerintah juga bisa menerapkan teknologi dalam menanggulangi permasalahan kebakan hutan dan lahan yang terjad saat ini. Seperti mengetahui titik-titik yang menjadi sumber api berawal agar para petugas dapat dengan sigap untuk melakukan pemadaman agar tidak tersebar secara luas. 

Jika daerah yang ingin dijangkau sulit pemerintah bisa menggunakan pesawat khusus yang sering digunakan negara-negara maju dalam melakukan pemadaman jika terjadi kebakaran hutan. Kemudian bisa menempatkan tirai-tirai khusus penangkap embun untuk melakukan penyiraman dikala musim kemarau terjadi agar tidak ada gesekan ranting-ranting kering yang dapat memicu munculnya api yang memungkinkan kebakaran hutan.

Tak hanya itu, program pencegahan juga dilakukan oleh pihak swasta yang merasa ikut andil dalam keadaan kebakaran hutan ini. Salah satunya adalah dengan program pencegahan yang disebut Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diharapkan dapat membantu warga dalam menjaga lingkungan sekitarnya. 

Kemudian dikenalkan juga program pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan secara terpadu yang disebut dengan Integrated Fire Management (IFM). Program ini antara lain mulai dari pembentukan Regu Pemadam Kebakaran (RPK) mandiri, penggunaan teknologi modern, hingga kelengkapan infrastruktur dan peralatan yang memadai. 

Baik program DMPA dan IFM merupakan salah satu kerja nyata untuk menanggapi kebijakan konservsi hutan. Kebijakan ini tak hanya membahas tentang keadaan hutan dan iklim yang kian berubah. Namun juga mencakup perngembangan sumber daya manusia sebagai pelaku kegiatan dan kelestarian alam yag berada di kawasan sekitar seperti Kalimantan Barat.

Menurut artikel ilmiah yang ditulis oleh Candradewana Boer, pada tulisnnya "Forest and fire suppression in East Kalimantan, Indonesia" menjelaskan beberapa perencanaan dan aktifitas yang digunakan di Indonesia dalam menanggulangi dan mencegah kebakaran hutan. Salah satunya adalah dengan Pembagunan Masyarakat Desa Hutan yang mewadahi masyarakat, khususnya petani dalam mengatur pembukaan lahan yang terkadang beruntut pada kebakaran hutan.

Sebuah program akan menjadi terwujud apabila ada peran aktif semua elemen masyarakat di dalamnya. Dengan program penanaman vegetasi yang mampu menyerap air hingga pembuatan kebijakan yang mengatur pembukaan lahan hutan secara liar. Tujuan utama untuk mengurangi dan mencegah dampak kebakaran hutan tentunya diperlukan usaha dan kerja keras yang tidak sedikit. 

Perlu adanya penguatan kelembagaan tingkat sosial yang dapat secara aktif berperan dalam perlindungan hutan. Penggabungan antara pengetahuan dan ketereampilan lokal yang ada mengenai pemadam kebakaran merupakan solusi optimal untuk mencegah dan menanggulangi hutan.

Sumber:
Boer, Chandradewana. 2015. Forest and fire suppression in East Kalimantan, Indonesia. Artikel Ilmiah. Staff of Forestry Faculty of Mulawarman University. fao.org.

Guitarra, Pratama. September 2019. Upaya pencegahan lebih efektif atasi masalah kebakaran hutan dan lahan. Artikel Daring. Diunduh pada 30 September 2019. kontan.co.id.

M. Idhom, Addi. September 2019. Penyebab dan Akibat Kebakaran Hutan di Kalimantan Hingga Sumatera. Artikel Daring. Diunduh pada 30 September 2019. tirto.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun