Mohon tunggu...
Galuh Pramesti Regita Andini
Galuh Pramesti Regita Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Nasional

Pengagum tokoh fiksi dan amatir yang tidak pernah berhenti.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Demam Citayam Fashion Week Belum Usai

2 Agustus 2022   10:19 Diperbarui: 2 Agustus 2022   11:15 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Galuh Pramesti Regita Andini

Belakangan ini Citayam Fashion Week (CFW) menjadi fenomena yang paling disoroti masyarakat Indonesia, bahkan menjadi topik hangat yang menimbulkan perdebatan. Pasalnya, kini kawasan Sudirman telah disulap menjadi tempat peragaan busana dan ajang pamer outfit oleh pemuda-pemudi yang berasal dari Citayam, Depok, hingga Bojonggede. Oleh sebab itu juga nama SCBD yang awalnya merupakan singkatan dari Sudirman Central Business District kini beralih menjadi Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok.

Demam CFW sendiri bermula dari viralnya wawancara para remaja yang kerap nongkrong di kawasan perkantoran elit yang terletak di Sudirman, Jakarta Pusat. Beberapa remaja yang paling banyak diperbincangkan oleh netizen diantaranya adalah Bonge, Roy, Jeje dan Kurma. Hal ini kemudian menarik atensi netizen Indonesia, dimana style dan outfit yang digunakan remaja SCBD ini dianggap mencolok dari gaya berpakaian remaja pada umumnya, dan dinilai memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi hiburan bagi netizen Indonesia.

Tren Citayam Fashion Week ini nyatanya mengundang respon positif dari sebagian masyarakat, karena hal ini menjadi semacam wadah untuk berekspresi dan mendorong kreativitas masyarakat khususnya para remaja dalam memadu-padankan pakaian atau outfit terbaik mereka. Fenomena CFW ini juga sempat mendapat pujian dari masyarakat karena telah menaikan perekonomian dan menghidupkan usaha yang ada di sekitar lokasi.

Namun sayangnya fenomena ini juga banyak menuai kontra dikalangan masyarakat. Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan tempat yang digunakan untuk menggelar CFW adalah zebra cross yang terletak di Dukuh Atas. Tempat ini dianggap tidak cocok digunakan untuk ajang fashion show, karena akan mengganggu ketertiban umum serta aktivitas jalan raya.

Tak hanya itu, tindakan dari para pengunjung dan remaja SCBD yang berlenggak-lenggok bak model papan atas di area zebra cross dianggap hanya menambah kemacetan di Jakarta, serta membahayakan diri sendiri dan orang sekitar, bahkan memungkinkan terjadinya tindak kriminal.

Photo by Galuh Pramesti Regita Andini
Photo by Galuh Pramesti Regita Andini

Disisi lain persoalan tentang sampah-sampah yang mulai berserakan di sekitar area Dukuh Atas menjadi hal yang memprihatinkan, membuat kotor dan mengganggu pemandangan umum. Oleh sebab itu sejumlah aparat gabungan yang terdiri atas polisi, Satpol PP, hingga dari Dinas Perhubungan sempat menegur muda-mudi SCBD dan pengunjung sekitar untuk tidak lagi menjadikan area zebra cross sebagai tempat melakukan 'catwalk' dan membuat konten.

Namun nampaknya teguran dari beberapa aparat tak mengurangi antusias masyarakat sekitar Jakarta dan sekitarnya untuk mengunjungi gelaran CFW yang tengah viral ini. Pasalnya hingga saat ini area zebra cross masih ramai dan kembali dikerumuni oleh warga untuk membuat konten dengan smartphone mereka dan berpose di tengah zebra cross.

photo-by-galuh-1-62e8990fa51c6f714a0c0a1b.jpg
photo-by-galuh-1-62e8990fa51c6f714a0c0a1b.jpg
Photo by Galuh Pramesti Regita Andini

Dengan demikian, demam Citayam Fashion Week bisa dikatakan belum sepenuhnya usai. Euforia CFW masih terus berlanjut, terlebih kini CFW bukan lagi diramaikan oleh masyarakat biasa namun sejumlah tokoh terkenal mulai dari para pejabat negeri, model, influencer, hingga artis papan atas turut eksis dan meramaikan fenomena ini. Seperti Baim Wong, Kiki Saputri, Cinta Laura hingga Ridho Illahi.

Demam Citayam Fashion Week ini baik, tetapi alangkah lebih baik apabila kita semua tidak melewati batas dan tetap mematuhi aturan yang berlaku. Menjaga lingkungan sekitar, dan yang terpenting menghormati sesama pengguna jalan agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sebab sayang sekali jika momentum baik ini malah menimbulkan dampak negatif, karena bagaimanapun juga ramainya fenomena CFW ini begitu membantu para pedagang sekitar untuk memulihkan perekonomian mereka setelah terjadinya pandemi COVID-19 yang juga menyebabkan perekonomian Indonesia melumpuh.

*Galuh Pramesti Regita Andini, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UNAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun