Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekali Lagi, Bukan Bencana yang Membunuh Mereka, Tetapi Kelalaian Manusianya

2 Oktober 2018   02:20 Diperbarui: 2 Oktober 2018   02:54 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah cara pandang  kuasa politik kemapanan yang alergi pada protes dan konflik.  Celakannya, cara pandang ini dirembeskan pada lapis-lapis masyarakat kemudian menjadi mind-set ini yang pada akhirnya membetuk langgam pemahaman yang masih hidup ditengah masyarakat  hingga sekarang.

Cara pandang  diatas harus kita rombak.  Karena akan bertolak belakang dengan kenyataan daur siklus alam raya yang terus bergerak dan berubah dari setiap detiknya.

Bencana adalah sebuah keniscayaan  siklus Alam.

Bumi yang kita pijak sekarang adalah adalah bagian dari kenyataan kosmologi  yang terus bergerak secara dinamis. Bahkan semua orang yang pernah mengenyam pelajaran Geografi dan Ilmu pengetahuan alam telah meyakini bahwa bumi kita terus bergerak persekian detiknya berputar mengelilingi matahari.  Ini artinya ada gerakan seperti kumparan yang mana ditengahnya ada poros yang menjadi tumpuan sekaligus sumbu dari keajekan berputarnya bumi yang tidak pernah berhenti.

Selain berputar secara kontinyu dalam poros-sumbunya,  bumi  pada saat bersamaan juga bergerak mengelilingi matahari dengan garis edar yang seolah sudah ada yang menentukan. Dalam hukum gerak alam raya tersebut bumi bersamaan degan planet-planet  yang lain telah terintegrasi dalam tatanan yang lebih besar yang sering kita sebut sebagai gugusan lanskap Galaksi Bima Sakti.

Itulah sekelumit dari gambaran kosmologi alam raya dima na posisi bumi dan segala isinya adalah kenyataan material-hidup yang terus bergerak secara dinamis dan tidak ada kata berhenti. Manusia sendiri sebagai penghuninya juga tidak akan tahu kapan kehidupan alam raya ini dimulai dan kapan berhenti.

Dari situlah kemudian kita akan memulai melihat bagaimana sebuah bencana muncul dan terjadi ditengah-tengah kita.

Keberadaan Indonesia dalam peta bumi yang terus bergerak secara kontinu diatas adalah masuk pada kenyataan geografis yang berbeda dengan belahan wilayah negara-negara lainnya. Letak Indonesia jika diteropong dlam ilmu geologi berada tepat diatas pertemuan dua lempeng bumi yang lebih dikenal degan sebutan patahan.  Lempeng-lempeng tektonik di permukaan bumi tersebut selalu bergerak dinamis. Sehingga terutama di bagian pinggirnya kerap terjadi gempa bumi.

Kawasan gempa bumi paling terkenal adalah masuk pada sebuah zona yang kita kenal dengan  cincin api Pasifik. Area yang terlewati oleh cincin api ini  adalah  membentang dari Chile di Amerika Selatan melintasi pantai timur Amerika Utara, Jepang, Filipina, Indonesia hingga ke kawasan kepulauan Tonga.

Jika menatap bumi dari angkasa, kita tetap tidak bisa melihat bahwa permukaan bumi terpecah. Menjadi sejumlah lempeng besar dan kecil.

Dan lempeng-lempeng itu terus bergerak. Iniah yang disebut lempeng tektonik. Adalah ilmuwan Jerman, Alfred Wegener yang menggagas teori lempeng tektonik pada 1911.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun