Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dibutuhkan "Letupan" Para Legendaris kita untuk Memenangkan Asian Games 2018

3 Agustus 2018   11:34 Diperbarui: 8 Agustus 2018   03:15 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang saka Merah putih seharusnya menemaninya sebagai simbul kebanggaan yang berkibar  berkeliling pada purna laga tersebut ternyata tidak bersamanya. 

Inilah peristiwa janggal dan begitu mengecewakan semua pihak. Terkesan seluruh oficial dan persiapan teknis begitu ceroboh menelantarkan sang Pahlawan yang pada detik-detik itu melambungkan nama bangsa Indonesia pada kejayaan.

Pada peristiwa ini tidak etis jika saling menyalahkan, tetapi paling tidak Lalu sudah dengan kebesaran hati dan kepolosannya telah membukakan mata kita untuk segera sadar dan bangkit akan pentingnya makna olah raga bagi bangsa sendiri.

Merubah paradigma keolahragaan merevolusi jiwa bangsa.

Itulah faktanya. Kita seringkali tidak menyadari bahwa pada dasarnya kita adalah sebagai bangsa yang memilki potensi kejayaan dan kehebatan yng belum tergarap secara maksimal. Negara dan kita sebagai warga yang menghuninya selalu saja terlambat untuk menyadari akan hal ini. Sederet torehan tinta emas yang diukir oleh anak-anak negeri ini acapkali menghentakkan banyak orang  ditengah ketidaksadaran dan kelalaian.

Mutiara-mutiara yang berkilau diatas seringkali terlahir lepas dari buaian tangan kuasa  Pemerintah,  layaknya orang-orang berpotensi yang diguyur dengan fasilitas yang memadai.  Namun acapkali kita mendengar bahwa  puncak prestasi para pahlawan tersebut karena dididik dan digembleng oleh keprihatinan yang bersahaja.  Padahal tidak bisa dipungkiri ujung dari sukes yang mereka peroleh akan mengharumkan nama bangsa dan negaranya.

Sebaliknya, bukan menjadi rahasia lagi ketika mendengar  diakhir karir dari perjalanan hidup para sang jawara tersebut seringkali dilanda kenistapaan hidup yang begitu memilukan.

Inilah potret paradok yang masih menghantui nasib para pahlawan olahraga yang masih dipandang sebelah mata oleh para pemangku kuasa negeri ini.

Sudah saatnya cara pandang dan paradigma berolah raga bangsa ini harus segera dirombak. Hal ini cukup beralasan karena  seiring dengan carut marut visi kebangsaan diera kekinian yang masih berhenti sebatas jargon dan simbul yang hampa pemaknaan.

www.kompasiana.com
www.kompasiana.com
Penting kita untuk mengingat kejayan Indonesia pada Asian Games yang ke IV tahun 1962 yang mana Indonesia pernah menjadi tuan rumah dengan menorehkan prestasi sebagai runner-up. Momentum perhelatan besar ini begitu dimanfaatkan oleh Presiden Soekarno untuk merombak cara pandang berolahraga  pada waktu itu.  Semangat tersebut bisa kita sarikan dari pidato pembukaan pada acara tersebut, yaitu":

"REVOLUSI keolahragaan kita adalah sebagian daripada nation buildingIndonesia, revolusi kita untuk membentuk MANUSIA BARU INDONESIA, antrapologis, rasial, adalah sebagian daripada nation building Indonesia. Pendek kata, Saudara, kita ini sekarang semuanja memikul tugas besar yang didalam satu perkataan dinamakan nation building," Bung Karno

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun