Mohon tunggu...
galihridho
galihridho Mohon Tunggu... -

nama saya galih asli gunungkidul. saya seorang penggemar berat MU dan menyukai dunia Broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Malioboro Andong & Heryadi

20 September 2015   20:26 Diperbarui: 20 September 2015   20:44 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malioboro merupakan salah satu ikon di kota Yogjakarta yang selalu dikunjungi wisatawan jika berkunjung ke Yogjakarta. Malioboro terletak di kawasan yang menjadi jantung utama kota yogyakarta. Jalan tersebut berada antara jalan Jenderal Ahmad Yani dan jalan Abu Bakar Ali atau biasa disebut titik 0. Ditambah jalan malioboro ini merupakan poros Garis Imajiner antara Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta dan Pantai Selatan. Yang mana ketiga tempat tersebut merupakan tempat yang dianggap sakral dan memiliki nilai supranatural yang tidak dapat dijelaskan.

Malioboro sendiri merupakan tempat belanja oleh-oleh yang sudah kondang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tak pelak, malioboro selalu dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Selain merupakan tempat belanja oleh-oleh, lokasi malioboro sendiri dekat dengan berbagai lokasi wisata, mulai dari keraton, benteng vredenbrugh dan tugu jogja sehingga menjadi paket wisata yang pas dan lengkap. Selain kita bisa menambah wawasan dengan berkunjung ke tempat sejarah di yogyakarta, kita juga dapat berbelanja aneka oleh-oleh. Seperti makanan dan minuman, suvenir, batik khas jogja, dan lain sebagainya.

Karena merupakan tempat belanja oleh-oleh, tak heran jika kita menemui banyak sekali pedagang kaki lima di sepanjang ruas jalan. Melihat besarnya potensi Malioboro, pemerintah daerah pun terus melakukan perbaikan fasilitas di malioboro agar wisatawan yang datang pun nyaman berkunjung ke malioboro. Mulai dari penataan tempat yang rapi, PKL yang tertib, bermacam-macam aneka transportasi mulai dari Transjogja, Taxi, becak dan Andong. Karena merupakan salah satu ikon Yogyakrta, tak heran jika andong masih banyak kita temui. Terlebih yogyakrata dikenal sebagai kota yang masih memegang erat kebudayaan dan tradisi masa lampau sehingga keberadaan andong sampai sekarang masih ada dan terjaga keberadaannya.

Delman atau andong merupakan salah satu transportasi darat tempo dulu yang masih digunakan sampai sekarang. Andong biasanya difungsikan sebagai alat transportasi pengangkut barang-barang dagangan ibu-ibu dari pedesaan menuju pasar-pasar tujuan maupun sebalinya. Selain berfungsi sebagai media pengangkut barang dagangan, Andong berfungsi sesuai dengan aslinya sebagai alat transportasi umum bagi masyarakat di yogyakarta. jumlah tukang andong di kawasan malioboro hampir 400-an, yang siap mengajak para wisatawan untuk mengelilingi kota jogjakarta dengan nyaman tanpa melewatkan momen yang ada. Ditambah keramah tamahan khas masyarakat jogja menambah nyaman perjalanan wisata para wisatawan.

Haryadi salah satu tukang andong di malioboro yang sudah 13 tahun menjadikan andong sebagai mata pencahariannya mengatakan jika andong ini memang selalu jadi tunggangan para wisatawan untuk mengitari kota yogyakarta. Mulai dari wisatawan lokal sampai mancanegara pun tak mau ketinggalan menikmati sensasi naik andong. Tak jarang para pejabat juga pernah naik andong milik pria yang berasal dari godean ini. Banyak suka duka yang sudah dirasakan haryadi, namun beliau tetap mantap menekuni profesinya. Ada hal unik sebelum pak haryadi ini menjadi tukang andong. Beliau dahulu adalah seorang satpam di salah satu pabrik di jogja. Karena pekerjaan satpam yang tak mesti seharian full, beliau pun berpikir bagaimana jika mengisi waktu longgarnya yang ada untuk mencari uang tambahan. Bermodal kuda yang dimiliki orang tua, terbesit pikiran untuk menjadi tukang andong. Dengan dana kurang lebih satu juta, [caption caption="Andong Malioboro"][/caption]beliau membuat gerobak andongnya. Setelah semua jadi, haryadi mencoba peruntungannya menjadi tukang andong. Walhasil ternyata hasil pemasukan selama satu bulan yang beliau dapatkan lebih besar dari gajinya menjadi satpam. Akhirnya haryadi pun memutuskan berhenti menjadi satpam dan berganti profesi sebagai tukang andong.

Selain bisa sekalian refreshing dan bisa berkenalan dengan banyak orang, perawatan andong sendiri tidak susah. Pakan dan minum si kuda pun tidak neko-neko. Cukup diberi makanan rendeng (daun kacang kering) dan air yang dicampur katul. Menurut beliau andong sewajarnya harus dilestarikan dan keberadaanya. Mengingat kultur budaya yang kental di Yogjakarta tempo dulu. Haryadi pun berharap, para tukang andong perlu diintensifkan untuk diajari berkomunikasi dengan bahasa inggris guna mempermudah komunikasi dengan wisatawan asing. Selain mempermudah, bisa berkomunikasi dengan inggris juga bisa meminimalisir salah tangkap dalam komunikasi antara tukang andong dengan wisatawan asing. Efeknya jelas kalau tukang andong bisa berkomunikasi dengan bahasa inggris, akan memperbanyak wisatawan asing yang naik di andongnya. Kalau sudah begitu akan lebih banyak wisatawan asing yang datang ke jogjakarta. Dengan Semua andong yang berada di naungan dinas kebudayaan yogyakarta, tentu kualitas dan pelayanan akan lebih baik serta keberadaan andong di malioboro ini akan terus ada dan terjamin hingga masa yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun