Mohon tunggu...
Galih Nur Octafian
Galih Nur Octafian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nikmati tiap seperduabelas kakinya, mari menulis dan melukis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dari Rumah: Ketimpangan Pembelajaran dan Partisipasi Orangtua

29 Juli 2021   20:00 Diperbarui: 29 Juli 2021   21:48 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam upaya mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19 membawa perubahan di beberapa aspek kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan dengan mengatur pelaksanaan pendidikan pada masa darurat penyebaran virus corona. 

Implementasi kebijakan belajar dari rumah (BDR) yang berkepanjangan memberikan dampak beragam, beberapa studi dilakukan untuk melihat dampak pelaksanaan BDR ini. Salah satu dampak pelaksanaan kegiatan BDR yaitu ketimpangan pembelajaran, namun untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan pembelajaran perlu adanya studi yang komprehensif.

Pada masa pandemi kegiatan BDR dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, minimal yaitu menggunakan gawai. Peserta didik yang memiliki kondisi sosial-ekonomi lebih baik, mereka dapat dipastikan memiliki fasilitas penunjang BDR sehingga tetap dapat belajar secara optimal selama pandemi. Sementara itu, peserta didik yang tidak memiliki akses internet dan lingkungan belajar yang tidak mendukung akan tertinggal. Mereka kehilangan kesempatan belajar yang seharusnya didapatkan dalam situasi normal.

Masih terdapat beberapa pihak yang memandang bahwa pelaksanaan BDR dapat mewujudkan hasil belajar yang optimal, meskipun mereka tahu pengukuran hasil belajar peserta didik di sekolah secara umum diukur melalui tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (perubahan sikap atau perilaku) yang relatif kurang optimal di kondisi ini. 

Apabila pelaksanaan pembelajaran tidak dipersiapkan untuk menghadapi keragaman kondisi belajar peserta didik, maka lambat laun peserta didik berkemampuan rendah akan semakin tertinggal. Penerapan BDR yang berkepanjangan memiliki risiko penurunan kemampuan belajar bagi peserta didik yang memiliki latar belakang sosial-ekonomi kurang baik. 

Ketimpangan ini sudah terjadi jauh sebelum adanya pandemi, khususnya ketimpangan dalam mengakses pendidikan yang berkualitas. Faktor terjadinya ketimpangan ini karena belum meratanya infrastruktur, akses terhadap teknologi informasi, dan perbedaan latar belakang orang tua dari peserta didik. Sehingga hal tersebut mendorong penulis melakukan survei untuk melihat dampak pelaksanaan BDR dari sudut pandang orang tua. 

Survei dilakukan melalui pengisian google formulir yang diikuti oleh 25 orang tua peserta didik dengan status sosial-ekonomi menengah bawah (middle lower) yang dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pekerjaan.

Kontribusi orang tua dalam mendampingi anak selama BDR mayoritas dilakukan oleh ibu usia 35-54 tahun (84%) dengan latar belakang pendidikan sudah menyelesaikan jenjang SLTA/Sederajat (76%). 

Survei juga menunjukkan akses layanan internet untuk pembelajaran daring belum digunakan secara optimal, temuan yang didapatkan yaitu hanya sekitar 29,3% yang menyatakan memanfaatkan media lain (selain bahan ajar yang diberikan oleh guru melalui WhatsApp Group) dalam mendampingi anak selama belajar. 

Beberapa orang tua berharap adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selama BDR. Misalnya, memperbanyak sesi penyampaian materi yang dilakukan (bukan hanya tugas saja) dan memberikan pelatihan ataupun pendampingan mengenai pemanfaatan teknologi informasi kepada orang tua dan peserta didik.

Kegiatan BDR memerlukan partisipasi orang tua dalam pelaksanaannya. Orang tua diharapkan mampu menyediakan waktu sekitar 45-60 menit untuk melakukan aktivitas seperti berkomunikasi dengan guru, mendampingi anak belajar, dan membantu anak dalam memahami materi selama pelaksanan BDR. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan tidak hanya sebatas menanggung biaya dan menyediakan fasilitas penunjang pembelajaran, namun lebih luas dari pembiayaan semata; berkontribusi terhadap pencapaian kompetensi anak selama belajar dan memastikan anak belajar dengan optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun