Mohon tunggu...
Muhamad Jalil
Muhamad Jalil Mohon Tunggu... Dosen - Orang pinggiran

Write what you do

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhasabah Diri dengan Mengingat Mati

16 Februari 2019   07:15 Diperbarui: 16 Februari 2019   07:44 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kematian adalah sebuah kepastian. Tak bisa diajukan dan tak bisa pula ditangguhkan. Datangnya tidak ada yang dapat memprediksi. Karena kematian adalah misteri yang dirahasiakan oleh tuhan. Bisa jadi kalian yang duluan, saya yang belakangan. Atau saya yang belakangan, kalian yang duluan. Semua tidak ada yang tahu.

Kematian digambarkan dengan kembang manggar pada pohon kelapa. Adakalanya jatuh manggarnya duluan, atau pentilnya duluan, bisa jadi buah kelapa yang masih muda, atau bahkan kelapa yang sudah tua yang jatuh ke tanah.  

Kurang lebih demikian analogi kematian. Tak ada yang mengetahuinya. Ada yang diambil saat masih orok. Justru ada manusia yang sakit bertahun-tahun justru kematian tak segera menghampirinya. Tetapi rata-rata kematian selalu dialami seseorang yang sudah sepuh dengan kondisi fisik yang sudah aus karena usia lanjut. 

Sekali lagi itu kondisi lumrah, saat kematian datang, tetapi kematian datang tidak pernah mengenal umur orang. Bayi, anak-anak, dewasa, dan tua semua layak kalau ajal sudah tiba. Karena kematian hak prerogatif Allah. 

Allah berhak mengambil ruh manusia kapan dan dimanapun. Manusia tak bisa mengelak dan juga tidak pernah tahu dengan waktu kapan akan tiba. Hal ini disebabkan karena kematian dimesterikan dan disembunyikan. Tak ada yang mampu menyingkap tabir waktu ajal menjemput. 

Tidak ada satupun orang yang bisa lolos dari Kematian. Walaupun sembunyi di gua, di hutan, di dalam palung lautan, kalau jatah umur sudah habis, maka malaikat Izrail akan datang mencabut nyawa seseorang.

Cara arwah keluar dari fisik badaniah seseorang juga berbeda-beda. Ada yang dimudahkan. Penyebabnya kadang sepele, seperti kebablasan tidur, atau kepleset  di kamar mansi. Sisi lain ada yang bolak-balik di ruang ICU Rumah Sakit, namun Allah masih memberikan panjang umur padanya. Yang pasti kita selalu berdoa agar kematian kita dipermudah dan berakhir khusnul khotimah.

Dengan dirahasiakan kapan kematian seseorang akan datang, maka disitulah letak bagaimana Allah ingin menjadikan kematian sebagai pelajaran bagi orang yang berpikir. Bahkan Imam Ghazali menuturkan bahwa tanda kecerdasan seseorang bukan karena ia memiliki IQ yang tinggi sehingga menguasai banyak bidang ilmu, tetapi orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat mati.

Dengan mengingat kematian, maka kita akan selalu menyiapkan bekal hidup yang lebih abadi setelah kematian datang. Karena dunia sifatnya hanya sementara. Ada kehidupan yang lebih kekal disana. Kematian hanyalah pintu untuk masuk ke alam lain, yaitu alam barzakh seraya menunggu hari kebangkitan datang. 

Lalu bekal apa yang bisa kita bawa? Harta yang melimpah? Kendaraan yang mewah? Rumah yang megah? Keluarga yang kita sayangi? Semua itu tidak akan bisa dibawa ke alam kubur sana. Dan semua akan meninggalkan jasad kita sendiri di liang  lahat. Hanya satu yang dapat dibawa, yaitu amal kebaikan yang pernah diperbuat selama hidup di muka bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun