Mohon tunggu...
Muhamad Jalil
Muhamad Jalil Mohon Tunggu... Dosen - Orang pinggiran

Write what you do

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menabur Benih Konservasi di Era Teknologi

15 November 2018   16:20 Diperbarui: 15 November 2018   16:32 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi membuat kehidupan manusia menjadi serba lebih mudah. Teknologi dikembangkan pada berbagai jenis bidang disiplin ilmu. Dewasa ini yang sedang berkembang pesat adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Adanya smartphone sebagai salah produk TIK telah mampu memenuhi kebutuhan manusia untuk komunikasi, game, pekerjaan, dan lain-lain. Dulu, pelajar zaman old harus bersusah payah jalan kaki atau mengayuh sepedanya agar sampai sekolah, tetapi pelajan zaman now cukup memanfaatkan ojek online untuk berangkat sekolah.

Teknologi yang juga berkembang pesat adalah bidang transportasi. Jika era 80-90 an para pelajar lebih mengandalkan transportasi umum untuk berangkat ke sekolah, tetapi yang sekarang kita amati tidak sedikit anak sekolah berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan pribadi, sehingga menyebabkan volume kendaraan membludak di jalanan. Hal ini wajar, karena jumlah kendaraan bermotor dari tahun 1949-2016 terus mengalami peningkatan (BPS, 2018). Jumlah kendaraan pribadi di Indonesia berbagai jenis berjumlah 129.281.079 unit.

Menurut World Resources Institute (WRI), Indonesia berada di posisi 6 dengan menghasilkan CO2 sebanyak 2053 miliar ton. Sumbernya adalah kendaraan pribadi dan deforestasi. Karbondioksida yang tak terkendali akan menyebabkan pemanasan global, yang dampaknya sedang dirasakan warga saat ini. Iklim tidak menentu, kekeringan berkepanjangan, kekurangan air bersih, dan volume air waduk, embung, dan sungai susut secara drastis.

Regulasi untuk mendapatkan kredit motor atau mobil di Indonesia sangat longgar. Hanya membawa uang tanda jadi yang tak seberapa sudah bisa membawa pulang mobil dan motor tes dari deller. Dan payahnya sebagian masyarakat kita masih bangga dengan kepemilikan kendaraan pribadi meskipun hanya lebel mobil dan motor kredit. 

Berbeda di Singapura, memiliki mobil pribadi bukan sebuah kebanggaan. Regulasi untuk memiliki mobil pribadi di sana sangat ketat, baik dari harga maupun dari pajak. Rata-rata pemilik mobil di Singapura harus merogoh kocek 19 juta perbulan. Sehingga Singapura termasuk negara yang bebas kemacetan.

Dari narasi di atas, bisa dikatakan bahwa teknologi satu sisi memberikan kemudahan, namun di sisi lain berdampak pada psikis dan fisik pada generasi milenial. Ada diktum "Smartphone membuat orang yang jauh menjadi dekat dan dekat jauh". 

Manusia lebih acuh tak acuh dengan manusia dan alam. manusia milenial lebih sibuk dengan gadgetnya masing-masing tanpa memperdulikan orang di sekitarnya. Gejala hiperialitas pada anak yang menganggap bahwa dunia mayanya adalah dunia aslinya. Mereka tidak sadar bahwa alam semeseta merupakan lingkungan terdekat yang harus diperhatikan dan dilestarikan.

Teknologi mestinya dapat menjaga dan merawat keutuhan manusia dan alam. Bukan untuk merusak seperti teknologi pukat harimau, teknologi bom atom untuk peperangan, teknologi cyber untuk penyebaran informasi hoaks, teknologi gergaji mesin untuk aktivitas illegal logging, dan seterusnya.

Teknologi adalah sebuah keniscayaan, ia tidak bisa ditolak dan dihindari. Kedatangan teknologi harus sikapi dengan cara yang bijak. Teknologi harus diikuti tanpa termakan teknologi. Filter yang paling ampu yaitu pendidikan karakter. Generasi mendatang harus disiapkan menghadapi era revolusi industri dengan membekali pendidikan karakter (Muhdi, 2018). 

Karakter menjadi modal dasar terlebih dahulu sebelum seseorang menerima modal-modal lain seperti pengetahuan atau keterampilan. Salah satu pendidikan karakter yang bisa disemaikan adalah pendidikan biologi konservasi. Adalah sebuah studi mengenai alam dan status dari keanekaragaman hayati bumi dengan tujuan melindungi spesies, habitat, dan ekosistem hewan dan tumbuhan dari laju kepunahan dan erosi interaksi biotik (Sahney & Benton, 2008).

Hemat penulis, pendidikan biologi konservasi merupakan jawaban kegersangan pendidikan di Indonesia yang masih menekankan aspek kognitif. Yang abai terhadap karakter bangsa. Dan konsep ini sesungguhnya sudah diimplementasikan oleh sebagian sekolah di lapangan. Namun mereka mengusung dengan jargon dan tema yang berbeda, seperti sekolah alam dan sekolah adiwiyata. Sangat disesalkan karena perhatian pemerintah selama ini dirasa sangat kurang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun