Mohon tunggu...
Galeh Pramudianto
Galeh Pramudianto Mohon Tunggu... Guru - https://linktr.ee/galehpramudianto

Pengamat langit-langit kamar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Audience Hingga Volunteer ChopShots Documentary Film Festival 2014

3 Mei 2014   06:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13990476211404503383

[caption id="attachment_322394" align="alignleft" width="420" caption="Volunteer ChopShots 2014"][/caption]

CHOPSHOTS Documentary Film Festival telah usai. Perhelatan ini diselenggarakan di berbagai lokasi, seperti di GoetheHaus, Kineforum, TIM XXI, Salihara, SAE Institute, dan BINUS International FX Campus. Mungkin sebagian dari kita masih ada yang asing dengan ChopShots, dan lebih familiar dengan Europe on Screen atau Festival Film lainnya yang format dan lingkupnya lebih besar seperti Oscar, Cannes atau Sundance Film Festival.

Apa itu ChopShots? ChopShots adalah sebuah festival film dokumenter karya sineas dari kawasan Asia Tenggara dan dunia. Festival ini diselenggarakan oleh DocNet Southeast Asia—sebuah proyek yang digagas oleh Goethe-Institut dan didanai oleh Uni Eropa—dan mitra penyelenggara dari enam negara di Asia Tenggara.

Awalnya saya mengetahui event ini dari timeline twitter saya, yang ketika itu ChopShots sedang membuka open recruitment untuk volunteer. Saya pun tertarik untuk menjadi volunteer, dan menelusuri lebih lanjut apa itu ChopShots. Di account ChopShots tertulis bahwa acaranya berlangsung dari tanggal 22 sampai 27 April 2014, yang berarti acaranya berlangsung dari weekdays sampai weekend.

Mengingat saya tidak ingin mengorbankan kuliah saya yang memang harus diperbaiki, maka saya pun dengan sangat terpaksa merelakan peluang tersebut. Saya pasrah hanya bisa menjadi penonton. Jujur aaya juga awalnya memang tidak begitu tertarik dengan film dokumenter. Hal itu memang lebih ke selera. Saya lebih tertarik kepada fiksi dan menyelami dunia imajinasi liar, daripada harus mengalami realita di sekitar saya. Maka dengan adanya film dokumenter dan ChoShots saya bersikap wajar dan biasa saja.

Ketidaktertarikan saya terhadap ChopShots pun berubah, ketika salah satu teman saya volunteer ChopShots memberi tahu bahwa dia punya dua tiket invitation opening. Saya tidak langsung tertarik meng-iya-kan, karena memang selera tidak bisa diganggu. Saya pun mencari info lagi, bahwa ternyata opening ChopShots itu ada screening film Jalanan. Film dokumenter yang sedang diputar di bioskop. Saya juga tidak tertarik kepada ‘Jalanan’ ketika sebelum mendapat pencerahan. Saya melihat banjir pujian menghampiri ‘Jalanan’ di timeline saya dari para sineas Indonesia favorit saya seperti Salman Aristo dan Riri Riza. Berawal dari situ saya pun menerima invitation dari Alinda Rimaya, temen saya tersebut.

Alasan lainnya untuk menghadiri opening ChopShots karena saya baru tersadar, kalau saya adalah Staff Public Relation dari organisasi sinematografi dan jurnalistik tv kampus yaitu SIGMA TV UNJ. Dari situ pikiran saya perlahan-lahan mulai terbuka. Ekspektasi saya ketika selesai menonton ‘Jalanan’ pun melebihi apa yang disuguhkan pikiran saya: luar biasa. Daniel Ziv yang bukan ‘orang film’ mampu mengantarkan ironi dari Boni, Ho dan Titi ke ruang eksebisi dengan apik. Pandangan saya kepada film dokumenter lamat-lamat berubah, ketika saya mendapat kabar lagi dari temen saya itu untuk membantunya menjadi volunteer ChopShots. Hari jumat dan minggu saya disuruh membantunya menjadi usher di Salihara, Pasar Minggu. Pas sekali, karena kuliah saya tidak hadir pada kedua hari itu.

Berbagai film dokumenter dari berbagai negara ditampilkan di Teater Salihara. Film favorit saya ketika itu adalah Farewell My School karya Ucu Agustin, berkisah tentang anak berkebutuhan khusus yang harus meninggalkan sekolahnya karena sudah waktunya ia harus hidup mandiri. Saya yang pada saat menghadiri opening tiketnya dirobek oleh usher, pada hari berikutnya saya yang menjadi usher yang tugasnya merobek tiket dan mengantarkan audience ke theatre. Dokumenter dapat mengantarkan pengalaman ke dunia saya yang sesungguhnya, dan ChopShots dapat membuat pikiran saya terbuka dengan realita yang dihantarkan di ruang eksebisi. Menarik!

Daftar Penerima Penghargaan Festival Film ChopShots 2014

Best International Documentary
Wukan – the Flame of Democracy(Lynn Lee & James Leong, Cina)
Jury Special Mention
Madam Phung’s Last Journey(Nguyen Thi Tham, Vietnam)
Best SEA Short Documentary
Where I Go(Neang Kavich, Kamboja)
2nd Best SEA Short Documentary
The Flaneurs #3(Aryo Danusiri, Indonesia)
Audience Award
Jalanan(Daniel Ziv, Indonesia)
Best DocNet Campus Project
#OUREVOLUTION(Phally Ngoeum, Kamboja)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun