Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Dibalik Mateni sing Mukti, Mukti sing Mateni

25 November 2015   19:39 Diperbarui: 25 November 2015   19:52 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


tentang Karya

2015, Merupakan kali ke tiga belas pameran seni rupa Biennale diselenggarakan di Yogyakarta. Mengusung tema “Hacking Conflict” dengan tajuk proyeksi seni “Bertolak – bersanding”. Dari tema tersebut, diharapkan para penggiat seni dan pelakunya dapat memanggungkan timpangnya sistem social dengan melakukan kerja-kerja seni melalui metode patisipatif  dan kritik sosial. Diantara karya-karya yang dipamerkan, ada sebuah instalasi yang dibuat oleh kelompok pelaku seni yang menamakan diri mereka Paguyuban Sidji (Seniman Imogiri, Dlinggo, dan Jetis).

Pada karya yang berjudul Mateni sing Mukti, Mutki sing Mateni tersebut Paguyuban Sidji membuat sebuah karya berupa instalasi atau mix media yang terbuat dari gabungan sampah-sampah dan juga limbah tanaman guna meretas masalah sampah di daerah irigasi Sriharjo, Imogiri, Bantul. Instalasi tersebut berbentuk menyerupai patung dengan tinggi kurang lebih 2 meter, dengan lingkar lebar bawah sekitar 1 meter dan mengerucut keatas dengan diameter sekitar kurang lebih 30cm. Pada bagian bawah, patung tersebut ditopang dengan 3 bilah bambu, yang juga menjulang didalam instalasi sampai ujung atas instalasi menjadi rangkanya.

Kemudian diatas penyangga, sekitar 40 cm dari dasar, terdapat kardus yang menutup bagian kerangka, berwarna coklat, yang di sayat-sayat pada bagain ujung bawah kardusnya, hingga seperti terurai. Pada sekitar kardus dikelilingi oleh potongan – potongan Koran bekas berbentuk potongan vertical dengan panjang 15 – 30 cm, dengan lebar diantara 5-10 cm dengan lekukan-lekukan yang tidak beraturan namun tetap menjuntai kebawah, yang dikaitkan melingkar menutup bagian samping kiri dan kanan juga bagian belakang. Potongan Koran bekas tersebut. Potongan Koran, juga terdapat pad bagian dalam kardus, hingga menutup sebagian bambu penyangga.disamping kanan kardus juga terdapat caping, yang tertutup rumbaian koran bekas.

Pada bagian, atas kardus, terdapat botol-botol plasti bekas air mineral , yang berupa botol, dan juga cup atau gelas. Mayoritas botol berwarna bening, dan aada beberapa botol berwaran putih, dan hijau transparan, dengan bentuknya yang sudah rusak atau ditekuk-tekuk. Sebagian botol masih ada tutupnya, namun kebanyakan tidak. Botol – botol bekas tersebut dikaitkan dan direkatkan melingkar bagian instalasi, dengan menggunakan tali rafia, dan juga kawat. Botol- botol tersebut juga disusun tidak beraturan, ada yang mengarah ke dalam, dan ada yang kepala botolnya mengarah keluar, tinggi susuan botol tesebut sekitar 50-60cm.

Setelah itu, diatas tumpukan botol-botol bekas tersebut, terdapat rumbai-rumbai Koran, yang menutup bagian kanan kiri dan belakang, dengan ember berwarna abu-abu pada ujung atas instalasi yang Nampak seperti sebuah kepala. Di sisi kanan kiri ember bekas tersebut terdpat Koran bekas yang dibentuk menyerupai bentuk tanduk berjumlah 2 (kiri dan kanan), yang agak mengarah melengkung ke bawah. 

Dibagian depan atau muka ember menghadap serong kekiri agak turun yang tidak tertumpuk potongan Koran, terdapat gelas plastik bening berbentuk lingkaran yang menempel, pada bagian kiri atas ember, dan dibawahnya terdapat potongan koran yang di potong setengah longjong, menyerupai bentuk mulut, berwarna putih tulang. Diatas ember, terdapat kardus bekas berwarna putih, berbentuk segi 4 dengan aksen hijau di depannya. Dan diatas kardus tersebut terdapat tutup panci, berbahan seng alumunium yang dipasang berdiri atau terbuka mengarah kedepan.

Analisis

Dari deskripsi instalasi tersebut, terdapat beberapa bagian dari instalasi tersebut. Ada sebuah imaginasi lain jika memandang karya tersebut,, seperti teori imajinasi “THEORY OF IMAGINATION” yang diungkapkan oleh Horowitz yakni “Imaji ini tidaklah terbatas padas sesuatu yang konkret-visual (kasat mata), melainkan sesuatu yang “Tampak” dan hadir pada batin (dalam Semiotika Komunikasi, 2013:111).

Begitupun ketika melihat bentuk fisik dari karya ini, maka ada sebuah pandangan lain yang muncul dipikiran. Dimulai dari bagian bawah, terdapat penyangga berupa 3 buah bilah bambu, yang sekaligus berfungsi sebagai rangka dari instalasi tersebut. Bambu-bambu tersebut diameternya lebih kecil dari instalasinya, yang sudah dipotong menjadi bilah. Selebar kurang lebih 15cm dengan bambu yang sudah kering dan berwarna kuning. Jika melihat dari bentuk dan letaknya, ke 3 bilah bambu yang menyangga tersebut berfungsi sebagai kaki dari instalasi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun