Mohon tunggu...
Galang Ksatria Bella
Galang Ksatria Bella Mohon Tunggu... Auditor - penulis lepas

Penulis pernah berkuliah di Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Kini, penulis adalah pengurus Majelis Kalam Ikaran Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Surabaya, Aktivis HIPMI Surabaya, dan Pegiat HMI Cabang Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mimpi Cak Imin Jadi Cawapres Buyar, Kalau Gus Ipul Kalah

2 November 2017   16:53 Diperbarui: 2 November 2017   17:20 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: matahationline.com

Menjelang Pilgub Jatim, mesin politik para kandidat terus dipanasi. Ada yang memilih memanasi mesin tersebut dengan bersafari ria. Ada pula yang terkesan diam. Beruntung yang seolah diam ini perempuan. Sebagaimana biasanya, diamnya perempuan pun penuh makna. Tafsirnya pun kemudian meluas kemana-mana.

Saifullah Yusuf, yang akrab dipanggil Gus Ipul, memang terus bergerilya. Ia pun kini bersanding dengan Bupati Banyuwangi Azwar Anas yang menjadi wakilnya. Sedangkan nama kawakan lain yang bersaing ketat di jajaran teratas, Khofifah Indah Parawangsa. Ia terus berhitung. Tentu dalam hal ini tidak terlepas dari konstelasi partai politik yang begitu cair.

Pasangan Gus Ipul-Azwar Anas didukung oleh PDIP dan PKB. Sedangkan Khofifah, santer terdengar akan diusung oleh Partai Golkar, Nasdem, PAN, dan juga Demokrat. Total kursi jika empat partai politik ini berkoalisi adalah 37. Sisanya, partai oposisi pemerintah yakni PKS dan Gerindra belum menentukan sikap. Lantas siapapun yang jadi Gubernur dan Wakil Gubernur nanti, all Jokowi final.

Meski untuk sementara, dua kandidat kuat berikut mesin politiknya adalah all Jokowi Final, namun ada yang gusar. Tak lain adalah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Ada dua alasan yang menguatkan bahwa dia lah orang yang paling cemas dalam Pilkada Jatim ini. Pertama, dua kali partainya mengusung Khofifah namun gagal. Padahal Jawa Timur digadang-gadang sebagai kandangnya PKB. Dahaga kekuasaan selama sepuluh tahun menjadi alasan untuk berbelok arah. Pada Pilgub 2018, PKB resmi mendukung Gus Ipul. Itu tandanya, ia akan head to head dengan Sang Mantan. Sebagaimana adegium mantan menyesal, begitulah jadinya jika ternyata Khofifah justru menang pada Pilgub 2018.

Kedua, mengenai perebutan kursi wakil Presiden pada Pilpres 2019. Jika Gus Ipul-Azwar Anas yang didukung oleh PKB dan PDIP kalah, maka bergaining position Cak Imin lemah untuk mengincar kursi RI 2.

Indikasi memang sudah menguat. PKB akan mengusung Cak Imin jadi Cawapres. Pada tanggal 1 November kemarin, sejumlah tokoh adat, agama, pemuda, dan mahasiswa di Kalimantan Barat yang tergabung dalam Relawan Kalbar untuk Cak Imin mendeklarasikan Muhaimin Iskandar untuk maju sebagai Cawapres 2019. Tepat satu hari yang lalu, surat PKB Jateng juga bocor. Isinya mengenai pemenangan Cak Imin jadi Cawapres 2019.

Ambisi jabatan apalagi yang pantas untuk Cak Imin, ketika ia sudah pernah mengisi berbagai pos strategis di negeri ini. Ia pernah menjadi wakil ketua DPR RI selama dua periode, kemudian pernah menjadi menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Terakhir, ia menjadi Ketua Umum partai pengusung Presiden. Lantas wajar jika ia mengincar kursi RI 2.

Lalu kenapa mimpi itu buyar kalau Gus Ipul kalah?

Jokowi diuntungkan. Ada dua hal yang dimiliki Jatim, yang tidak dapat ditemukan di provinsi lain. Pertama, mengenai jumlah pemilih. Pemilik hak suara di Jatim jumlahnya mencapai 30 juta orang atau setara dengan 16,28 persen pemilih nasional. Nilai strategis kedua adalah soal sejarah pilihan warga Jatim di Pilpres 2014. Pada Pilpres 2014 lalu di Jawa Timur, Presiden Jokowi menang atas Prabowo dengan prosentase 53,17 persen lawan 46,83 persen. Tentu selisih tipis ini menjadi catatan tersendiri bagi tim kemenangan Presiden Joko Widodo.

Bagaimana menguasai suara Jatim, kemudian menjadi persoalan tersendiri. Jokowi berkebutuhan dengan suara dan dukungan dari masyarakat Jatim. Lantas dengan begitu percaya diri, PDIP dan PKB mengusung Gus Ipul-Azwar Anas. Di saat bersamaan, Khofifah terus berhitung. Bisa saja, Khofifah kemudian didukung Golkar, Nasdem, PAN, dan Demokrat. Mengingat kursi calon wakil Gubernur masih kosong. Lantas kans kemenangan justru semakin terbuka.

Ketika Khofifah berhasil menjadi Gubernur, dan Gus Ipul keok, pada pilpres 2019, PDIP berkebutuhan tinggi dengan partai-partai pengusung Khofifah. Hal ini untuk mengamankan suara Jatim, berikut Gubernur yang terpilih. Bahkan wacana jika Khofifah menang di Jatim, lantas akan diusung mendampingi Joko Widodo, akan menambah panas persaingan. Cak Imin, tentu adalah orang yang paling cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun