Mohon tunggu...
Galang Ksatria Bella
Galang Ksatria Bella Mohon Tunggu... Auditor - penulis lepas

Penulis pernah berkuliah di Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Kini, penulis adalah pengurus Majelis Kalam Ikaran Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Surabaya, Aktivis HIPMI Surabaya, dan Pegiat HMI Cabang Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Megawati, Model Politik Ibu Rumah Tangga

31 Oktober 2017   01:28 Diperbarui: 31 Oktober 2017   01:53 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak kader partai yang ia pimpin menjadi Presiden, Megawati mendampat perhatian khusus bagi sebagian kalangan. Banyak pihak menyangka anak putra sang fajar ini adalah orang dibalik setiap kebijakan Presiden Joko Widodo. Jika dikaitkan dengan kebijakan reshuffle misalnya, banyak pihak mengaitkan posisi Puan Maharani sebagai menteri yang tak kan tergantikan, hanya karena ia anak Megawati. Pernyataan yang tak kalah kontroversi adalah ketika Megawati mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo hanyalah petugas Partai. Berawal dari pernyataan inilah, Megawati hingga saat ini memiliki ruang tersendiri bagi sebagian awak media massa.

Sosok Megawati juga seringkali dijadikan bahan meme, ataupun pembahasan hangat di media sosial. Tak jarang banyak juga ujaran netizen meragukan kredibilitasnya. Mesti begitu mereka percaya bahwa Megawati sebagai Presiden ke 5 dan Ketua Umum Partai Pemenang Pemilu 2014 hanyalah warisan 'nama besar' Soekarno. Lebih jauh mereka menyorot dibawah kepemimpinannya, Indonesia banya mengalami kerugian. Seperti penjualan aset negara, Indosat salah satunya.

Penilaian terhadap Megawati semestinya tidak terbatas pada masa kepresidennya yang hanya setengah periode, tetapi dilanjutkan dengan kepemimpinannya pada sebuah partai yang saat ini berhasil menduduki pucuk kekuasaan. Partai yang ia pimpin masih lekat sebagai citra partai wong cilik dan kemudian pernah setia menjadi oposisi di jaman pemerintahan Presiden SBY. Pilihan menjadi oposisi hingga dua periode inilah salah satu bentuk keberanian dan sangat penting bagi pembelajaran politik bangsa ini. Lantas Megawati layak jika dianggap sebagai salah satu politisi ideologis di tengah gelombang pragmatisme.

Namun dibalik keteguhan ketua umum mengawal hasil Munas yang menetapkan posisi PDIP sebagai oposisi pemerintahan SBY, banyak pihak memiliki penilaian lain. Banyak orang salah tafsir dengan mengira bahwa Megawati seorang pendendam atau menjadikan persoalan pribadi menjadi masalah partai. Megawati adalah pemimpin yang memiliki karakter kuat. Di tengah kondisi politisi Indonesia yang kebanyakan tidak memiliki karakter. Dengan memegang prinsip semua bisa diatur, asal menguntungkan, Megawati tetap saja kekeh memegang prinsip. Padahal kebanyakan dari politisi kita saat ini, negotiable dan takut jatuh miskin.

Jika Megawati seorang pendendam, seharusnya ia dendam kepada Soeharto. Namun sejarah mencatat, ketika ia memegang kekuasaan, ia tidak melakukan apapun kepada pihak-pihak yang telah melukai keluarga dan pribadinya. Padahal kalau ia mau memerintahkan tentara melakukan character asassination terhadap Soeharto, bisa saja. Seperti yang dilakukan oleh Soeharto kepada Bung Karno. Ia tegas mengatakan, tidak ingin setiap Presiden RI diperlakukan sebagaimana yang terjadi terhadap ayah beliau. "

"Tidak berarti saya harus dendam dengan memperlakukan Pak Harto sama seperti bapakku diperlakukan oleh beliau. Karena bagaimanapun, harkat martabat bangsa dan negara Indonesia ini jangan sampai diremehkan oleh bangsa lain, karena kita tidak menghargai tokoh-tokoh atau presiden sendiri, " ucapnya.

Megawati dianggap sebagai sebuah keajaiban politik kontemporer Indonesia. Kancah politik seorang ibu rumah tangga biasa, bukan seorang ahli politik atau tamatan perguruan tinggi, gelar berderet pun ia tak punya. Dia hanyalah seorang perempuan penuh kasih terhadap keluarga suami, anak, penggemar tanaman, tidak suka bicara, penggemar tanaman dan hobi memasak. Hal inilah yang kemudian memunculkan pandangan bagi sebagian kalangan, bahwa Megawati tidak paham politik.

Bagi penulis sangat salah bila dikatakan Megawati tidak paham politik. Beliau adalah anak putra sang fajar, yang hidup di dalam istana dan bergaul dengan Bung Karno yang selalu berbicara politik dengan tamunya. Kuliah politiknya langsung dari ayahnya. Guru besar politiknya adalah Soekarno. Lantas intuisi politiknya pasti lahir sejak kecil. Ketika beranjak dewasa, ia pun menikah dengan Taufiq Kemas, seorang aktivis. Pondasi inilah yang melahirkan karakter kuat politik a la Megawati.

Salah satu model politik Megawati adalah banyak diam. Sikap diam inilah yang tampaknya menjadi fenomena menarik karena tidak populer dalam dunia perpolitikan Indonesia. Politik Indonesia yang khas dengan kegaduhan elitnya, tidak nampak dalam figur Megawati. Strategi diam ini nampaknya sesuai dengan kondisi, karena mainstream banyak bicara ternyata membuat rakyat pusing. Bahkan ketika banyak pihak meragukan kualitas pidato dan komunikasi Megawati, enteng ia menjawab, "Di zaman Orde Baru ketika orang takut bicara, hanya saya sendiri yang ngomong dan saya ditertawakan. Di era reformasi ini semua orang berani bicara dan saya memilih diam kok orang pada ribut?."

Melihat jejak perjuangan Megawati melawan Orde Baru, dibuktikan sejak ia masuk Partai Demokrasi Indonesia, seharusnya menjadi hikmah bagi siapa saja yang mengerti makna perjuangan. Tentang peristiwa penyerangan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Intervensi Pemerintah dalam Munas PDI untuk menjegal kemenangan Megawati sebagai Ketua Umum, hingga tidak diakuinya kepemimpinan Megawati sebagai Ketua Umum oleh Pemerintah, makin memantapkan posisi Megawati sebagai simbol perlawanan. Ia menjadi kuat karena dia berikut barisan partainya menjadi kelompok teraniaya oleh kekuasaan negara.

Megawati boleh jadi tenggelam oleh nama besar ayahnya tetapi tidaklah sebuah perjuangan memiliki momentumnya sendiri untuk melahirkan seorang pejuang? Sejarah kemudian mencatat bahwa perjuangan menegakkan demokrasi dan keadilan tak bisa dipisahkan dari aktivitas politik Megawati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun