Mohon tunggu...
Galanghafidz Pakuaji
Galanghafidz Pakuaji Mohon Tunggu... Lainnya - Hallo

Hallo semua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan di Kala Pandemi

27 Juli 2020   17:14 Diperbarui: 27 Juli 2020   17:14 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemic  virus corona atau covid-19 belum usai juga menyerang umat manusia dimuka bumi ini, berbagai macam aspek telah lumpuh akibat covid-19 ini seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan dan masih banyak lagi. Pendidikan disaat pandemic ini memanglah sangat sulit dilakukan oleh banyak orang khususnya seluruh manusia -- manusia yang sedang mengemban ilmu dilembaga pendidikannya masing-masing. Orang-orang terpelajar sedang bingung tanpa arah terhadap situasi yang dihadapinya, mereka semua bingung harus melakukan apa?. 

Mengikuti perarturan pemerintah pun sudah, tetap dirumah saja seakan-akan mereka sedang mengikuti pelatian semi pengangguran dikala pandemic. Mengapa demikian? Mereka orang-orang yang terpelajar belum tentu dirumah belajar dengan kondusif dan efektif bukan karena mereka tidak mau atau malas, dikarenakan fasilitas yang tidak memumpuni, keadaan rumah yang selalu tidak harmonis sehingga mengganggu konsentrasi belajar dikala pandemic ahli-ahli malah bermain game atau nonton Netflix dikarenakan tidak mendapatkan arti dari belajar sesungguhnya.

Seseorang terpelajar yang sedang kesusahan dan kebingungan pun kehidupannya menjadi seperti kata pepatah hidup segan mati pun tak mau. Kehidupan orang terpelajar saat pandemic bisa dibilang gabut karena tugas serba online, pembelajaran via online atau pun zoom itupun audio dan videonya dimute dan hanya dibiarkan dosen atau guru yang berinteraksi sendirian seperti menonton tutorial youtube tak ada tanya jawab yang kritis, tidak adanya diskusi yang membuat ramai suasana kelas yang hanya ada penjelasan dari satu sisi dosen atau guru saja. 

Belum lagi dengan suatu pelajaran yang harus praktik langsung dengan menggunakan peralatan serta perlengkapan yang lengkap dilembaga pendidikan tersebut. Hal tersebut menyebabkan ilmu-ilmu yang sulit ketika dipelajarin menjadi lebih sulit ketika pembelajaran via online. Bukannya seseorang terpelajar semakin terdidik malah semakin bermalas-malasan dan tidak dapat menyerap ilmu-ilmu tersebut.

Pendidikan dengan cara ini memang sangatlah canggih dengan menggunakan gadget kita masing-masing kita dapat bercakap dengan teman-teman sebaya terpelajar lainnya. Tapi apakah pernah terlintas bagaimana jika seseorang terpelajar yang  hidupnya tidak seberuntung kita untuk memiliki gadget yang canggih? Belum lagi kuota internet seharga 1 x makan dalam kehidupan? Belum lagi seseorang terpelajar bahkan guru/ dosen yang gaptek atau gagap teknologi atau tidak mengerti tentang kecanggihan pendidikan dikala pandemic ini? 

Mereka semua akan mengalami hal-hal sulit dalam hidupnya. Mereka menjadi seseorang terpelajar agar kehidupannya menjadi lebih mudah pada kenyataan sekarang mereka menjadi sulit kehidupannya. Menurut data UNESCO yang menunjukkan bahwa pada bulan April, 1,6 miliar pelajar diliburkan dari sekolah dan universitas karena langkah-langkah untuk menekan penyebaran Covid-19. Angka tersebut merupakan sekitar 90% dari seluruh populasi siswa di dunia. "Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, satu generasi anak-anak di seluruh dunia terganggu pendidikannya," kata lembaga itu dalam sebuah laporan baru bertajuk Save our Education, seperti dikutip kantor berita AFP. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak orang-orang terpelajar yang belum siap untuk menghadapi kecanggihan ini.

Dalam hal ini Kemindikbud kita telah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi kegentingan ini. Seperti tidak adanya Ujian Nasional Bagi para siswa dan masuk ketingkat selanjutnya menggunakan Nilai rapor. Hal ini merupakan langkah yang bagus dan efektif disaat pandemic ini. Hal lainnya adalah ketika adanya keringanan uang UKT bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang dilakukan oleh Nadiem. Lantas dari kebijakan tersebut terlintas sebuah buah pemikiran bahwa kenapa hanya PTN saja yang mendapatkan keringanan? Sedangkan PTS seperti dianak tirikan, memang lembaga pendidikan swasta memiliki birokrasinya sendiri, ia bebas saja melakukan apapun yang mereka mau seperti kemarin saat sejumlah Mahasiswa Universitas Nasional melakukan aksi agar menuntut keringanan uang UKT menghasilkan beberapa Mahasiswa di DO atau Drop Out seecara sepihak oleh kampus, yang memang jika mereka telah melakukan beberapa tindakan anarko menyebabkan kerugian pihak kampus. Jika hal ini memang benar seperti yang diberitakan para Mahasiswa melakukan itu dikarenakan sudah melewati titik jenuh nya terhadap kampus. Hal ini dapat terjadi dan wajar saja karena Universitas Nasional merupakan Universitas Swasta yang diatur oleh yayasan nya sendiri dan membuat kebijakan sendiri.

 Situasi seperti ini memang tidak ada yang mengininkannya, akan tetapi dengan situasi seperti ini kita akan mengetahui kualitas dari pemerintah khususnya pendidikan dalam menghadapi masalah besar seperti ini. Bukan hanya pemerintah saja yang berkerja keras dan disalahkan akan tetapi masyarakatnya pun juga turut berkerja keras dalam menghadapi pandemic seperti ini. Pemerintah seharusnya bisa lebih aware terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, pemerintah harus bisa meminimalisirkan dampak yang terjadi jika kebijkan yang dibuatnya.  Dampak pandemic ini meman tidak hanya menyerang pendidikan saja, akan tetapi khususnya menyerang perekonomian dalam kehidupan, akan tetapi akhir-akhir ini roda perekonomian sedang diputar kembali oleh pemerintah, seperti dibukanya pasar,mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Mengapa lembaga pendidikan tidak dibuka juga untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa dan tentutnya mengikuti protkol kesehatan? Toh orang-orang terpelajar pun memang tidak pergi ke lembaga pendidikannya akan tetapi mereka pergi ke mall untuk belanja, sama saja kan keluar rumah juga, lebih baik ke lembaga pendidikan jelas tujuan dan aktivitasnya dapat dipantau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun