Mohon tunggu...
Galang KusumaWardana
Galang KusumaWardana Mohon Tunggu... Freelancer - Ada

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Stadion Gelora Bung Karno terhadap Ambisi Soekarno

2 Agustus 2021   20:44 Diperbarui: 2 Agustus 2021   21:08 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah Stadion Gelora Bung Karno
Terhadap Ambisi Soekarno

Galang Kusuma Wardana
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
Email: galangkusumawardana@gmail.com

Abstrak: Keinginan Soekarno menjadikan Indonesia sebagai politik mercusuar bagi negara-negara berkembang serta kebutuhan untuk ajang olahraga menjadikan pembangunan Stadion Gelora Bung Karno menjadi bagian dari rencana Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV pada tahun 1962. Hal tersebut menyebabkan munculnya berbagai pembangunan monumen/bangunan yang memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan tersebut. Dalam rencana pembangunan Stadion Gelora Bung Karno, daerah Senayan dipilih untuk dijadikan lokasi pembangunan, yang sebelumnya daerah tersebut terdapat pemukiman masyarakat dan sebagian lainnya masih berupa kebun. Setelah Senayan dipilih sebagai area pembangunan Stadion Gelora Bung Karno, warga terdampak penggusuran dipindahkan ke daerah Tebet..

Kata Kunci: Gelora Bung Karno, Soekarno, Asian Games IV, Politik Mercusuar

PENDAHULUAN

Setelah sepuluh tahun merdeka Indonesia mengadakan Konferensi Asia Afria (KAA) sebagai lembaran baru bagi negara-negara bekas jajahan kawasan benua Asia dan Afrika dalam menentukan masa depannya. Utusan dari berbagai negara di Asia dan Afrika berkumpul untuk menentukan nasibnya. Negara-negara tersebut ingin melihat Asia dan Afrika berapa pada sejarah dunia baru yang diatur dan dikelola oleh Asia dan Afrika. Dalam sejarah Asia dan Afrika, Konferensi di Bandung menjadi titik balik bagaimana masa depan negara-negara di Asia dan Afrika ditentukan oleh mereka sendiri.

Pada tahun 1960, Indonesia menyelenggarakan Conferences Of New Emerging Forces (CONEFO) sebagai bentuk pemboikotan terhadap ajang Olimpiade dan penyelenggaraan Games Of The Emerging  Forces (GANEFO), Stadion Gelora Bung Karno yang dibangun merupakan salah satu bagian dari politik mercusuar Soekarno dalam rangka menunjukan kekuatan Indonesia yang ditunjuk sebagai  tuan rumah Asian Games IV pada tahun 1962, akan tetapi pada mulanya Badan Asian Games Federation (AGF) mengalami perselisihan dengan Indonesia, karena Indonesia menolak Taiwan dan Israel utnuk menjadi peserta Asian Games IV. 

Kondisi tersebut menyebabkan peristiwa sondhy, selanjutnya salah satu pejabat KOI  mengatakan bahwa legitimasi dari Asia Games di Indonesia harus dipertanyakan, Peristiwa tersebut merugikan Indonesia karena dalam pemutusan tempat ajang Asian Games berikutnya di Bangkok. Banyak pihak yang merasa bahwa Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games tidak sah, justru selanjutnya Indonesia diskorsing oleh dewan KOI di Laussane, Swiss.

Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi sejarah serta alasan politik bersama negara-negara Asia dan Afrika untuk membuat ajang tandingan dari olimpiade yang disebut Games Of Emerging Forces (GANEFO). 

Ganefo menempatkan Indonesia Indonesia sebagai gelanggang olahraga dunia yang dihelat International Olympic Commite (IOC). IOC menganggap bahwa tidak ada ruang politik di dalam ajang perlombaan, namun pernyataan tersebut berlawaan dengan sikap IOC yang melarang beberapa negara untuk mengikuti olimpiade dengan alasan tertentu.

Pada saat pembanguan komplek olahraga dimulai, pemerintah melakukan tindakan penggusuran di beberapa daerah terdampak pembangunan seperti Kampung Senayan dan Kampung Kebon Baru. Peristiwa penggusuran di daerah tersebut merupakan peristiwa penggusuran pertama kali yang dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyat pasca kemerdekaan. Untuk mengganti kerugian warga yang terdampak penggusuran, pemerintah menyiapkan lahan di daerah lain untuk ditempati, yaitu di daerah Tebet. Pada waktu itu daerah Tebet masih banyak lahan yang kosong dan belum padat penduduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun