Mohon tunggu...
Acep Komarudin
Acep Komarudin Mohon Tunggu... Bankir - Penikmat Umbi Jalar

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bila Chevron itu Datang

12 Desember 2018   19:16 Diperbarui: 13 Desember 2018   10:46 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaikan percikan surga yang jatuh ke bumi, Aku memandang pesonanya yang jelita dan menakjubkan. Karena Ciremai menyimpan sejuta keindahan bagi lingkungan sekitar. Dahulu ketika kecil terlihat di setiap pagi kegagahan Ciremai menjulang langit memancarkan elok lekukan bentuk tubuhnya seperti kita melukis-lukis lewat imajinasi. Pancaran cahaya matahari pagi menyoroti gunung ciremai hingga terlihat kekuning-kuningan di sudut puncak menawan keeksotisannya dari ujung pelapuk mata ini. Negeri di kaki gunung dan lereng perbukitan tak jarang orang merasa bosan untuk berkunjung. Dengan semestanya pesona yang memanjakan mata, betapa indah alam ciremai. Panorama yang segar dan menyejukkan. Aset daerah ini dahulu kini dan nanti akan selalu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, baik dari segi budaya, ekonomi, dan sosio kulturalnya. Ciri khas tradisi masyarakat Kuningan tidak terlepas dari silih asah, silih asih, silih asuh, hirup sauyunan sabilulungan silih pikaheman. Kuningan daerah agraria menyimpan banyak potensi objek wisata terutama di daerah lereng ciremai, ada beberapa tempat wisata yang mempesona diantaranya : Taman wisata alam linggarjati, Curug sidomba, Situs purbakala cipari, Curug cilengkrang, Cibulan, Palutungan, Telaga remis, Kebun raya Kuningan, Situ Cicerem, Telaga nilem, wduk darma, dan beberapa wisata baru bermunculan.

Selain dari wisata, ciremai juga menyimpan potensi resapan air sebagai sumber mata air, dan lahan sayuran yang sangat subur sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Inilah indikasi bahwa Ciremai memberikan sumbangsih Gemah ripah loh jinawi kekayaan alam yang berlimpah. Kail dan jala cukup menghidupimu, ikan dan udang menghampiri dirimu begitulah kata koes plus dalam lagunya Kolam Susu. Gunung Ceremai Itulah nama gunung yang terletak di dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Di dalam wikipedia bahwa nama gunung ini berasal dari kata cereme/cerme ialah Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam.

Namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan terutama Kuningan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat. Contoh kecil di Kuningan yang nama tempat ber awalan "ci", Ciganda mekar, Cihideung, Cibodas, Ciawi, Cidahu, Cilimus, Ciherang, Cicurug, Ciwaru, Cibingbin, dan banyak lainnya. Oleh karena latahnya lidah orang-orang sunda terutama Kuningan maka sudah menjadi bahasa baku yang terbakukan kata Ceremai berubah dengan sendirinya menjadi Ciremai. Penulispun akan menggunakan kata pada umumnya dalam tulisan ini. agar mempermudah pembaca dalam pelafalannya.

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Disana biasanya tempat orang-orang pendaki mendirikan tenda, karena suasana yang mendukung dengan alam terbuka. Kini Ciremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Maka cukup banyak kita telah menikmati pesona alam indonesia dan kuningan khususnya atas jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk negeri ini hingga kita bebas dalam gerak.

Munculnya wacana pelelangan gunung ciremai sejak tahun 2011 telah membangunkan sebagian masyarakat Kuningan, terutama masyarakat yang berada di sekitar kaki gunung ciremai yang konon isunya akan tersingkirkan untuk dijadikan sebuah wilayah kerja panas bumi (WKP) oleh PT. Chevron pada waktu itu sebagai pemenang tender. Namun karna ada beberapa masyarakat setempat tidak setuju terhadap rencana tersebut maka penolakanpun dilakukan oleh sebagian masyarakat sehingga Chevron menyatakan mundur dan dikembalikan kepada pemerintah pada awal 2015 karena tidak memungkinkan untuk dilanjutkan pengembangannya. Sudah sejak lama rakyat kita ini dijajah oleh asing, sehingga ketika Chevron masuk ke Kuningan tentu masyarakatpun geram dengan perlakuannya, tidak rela kekayaan alam kita di jajal oleh mereka-meraka sang kapitalis.

Dikutip dari www.og-indonesia.com bahwa wkp Gunung Ciremai diperkirakan menyimpan potensi  sebesar 110 megawatt (MW), dengan luas wilayah mencapai 24 ribu hektar yang berada di kabupaten Kuningan dan Majalengka. Energi geothermal merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Istilah geothermal berakar dari bahasa Yunani dimana kata, "geo", berarti bumi dan, "thermos", berarti panas, menjadi geothermal yang juga sering disebut panas bumi. Energi panas di inti bumi sebagian besar berasal dari peluruhan radioaktif dari berbagai mineral di dalam inti bumi.

Tentu wilayah ciremai ini sangat seksi untuk dijadikan komersialisasi dalam hal ini pembangunan pertambangan energi panas bumi (Geothermal), pasalnya wilayah tersebut menyimpan potensi yang sangat besar sebagai objek pertambangan.

Upaya pemerintahpun masih terus berusaha untuk melakukan perealisasian kembali yang dahulu telah gagal sesuai rencana. Hadirnya direktur panas bumi, Yunus Saefulhak bersama tim Direktorat Panas Bumi pada tgl 14 september 2016[1] ke kantor bupati Kuningan dan Majalengka dalam rangka koordinasi pengembangan panas bumi dan rencana pelelangan kembali wilayah kerja panas bumi (WKP) gunung Ciremai. Terjadinya sebuah kunjungan tersebut berarti ada indikasi keseriusan pemerintah pusat terhadap pelelangan kembali gunung Ciremai untuk dijadikan wilayah kerja panas bumi dalam hal ini pembangunan pertambangan energi geothermal. 

Apakah pada umunya masyarakat Kuningan dan sekitarnya telah mengetahui semua ini ? nampaknya hari ini masyarakat masih terlelap tidur atau bahkan sengaja tutup mata demi mencari kenyamanan masing-masing tanpa mempedulikan tetangga sekitar.

Science dan teknologi berusaha untuk berorientasi pada kesejahteraan. Negara nggak banyak tingkah. Kontrol sosial ketat. Kita ini sebenarnya berada dalam lingkungan demokrasi yang bersemboyankan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, maka segala bentuk kesepakatan harus sesuai kesepahaman dan kesepakatan bersama, korelasi antara rakyat dan pemerintah menjadi satu.

Sekian lama isu ini terkubur dari perbincangan masyarakat yang menjadikan lupa akan hal itu. Tentu ada dua kemungkinan bila memang terjadinya pembangunan geothermal di Kuningan, pertama kemungkinan dampak positif, dan kedua kemungkinan dampak negatif. Penulis mengutip dari tulisan Bosman Batubara dalam artikelnya pada November 2014 bahwa ada Tiga dampak negatif sistem energi geotermal, yaitu fracking dan gempabumi minor, pencemaran air, serta amblesan. Maka negara atau pemerintah daerah harus bisa mensajikan kedua kemungkinan itu dengan detail kepada masyarakat sekitar, agar suatu ketika nanti terjadi pembangunan memiliki satu kesatuan missi yang sama yaitu demi terwujudnya masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Adanya simbiosis mutualisme, sama sama saling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat sekitar. Itulah yang diharapkan masyarakat saat ini.

Created by : Acep Komarudin 

[1]esdm.go.id, koordinasi pengembangan wkp ciremai, 19-09-2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun