Mohon tunggu...
Fayyas Ahmadullah
Fayyas Ahmadullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar Menulis Politik Biar Dipilih Jadi Presiden Republik Indonesia Menurut Situs Berita Terupdate

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cegah si Tukang Kawin

2 Juli 2012   10:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:20 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341220641922189660

2012 - @gajahpesing

Setiap perbuatan dalam hidup ini pasti ada resikonya. Begitu juga dalam mencintai dan dicintai. Selalu ada 'godaan' yang muncul dalam hidup setiap pribadi manusia. Sekarang, tinggal bagaimana pribadi seseorang itu dapat mengatasinya.

Isu Poligami muncul karena adanya pihak yang tak sanggup untuk menahan 'godaan' tersebut. Benar atau salah, semua orang pasti tahu jawabannya. Tergantung dari pribadi masing-masing orang yang menjalaninya.

Poligami adalah situasi dimana seorang lelaki dewasa memiliki status sebagai suami, yang memiliki lebih dari 1 orang wanita dewasa pada waktu bersamaan. Bukan tak mungkin termasuk 'istri-istri ilegal' yang tidak dinikahi secara resmi. Ini lebih merupakan sosial budaya. Agama juga bagian dari budaya. Konteks budaya masyarakat yang menganut paham patriarkis di jaman dahulu, membuat lelaki ditempatkan di posisi superior. Sehingga wanita membutuhkan lelaki untuk memberinya status, yaitu kepemilikan atau sebagai istrinya.

Beberapa pandangan lain yang lebih modern berpendapat, bahwa semakin tinggi peradaban manusia, pola berelasi antar jenis kelamin akan semakin mengacu kepada monogami. Yaitu sepasang lelaki dan wanita saja. Dan dalam konteks masyarakat masa kini, yang jauh lebih egaliter, hubungan suami dan istri lebih merupakan sebuah kemitraan dalam membina sebuah keluarga.

Kehidupan berelasi antara suami istri sebagai mitra sejajar, jelas bukan pekerjaan yang sangat mudah bagi semua orang. Dibutuhkan banyak kedewasaan dan kematangan dalam bersikap, kerendahan dan kerelaan hati untuk menerima pasangan apa adanya. Termasuk menerima diri kita apa adanya. Sulit memang! Itu makanya mencari pasangan baru seringkali muncul sebagai solusi. Konsekuensinya, bisa terjadi kawin cerai. Hal ini tidak dianggap masalah, bila dan bila, bisa dilakukan seadil mungkin secara material dan spiritual.

Ada banyak sekali alasan yang bisa dijadikan pembenaran. Bahkan bila dilihat lebih jauh lagi, unsur politik yang mewarnainya lebih kental ketimbang cinta itu sendiri. Dan bukan tidak mungkin, tujuan paling mendasar adalah akibat ketidakmampuan membina hubungan yang setara dan sehat dengan pasangannya.

Jadi apa yang seharusnya dilakukan bagi para wanita? Mencintai dirinya sendiri. Jadilah wanita yang terbaik, cerdas, bahagia, mandiri dan anggun. Bangga menjadi diri sendiri sebagai wanita, menjadi wanita pemberani dan menyenangkan bagi semua orang.

Lupakan Poligami! Karena setiap kali mengiyakannya, pasti ada seorang wanita lain di 'luar sana' yang terluka akibatnya. Apa yang terjadi pada sekitar, memang itu kenyataannya yang terjadi.

Setia: satu kata sederhana yang sulit diwujudkan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun