Rupanya hidup manusia di dunia ini semakin kompleks saja dengan masalah dan beban tugas dan harkat hidupnya, sehingga begitu banyak masalah dan persoalan yang tak terselesaikan oleh aktifitas keseharian saja. Terkadang waktu sehari, seminggu, sebulan bahkan setahun tak terasakan bahwa tugas yang diembannya masih juga tersangkut problem dan sulit untuk dicarikan solusinya. Akibatnya beban itu menjadi tekanan hidup yang berat, lebih jauh lagi bisa menjadi stress yang berlebihan dan terjadi depresi.
Pelayanan psikolog untuk mereka yang mengalami masalah seperti itu, diperlukan untuk mendampingi mereka yang ingin segera keluar dari beban dan tekanan batinnya. Memang dengan konsultasi psikologi seringkali dapat membantu orang-orang yang mengalami tekanan hidup sehari-hari untuk memperoleh jalan keluar dari beban dan tekanan batin. Namun itu terjadi manakala orang mau mengungkapkan masalah pribadinya kepada psikolog yang tentunya ia percaya. Di negara-negara Barat karena kultur keterbukaan dalam komunikasi hal ini sudah menjadi terbiasa dan berhasil dilakukan. Tetapi bagi orang-orang yang sulit berkomunikasi dengan orang lain, apalagi belum dikenalnya atau baru ia kenal, walaupun ia tahu sedang berhadapan dengan professional pelayan psikolog/konseling tentu akan sulit terbuka dan sulit menceritakan segalanya. Hal ini menjadi tantangan para psikolog untuk mencari cara lain agar klien mau mengungkapkan persoalan pribadinya. Adakalanya orang juga tidak dapat mengungkapkan secara verbal masalah beban tekanan batinnya. Karena itu “Art Therapy” adalah sarana bagi mereka yang sulit mengkomunikasikan diri secara verbal.
Dalam bahasa Indonesia disebut terapi seni, karena bertujuan untuk suatu penyembuhan, namun menggunakan alat/tools seni. Mengapa menggunakan seni sebagai alat?, karena menurut penelitian para ahli psikologi, ternyata sejak dahulu kala seni adalah kegiatan manusia yang memberi kesenangan jiwa pelakunya sendiri. Dari aktifitas ringan hobby seseorang untuk datang menonton karya seni saja, yang bersangkutan sudah mendapat pengalaman kegembiraan hati. Keterlibatan sebagai pelaku seni tentu lain, hal ini dapat memberi lebih jauh pengalaman kesenangan secara lebih penuh, karena seluruh perhatian inderanya konsentrasi pada kegiatan daya imajinasinya yang terungkap dan tertuang diatas peralatan yang tersedia /medium seni untuk tampil sebagai karyanya sendiri.
Apakah seorang seniman juga seorang terapis seni (Art Therapist), tentu tidak dapat disebut demikian, karena untuk menjadi terapis seni, diperlukan pendidikan yang khusus dengan kurikulum formal yang melalui proses pembelajaran mereka dipersiapkan menjadi lulusan yang memiliki komitmen mendasar dengan kemampuan sebagai terapis professional yang bertanggung jawab mendampingi klien menuju proses penyembuhan.
Seseorang yang mengalami stress dengan keinginan untuk sembuh melalui proses “art therapy” dapat dilayani oleh terapis seni yang sudah melalui pendidikan sebagai terapis seni. Terapi dengan seni lebih luas dari sekedar medium senirupa saja, jadi seni musik, seni tari, seni foto, drama, pertunjukan dan film juga dapat merupakan alat sarana untuk terapi bagi seseorang yang merindukanpenyembuhan dari sakitnya.
Maka seorang seniman yang berkomitment menjadi penyembuh tentu akan meningkatkan kemampuannya dengan studi khusus menjadi terapis, yakni program studi psikologi lanjutan, yang mana program ini merupakan program Magister Sains konsentrasi terapi seni, dengan kurikulum mata kuliah psikologi yang akan menghantar pembelajar dengan latar belakang studi psikologi ataupun studi senirupa & desain menuju keahlian sebagai pendamping mereka yang membutuhkan pelayanan penyembuhan dengan medium seni.
Mereka yang merindukan pelayanan penyembuhan melalui terapi seni memang sama sekali tidak dituntut dalam kemampuan menggambar, dari usia kanak-kanak, remaja, dewasa muda/mahasiswa, para eksekutif, bahkan keluarga-keluarga bermasalah, serta kelompok organisasi masyarakat yang membutuhkan pendampingan penyembuhan dan peningkatan kreatifitas, melalui pengalaman “Art Therapy” akan memperoleh penyembuhan dan menemukan kembali spirit kreatifitas hidup menuju sukses.
Daya penyembuhan pada pengalaman membuat karya seni dengan pendamping ahli dalam proses terapi senidiakui berpeluang untuk penyembuhan fisik, baik dalam bentuk pemulihan atau rehabilitasi, mengatasi penyakit atau gejala, atau menemukan arti bagi pengalaman serius dari penyakit yang mengancam jiwa.
Upaya terapi untuk kesehatan, menekankan penggunaan seni dalam pemulihan dari penyakit atau prosedur medis.
Hasil riset kolega pada tela’ah Ilmu Kedokteran mempelajari bahwa kemampuan untuk mengekspresikan diri melalui senirupa, seni-photografi, seni musik, seni-tari, atau seni menulis ternyata mempersepsi peningkatan kenyamanan individual.
Rasa nyaman meningkat bahkan pada orang cacat atau orang berpenyakit kronis, berarti “seni” mampu membantu individu mengatasi bahkan mengubah rasa percaya diri untuk menghadapi penyakit atau ketidaknyamanan fisik. Keahlian ini sungguh bermanfaat untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan karena dirinya sudah tak sanggup lagi menanggung beban berat kehidupan, atau berhadapan dengan masalah-masalah rumit. Dengan proses terapi seni, akan terjadi suatu penyembuhan yang melegakan. Membangkitkan kembali semangat hidup, menemukan kembali spirit kehidupan, melalui proses terapi seni orang akan merasa lebih baik, lebih kreatif dan lebih dimampukan dalam memecahkan kesulitannya. Seorang ahli neurologist Oliver Sacks dari Inggris dalam kajiannya menyatakan:
“Awakening,basically, is a reversal…the patient ceases to feel the presence of illness and absence of the world, and comes to feel the absence of his illness and the full presence of the world” . Seakan-akan ia tak lagi merasa sakit, ada suatu pengalaman yang mendatangkan antusiasme baru, artinya suatu aspek terapeutik.
Dari evaluasi yang diperoleh pada proses kajian di lokasi panti rehabilitasi narkoba menunjukan hasil yang memberi harapan, klien mengalami tanda-tanda pulih menuju percaya diri, dan mengatasi keterpurukan yang semula telah menjadikannya putus asa.
Beberapa seniman sebenarnya mengekpresikan dirinya menghadapi rasa sakit, ketakberdayaan, dan sebagainya seperti Frida Kahlo seorang pelukis surealis dari Mexico yang sepanjang hidupnya melukiskan potret diri dengan masalah kesehatannya.
Penelitian terapi seni yang dilaksanakan penulis dalam riset penggunaan media ”Drawing Therapy” tampak memberikan peluang penyembuhan dari stres berat kekecewaan diri oleh keterlibatan kecanduan narkoba menuju harapan untuk hidup baru penuh percaya diri karena klien menemukan kesadaran baru memiliki kemampuan kreatif, yang akan menjadi pegangan langkah hidup baru sesudah menjalani rehabilitasi. Semoga para pemuda kita yang mempunyai kerelaan hati, terpanggil menjadi terapis seni.
Penulis: Gai Suhardja, PhD
Dekan FSRD UK Maranatha Peneliti kajian ilmiah ”Drawing as Art Therapy”(in progress)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI