Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perempuan, Kok Merokok!

23 November 2012   14:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalimat pendek pada judul diatas berasal dari mulut anak perempuan saya yang baru berumur 6 tahun.

Pasalnya ia kesal harus terbatuk-batuk diantara kami yang sedang minum kopi/teh sore itu. Seperti biasa, ia selalu saya bawa kemana-mana, termasuk kumpul dengan teman-teman perempuan ini. Akhirnya, si gadis cantik tak pindah dari dapur ke ruang tamu. Maaf, ya, cah ayu.

Wow. Di Jerman, pemandangan biasa seperti perempuan merokok ternyata menyisakan kontra pada batinnya yang masih orisinil. Padahal, ia dibesarkan oleh dua kubu. Dari garis keturunan perempuan Indonesia yang bukan perokok dari pihak saya dan garis keturunan perempuan Jerman dari pihak suami, yang perokok (bahkan berat).

[caption id="attachment_225480" align="aligncenter" width="398" caption="Tanda "no smoking" di dua pintu rumah kami"][/caption]

Mengapa perempuan Jerman merokok?

Ternyata image rokok dan perokok tidak sekedar jantannya laki-laki. Masih ingat dahulu sering melihat iklan rokok yang wahhhh membangun imaginasi; kalau orang merokok akan seperti tampilan yang terlihat. Begitu bebas, begitu jantan, laki-laki banget. Hiyaaaa.

Negeri sosis ini mulai kelihatan menghasilkan perokok perempuan setelah PD II, bersamaan dengan semakin meningkatnya gerakan perempuan masa itu.

Diterangkan dalam welt.de, alasan para wanita Jerman lain dengan pria. Kaum hawa merokok (filter) demi mengobati stress, karena marah dan masalah kegemukan (dengan merokok sudah kenyang/lupa makan). Sedangkan jika pria mengalami situasi sulit ini lebih memilih alkohol daripada rokok. Para perempuan itu akan merasa nyaman setelah menghisap batang tembakaunya dan menjadi kecanduan.

Mereka juga tak peduli akan tempat merokok. Tak ada rasa malu atau canggung merokok di tempat asing/terbuka sekalipun. Tidak ada rasa khawatir akan melanggar norma dan nilai sosial karena perempuan tapi merokok. Yang penting happy kebal-kebul ….

Dari pengamatan saya, biasanya mereka yang bekerja tapi tak bisa lepas dari rokok akan memanfaatkan waktu luang di saat istirahat siang atau sewaktu menunggu lama, dengan merokok sembari mengobrol atau hanya pandangan kosong menerawang jauh. Yang terburuk adalah, mereka akan membuang puntung kecilnya sembarangan lalu menginjak sampai mati apinya, habis perkara! Saya kira perokok wanita lebih peduli, ternyata sama saja. Oh, no!

Saat teman-teman perempuan itu saya tanya soal kebiasaan ini, jawabannya mereka telah memulainya sejak remaja tak bisa berhenti. Ketika sudah beranakpun juga tak kapok. Pokoknya harus menghisapnya usai makan, ketika sedang susah, bingung atau keadaan lain yang tak mengenakkan. Orang tuanya dahulu mengijinkan, kini anak-anak sudah mulai protes tapi suami tak bisa melarangnya. Hanya pasangan itu mengingatkan saja; bahwa merokok adalah urusannya tapi harus ditimbang sendiri baik buruknya.

Perokok perempuan produktif 40%

Dijelaskan bahwa untuk pria biasa memulai coba-coba merokok pada umuran 17,5 dan 18,3 tahun untuk wanita. Dalam situs welt.de, pada usia 18-19, 2 dari 1 perempuan merokok dan pada umuran 20-39 jumlah perokoknya 40% duhhh … hampir separoh generasi perokok.

Golongan produktif itu ada di sektor wisata (45%), perawat lansia (36%), kasir (35%), tukang bersih-bersih (35%) dan perawat (34%). Terendah adalah mereka yang menjadi guru/dosen.

Belum lagi dalam kenyataan dilapangan, umuran 15 tahun sudah mencuri start. Loh, bukankah rokok hanya bisa dibeli oleh mereka yang sudah memiliki KTP (cukup umur)? Saya kira anak remaja lebih pintar, gimana caranya sajalah ….

Seperti halnya di kampung kami. Para gadis dan jejaka yang masih culun itu ngumpet di belakang satu-satunya toko yang ada, sembari memegang batangan berasap. Ada yang nongkrong gelap-gelap di halte bus setempat. Beberapa lainnya memilih malam-malam ke hutan. Lantaran kota kami di kelilingi Blackforest, ini menjadi pilihan tepat bagi mereka. Selain sepi, tak ada yang tahu apa yang mereka lakukan disana. Sesekali mereka menenggak alkohol dan meninggalkan jejak berupa puntung rokok, botol soft drink dan botol gelas minuman beralkohol di tanah! Tetangga kiri rumah kami biasa seminggu sekali merazia barang-barang itu di hutan dan menukarnya dengan uang di tempat ijol botol swalayan. Lumayan, katanya sambil jalan-jalan sama anjing Shepherd dan kikik, badan sehat, ramah lingkungan dan dapat uwang pula.

Perokok teman perempuan saya lebih banyak

Tahun 2009, total perokok perempuan mencapai 21% sedangkan 31% adalah laki-laki. Tahun-tahun berikutnya diperkirakan jumlah perokok perempuan tetap sedangkan kaum adam meningkat menjadi 35%.

Ini berbeda dengan kenyataan dalam hidup saya dimana jumlah perokok perempuan lebih tinggi dari jumlah perokok lelaki. Dari sepuluh teman perempuan saya dari Turki di Jerman usia 20-30 an, 9 diantaranya adalah perokok. Kesepuluh wanita itu 8 diantaranya berada dirumah sebagai ibu rumah tangga saja. Sedangkan dari keluarga suami, dari 10 perempuan Jerman usia 20-60, hanya satu yang tidak merokok.

[caption id="attachment_225481" align="aligncenter" width="373" caption="Peringatan "]

1353679204114989890
1353679204114989890
[/caption]

Lalu dari 10 orang famili laki-laki suami saya, 7 diantaranya adalah perokok. Sedangkan di tingkat pertemanan suami saya, dari 10 teman pria 3 diantaranya bukan perokok.

Bisa dibayangkan suasana pesta atau pertemuan bersama mereka penuh dengan asap layaknya panggung artis safari bullllll. Untung saja mereka mengerti ada larangan merokok di dalam ruangan. Biasanya mereka akan menuju kebun, balkon atau teras untuk melaksanakan hajatnya tetapi tetap menghormati perokok pasif seperti saya.

Tak punya uang, merokok jalan terus

Sebuah riset dibuat tahun 2006 pada pria usia 40-49 tahun. Disebutkan bahwa mereka yang berpendidikan rendah adalah perokok terbanyak (56%), mereka yang sekolah sampai tingkat menengah 37% dan yang memiliki pendidikan tinggi dan merokok mencapai 30%.

Kemudian berkaitan dengan soal ekonomi, ironinya, semakin rendah pendapatan seseorang justru semakin tinggi jumlah perokok. Misalnya berpendapatan maksimal 1300 euro sebulan jumlah perokok 33%, yang bergaji 2600-4500/bulan sebanyak 24% merokok dan yang digaji lebih dari 4500 euro/bulan hanya 19% adalah perokok.

Mengenai fenomena yang aneh tapi nyata ini (tidak punya uang tapi tetap rajin merokok) pernah diulas dalam salah satu channel. Dimana satu pasangan akan didatangi seorang ahli yang mencoba membantu mereka memecahkan masalah keuangan keluarga (utang, defisit dan sebagainya). Pernah satu pasangan Hartz IV yang pengangguran, selalu meminjam bank sebanyak 400-600 euro sebulan. Setelah diusut oleh si ahli, ditemukan bahwa pola hidup mereka sangat mewah (800 euro sebulan untuk makan, minuman 200 euro sebulan, rokok 300 euro sebulan). Padahal anak perempuan mereka harus dikeluarkan dari TK karena tidak bisa membayar bulanan. Begitulah, kebiasaan merokok dan minum alkohol si ibu, merusak perekonomian keluarga dan masa depan anak. Ngeri. Saya kira sang wanita stress dengan kondisi ekonomi, status pengangguran dan badan yang overweight. Ya, larinya ke rokok.

Berapa sih harga rokok?

Harga rokok di Jerman dipatok 5-6 euro sebungkus. Murah. Yang mahal justru biaya perawatan mereka yang sakit gara-gara merokok dan terapi bagi mereka yang ingin berhenti. Setidaknya 7,5 milyar euro terpakai sudah demi alasan kesehatan. Sedangkan 13,5 milyar euro adalah ongkos tambahan. Hedeh.

Akhirnya, harga yang harus dibayar oleh para perokok Jerman mahal sekali. Cobalah tengok jumlah penderita kanker (40%), jantung (30%) dan gangguan pernafasan (25%). Harga yang mahal hanya karena merokok. Meski setiap warga Jerman memiliki asuransi kesehatan, tetap saja ini membuat orang mana tahan.

Yang bikin makin merinding adalah statistik Jerman pada tahun 2000; 500 orang meninggal akibat merokok sedangkan 1000 orang karena dibunuh dan 7 orang dari kecelakaan mobil.

Seorang tetangga (pria) depan rumah sudah 3 kali dioperasi tumor yang kata dokter karena merokok dan alkohol. Minggu ini meninggalkan pusat rehabilitasi, menyerah, karena muncul tumor lagi pasca operasi. Padahal rencananya ia harus menjalani terapi selama 3 minggu. Pasrah di rumah saja.

***

Begitulah suasana jagad perokokan perempuan di Jerman.

Saya pernah memposting artikel soal Cara Jerman mengatur rokok dan perokok. Gambaran pola pikir negara yang sadar akan kesehatan dan lingkungan, penuh aturan. Tapi namanya kecanduan, pasti tak mudah bagi orang untuk menghentikan kebiasaan merokok yang mahal ini.

Oi. Jerman masih juga kebocoran, loh. Misalnya saja tahun 2009, setidaknya 3 batang rokok dihisap setiap orang Jerman atau 237 juta rokok dikonsumsi bangsa ini, per hari. Dikatakan pula orang Jerman menghirup 7500 ton hidrokarbon didalam udara akibat rokok.

Semoga sentilan setia mbak Chayenne tetap saya dengar kalau ia sudah beranjak dewasa dan tidak akan melengkapi jumlah perokok perempuan Jerman yang telah tinggi ini. Semoga ia janji, mendengarkan mamanya daripada ajakan temannya untuk menghisap rokok rame-rame pada suatu hari nanti. Jangan pedulikan pula tentang catatan sudah berapa jumlah perokok wanita di Indonesia karena saya berpendapat merokok bukan soal emansipasi. (G76)

Sumber:

1.http://www.hausmed.de/gesund-leben/rauchen/rauchen-in-deutschland

2.http://www.welt.de/gesundheit/psychologie/article3144940/Frauen-rauchen-aus-anderen-Gruenden-als-Maenner.html

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun