Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilarang Impor Dalang Atau Sinden Manca Tahun 2050?

2 Januari 2012   10:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:26 2873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_160700" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption]

Tepat tanggal 1 Januari 2012, tiba-tiba menyelinap sebuah pertanyaan tentang masa depan profesi dalang dan sinden. Masihkah ada generasi muda yang tertarik dan meneruskan tradisi dan kekayaan bangsa ini? Mungkin saja, meski hanya segelintir saja … seperti dalang cilik, Bima, kelas V SD yang pernah kami tanggap didepan rumah pada tahun 2005 yang lalu. Semoga saja semakin bermunculan dalang baru dan menjadi dalang kondang seperti Ki Nartosabda, Ki Anom Suroto, Ki Joko Edan atau Ki Manteb …

Ki Nartosabda – dalang dramatis, klasik

[caption id="attachment_160676" align="alignleft" width="250" caption="Ki Nartosabdo (dok.wikipedia.org)"]

13255011831860171805
13255011831860171805
[/caption]

Saat menelpon Ibunda kemarin, beliau menceritakan akan sibuk bersama ayahanda menyelenggarakan sebuah sarasehan sekaligus kaulan almarhum Ki Nartosabda, dalang kondang yang saya kenal tahun 80-an, pada hari Jumat, 30 Desember 2011. Acara disambung dengan ziarah ke makam beliau di TP Bergota.

Soenarto kelahiran Klaten bukanlah anak seorang dalang. Partinoyo, sang ayah mahir membuat sarung keris. Bapak dan anak, sama-sama terjun kedunia seni meski beda jurusan. Keris adalah salah satu senjata yang biasa ditutup sarung, yang juga diselipkan dibelakang dalang saat bermain wayang melengkapi beskap (red: baju), destar (red: topi/blangkon), jarik (red: kain batik Jawa) dan epek timang (red: sabuk). Kerangkanya biasa dibuat oleh seorang empu. Hahaha jadi ingat Empu Gandring kenapa yah?

OK, karena berprestasi dalam mendalang, beliau mendapat tambahan nama Sabda. Talenta lainnya yang mengagumkan adalah 319 lagu-lagu Jawa yang diciptanya bersama grup karawitan „Condong Raos„. Lagu yang sangat erat ditelinga saya adalah Ibu Pertiwi (red: lagu untuk pernikahan) dan Gambang Suling (red: lagu yang diajarkan waktu saya SD oleh guru bahasa daerah). Tula tuliiiii …

Kami sesekali bertemu sang maestro di kediaman Jalan Seroja, Semarang, waktu itu saya masih SD kelas V. Ah … masih ingat ratapan tangis istri dan anak-anaknya hingga masuk ke liang kubur … hiks. Sang legenda menutup mata pada usia 60 tahun.

Ki H. Anom Suroto – dalang kesayangan Pepadi 1993, internasional

[caption id="attachment_160679" align="alignright" width="172" caption="Ki Anom (dok.www.jamansemana.com)"]

1325501461602063589
1325501461602063589
[/caption]

Anom lahir di Klaten, dan amat beruntung banyak belajar dalang mendalang dari sang bapak, Ki Sadiyun Harjadarsana. Belum pernah saya bertemu secara langsung dengan beliau. Saya hanya mendengar cerita dari orang tua saat mereka melayat almarhumah ibu Anom Suroto.

Dalang yang telah bermain wayang keliling dunia di 5 benua ini ternyata juga menciptakan beberapa gending Jawa. KRT Lebdonagara (gelar terakhir dari karaton Surakarta Hadiningrat ini setelah sebelumnya bergelar Lebdocarita) pernah memperolah Satya Lencana Kebudayaan RI dari Pemerintah RI pada tahun 1995.

Yang klasik tak semuanya bikin boring. Go international, deh Ki Anom. Two thumbs up … semoga dalang lain mengikuti.

Ki Joko Edan – dalang edan/humoris, modern

[caption id="attachment_160677" align="alignleft" width="332" caption="Ragilku dan Ki Joko Edan (I love this orange!)"]

1325501262238497587
1325501262238497587
[/caption]

Tahun 2010 lalu, kami diundang untuk menyaksikan Ki Joko Edan bermain wayang di pelataran TVRI Pucang Gading. Busananya yang makin membuat pria kelahiran Jogja namun besar sebagai dalang Semarang itu memiliki nilai poin tersendiri, duet dengan istri tercinta Nurhana yang kinyis-kinyis (red: imut). Penduduk Pudak Payung yang dahulu bernama Joko Prasojo itu dengan ramah menyalami tangan saya dan gadis kecil kami.

Yang membuat saya kaget dalam wayangan beliau untuk tujuhbelasan itu adalah keempat dari tujuh sindennya berdiri dan sedikit njoget dan tembang/musiknya sendiri agak modern. Saya pikir Ki Joko Hadiwijaya ini amat berbeda dengan gaya Ki Nartosabda yang legendaris nan klasik.

Ya, gaya mendalangnya memang berbeda; sedikit nyelelek (red: bercanda, humor yang agak menyerempet, keluar dari pakem cerita dan sebagainya). Karena masalah selera, yang menontonnya bisa saja suka atau sebaliknya … mangga (red: silahkan).

Sebuah anugerah jika pemecah rekor MURI (selaku sutradara dari 34 dalang) menjadi dalang kondang produk Ngesti Pandawa, yang menekuni seni kegemaran orang tuanya dahulu. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya?

Ki Manteb Soedarsono – dalang setan, musik modern

[caption id="attachment_160678" align="alignright" width="341" caption="Pak Manteb pancen oye!"]

13255013631277831081
13255013631277831081
[/caption]

Darah dalang mengalir dari sang ayah, Ki Hardjo Brahim dan ibu, penabuh gamelan (red: alat instrumen Jawa). Perpaduan komplit-plit …

Anyway, dalang Oye ini pernah berulang tahun (8 windu, 64 tahun?) pada tahun 2010. Pestanya dihadiri para seniman/seniwati, budayawan/budayawati dan masyarakat umum. Makan malam mulai dari nasi gudeg, pecel dan lainnya disajikan lesehan dengan taplak meja warna hijau. Dos makanan dibagikan, sate diserbu orang didepan gerbang … jarang panaaaas (red: awas senggol).

Sajian sesajen didepan dhebog pisang (red: batang pohon pisang) itu sesekali membuat saya merinding. Heh, benarkah makna sesajen ini untuk makhluk halus dan sebangsanya? Di kursi seperti layaknya raja-raja dideretan terdepan itu tak ada yang mendudukinya …

Salah satu hal yang tak pernah lepas di kepala ini adalah salah satu sinden pengiring Ki Manteb dan kawan-kawan adalah seorang wanita cantik, putih, mulus, bersinar dari JEPANG terbalut kain Jawa dan berkonde! Panggil saja dia Oshin. Dengan bahasa Indonesianya yang lumayan bagus itu, ia bercerita belajar lama di ISI Surakarta untuk bisa nyinden. Oooo, bunder.

[caption id="attachment_160685" align="aligncenter" width="285" caption="Sinden Nyi Oshin san ... arigatougozaimasu"]

13255017451630778142
13255017451630778142
[/caption]

Ya, dalang kelahiran Sukoharjo yang meroket dengan iklan sakit kepala O****on pancen OYE ini pernah memecahkan rekor mendalang 24 jam 28 menit tanpa istirahat pada tahun 2004. Heee … dari plat nomer mobil besarnya saja bisa terbaca itu milik dalang O Y 3.

Ki Manteb dijuluki memiliki manajer yang mengatur honor mendalang hingga wafatnya sang istri tahun 2005. Saya tak tahu apakah sekarang manajemen dikelola sedemikian rupa atau sak dhet sak nyet (red: begitu dapat langsung habis).

***

Bapak saya waktu muda, dalang. Ibu saya pernah lama menjadi sinden tempo dulu. Sayang sekali bahwa darah ini tak mengalir kepada kami bertujuh. Paling-paling saya njoget (red: menari) di beberapa pertemuan internasional di Jepang, Nepal, Philipina, Denmark, Perancis dan Jerman untuk menunjukkan tarian gandes luwes a la Jawa. That’s all.

Itulah kekhawatiran saya, lah wong generasi penerus dalang dan sinden dari keluarga kami saja nampaknya terputus dengan mesra … bagaimana dari 1,5 juta masyarakat Semarang? 10 juta penduduk Jakarta dan jutaan penduduk kota besar lain di pulau Jawa?

Ngeri, jika tahun berganti tahun, abad ke abad berlalu dan Indonesia, khususnya Jawa, kekurangan dalang dan sinden lalu main impor dari Suriname, Belanda atau Jepang. Nightmare on the air … tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!

P.s: Semoga budaya Jawa yang adi luhung lewat profil dalang dan sinden ini lestari oleh anak negeri. Selamat tahun baru 2012 … semoga tak ada cerita impor soal ini pada suatu hari nanti.

Sumber:

1.Pengalaman pribadi

2. www.wikipedia.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun