Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengajari Anak Bertutur Kata Baik dari Rumah Itu Keren

5 Februari 2021   20:49 Diperbarui: 5 Februari 2021   20:57 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk Lara ini pasti bukan dari KDRT karena yang menjemput selalu mamanya. Entahlah.

Saya bayangkan saja di rumah saya. Suami saya sering mengucapkan kalimat yang ditujukan kepada saya paling tidak sehari 3 kali seperti minum obat:

  • "Mama, aku mencintaimu."
  • "Mama, aku rindu padamu."
  • "Maaf, aku mengganggumu."
  • "Bolehkah aku pinjam punyamu?"

Dampaknya bagus, karena anak-anak juga ikut seperti burung Kakaktua yang dilatih. Mereka suka mengeluarkan kalimat serupa kepada saya. Bukankah itu indah?

Sebaliknya, akan seperti di neraka jika anak-anak banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Bayangkan saja seperti Tom (2 tahun) yang baru saja bangun tidur dari tidur siang di taman kanak-kanak. Mungkin karena masih hayub-hayuban dari bangun tidur, ia mengumpat temannya yang mengganggu dengan berteriak "Sh*t."

Sebagai guru anak-anak yang berpikiran bahwa kata itu hanya diteriakkan orang dewasa, tentu saja kaget. Di kelas, mana ada guru yang berani mengajarkan kata itu? Bisa dipecat langsung tanpa pesangon.

Kami menduga, ia sering mendengarnya dari rumah atau tempat di mana ia sering berada. Dari orang yang lebih tua atau lebih dewasa dari si Tom.

Tom sendiri ketika ditanya apa arti kata itu, dia menjawab tidak tahu. Ketika dinasihati gurunya untuk tidak mengulanginya, ia mengangguk.

***

Kecil-kecil anak, kalau sudah besar menjadi onak. Hanya saja kita sebagai orang tua atau guru harus ingat bahwa setiap anak dilahirkan bagai selembar kertas putih yang siap dioret-oret oleh kita. Kalau gambar di atas kertas itu bagus, bukan berarti karena kita sebagai orang tua atau guru, pandai melukis. Itu dikarenakan ada dukungan, stimulan atau impuls dari kita pada si anak. Sama saja jika yang terjadi adalah sebaliknya. Jika ada kesalahan yang terjadi, bukankah orang dewasa yang ada di sekitarnya turut bertanggung-jawab?

Makanya, hati-hati jika kita sedang marah dan mengeluarkan kata atau kalimat yang tidak seharusnya didengar atau diproduksi oleh anak-anak di masa mendatang. Contohnya jangan mudah menyebut nama anggota kebun binatang di depan anak. Berikan hak pada mereka untuk mendengar, mengulang, mengatakan yang indah dan bagus saja karena jadi terbiasa. Supaya mereka tahu bahwa surga tidak hanya ada di langit sana tapi juga di dunia ini. Eaaaaaa. Happy weekend, everyone! (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun