Dear Sasha,
Sa, kamu sudah baikan?
Aku tahu, tanah kubur suamimu belum juga kering.
Aku tahu, jatuhan air matamu menampakkan duka yang belum juga sirna.
Aku tahu, perih di hatimu belum pula lekang oleh hari. Kehilangan separoh jiwa itu bagai terbang dengan satu sayap ke angkasa.
Aku tahu kamu lelah lahir-batin, Sa.
Tapi Sa, aku ingat pesan ibuku. Bahwa orang yang meninggal itu akan tetap di hati kita meskipun jiwa dan raganya telah tiada.
Tak perlu menyalahkan diri, ketika kalian bersikeras jalan-jalan selama pandemi, lalu suamimu terpapar hingga meregang nyawa...
Legakan dirimu saat ini. Aku merasakan keadaanmu seperti jatuh tertimpa tangga ketika banjir baru saja melanda kampungmu, meluluhlantakkan harta benda dari keringat yang belum juga kering. Yang hilang, biarlah pergi. Tak ada yang kekal abadi di dunia ini.
Doaku selalu bersamamu, supaya bencana segera berlalu dan kau ceria seperti yang kukenal dari dulu.
Sa, aku masih ingat kalimatmu "Aku ingin mengunjungimu, mbak. Menikmati indahnya Eropa yang seperti negeri dongeng."