Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Sebab Mengapa Jika Melihat Kecelakaan di Jalan Bisa Kena Hukuman

29 Januari 2021   20:56 Diperbarui: 30 Januari 2021   10:18 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh 🎄Merry Christmas 🎄 dari Pixabay 

Pagi itu, waktunya berangkat kerja. Hari itu sungguh menakutkan. Pertama karena mobil saya rusak, motornya bocor dan harus menyetir mobil suami. Namanya bukan mobil sendiri, rasanya nggak nyaman untuk dikendarai ketimbang mobil sendiri.

Untuk naik kendaraan umum, tidak semudah seperti di Indonesia, yang tinggal klik atau tinggal melambai, sudah bisa ikut. Di sini, mimpi, karena saya tinggal di daerah pegunungan alias pelosok.

Kedua, karena cuaca buruk. Namanya musim dingin, hawa tidak hanya minus, langit gelap tapi juga jalanan licin. Makanya saya mengendarai dengan hati-hati. Kalau biasanya 100 kmh, saya kurangi. Biar lambat, asal selamat lah.

Jangan asal menyalip mobil orang

Dari sehari sebelumnya, saya sudah merengek pada suami supaya diantar-jemput saja. Apalagi mobil nanti hanya 8 jam parkir. Sayang suami ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda, saya harus berangkat sendiri. Entah ada perasaan nggak enak saja sampai saya minta bantuan. Ya, sudahlah, jadinya berangkat sendiri. Pada akhir cerita nanti, saya jadi tahu mengapa bisa begitu.

Keluar dari batas wilayah, saya melihat ada tiga kendaraan. Pertama sebuah truk troli 2 gerbong, satu mobil box putih dan satu SUV warna abu-abu gelap. Dua mobil di depan saya itu sepertinya ingin cepat-cepat sampai. Mungkin saja mereka takut terlambat atau pengen pipis.

Yang jelas, saya sudah khawatir, mengapa mereka tidak pelan-pelan saja menyetirnya? Hati saya tambah kacau melihat gelagat mobil box putih menyalip truk gandeng dari kanan ke kiri, dan disusul mobil kedua. Apa cukup waktu? Bukankah truk terlalu panjang. Kalau satu truk saja bahaya apalagi ini ibaratnya dua truk? Yang balapan biasa saja, sayanya yang dag-dig-dug-der.

Dan benarlah, begitu mobil putih kembali ke jalur kanan dan mobil kedua masih di sebelah kiri, tidak melihat datangnya mobil dari arah berlawanan di sisi kiri. Terjadilah kecelakaan frontal. SUV bagian hidungnya hilang dan terperosok ke ladang di sisi kiri jalan. Begitu pula mobil yang dari arah berlawanan.

Melihat kecelakaan? Laporkan!

Truk berhenti. Mobil dari arah lain juga berhenti. Pertolongan pun segera diberikan. Saya menelpon suami saya supaya datang dan memberi bantuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun