Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Beda Indonesia dan Jerman dalam Mengutamakan Orang yang Divaksin

19 Januari 2021   01:22 Diperbarui: 22 Januari 2021   00:59 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksin corona. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Hari sudah malam, pukul 20.00 CET waktunya rehat dari semua kegiatan. Anak-anak kami memang sudah ABG tapi adalah sebuah ritual untuk mengirim mereka ke kamar tidur. 

Dimulai ritual membaca buku satu bab sendiri lalu saya akan memberi pelajaran Bahasa Indonesia, lalu sedikit curhat ini-itu, baru berdoa dan mencium mereka satu persatu sebelum saya turun ke lantai dua.

Di sofa, sudah nongkrong suami saya. Biasa, minta ditemani nonton TV. Katanya selalu, "Waktumu untukku kapan? Sekarang, ya?" Begitu-begitu terus. Saya biasanya ngakak karena melihat dapur belum bersih, ruang tamu masih berantakan. Lah ... Biasanya saya minta waktu 15 menit untuk membereskannya. Iya, bekerja secepat kilat menyambar pohon. "Zack-zack."

Saat menonton TV bersama, ada laporan dari Indonesia tentang bagaimana negara kita ini memiliki sistem yang berbeda dibanding Jerman, negara yang dikenal maju, cepat, modern, canggih, disiplin dan entah apalagi yang ter-ter. Tapi benarkah demikian? Bisa iya, bisa tidak, tergantung darimana kita memandang dan dengan konteks apa.

Vaksin untuk usia produktif di Indonesia

Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk 250 juta dan kira-kira 85% penduduknya adalah beragama Islam. Terkadang, masalah vaksin menjadi pro dan kontra. Contohnya pertanyaan orang, apakah vaksin dijamin kehalalannya atau tidak.

Dan adalah presiden Jokowi. Presiden yang menurut saya sangat luar biasa milik Indonesia setelah presiden Soekarno ini telah menjadi relawan pertama untuk divaksin sinovac dari Biotech demi mencegah tertular virus Covid19 (sampai 65,3 %), yang bandel dan jahat menyerang seluruh dunia ini. 

Tepatnya di istana negara pada tanggal 13 Januari 2021 pukul 10 pagi, pelaksanaanya ditayangkan secara meluas di seluruh media cetak dan elektronik. Ini contoh yang bagus karena kan follower beliau banyak. 

Jadinya tidak ada alasan kuat bagi warganegara pengikut setia untuk tak meneruskan apa yang telah beliau lakukan. Kalau presidennya saja berani, mosok warganegaranya enggak? Bukankah fatwa halal dari MUI sudah turun?

Yang disorot media Jerman adalah tentang siapa dulu yang didahulukan untuk disuntik vaksin. Selain mengingat ketersediaan stok vaksin, tentu ada beberapa hal yang dipikirkan negara RI. 

Ibu saya dalam telepon menceritakan bahwa Indonesia mengutamakan warga yang berumur 18-59 tahun. Untuk itu, saya berpesan kepada ibu untuk tetap menjaga kesehatan lahir dan batin serta menjaga jarak dengan orang lain. Doa saya selalu untuk idola nomor satu di dunia ini. Love and miss you, mom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun