Dalam sebuah zoom yang diadakan oleh sebuah universitas PGRI di Semarang, moderator mengulas daftar riwayat hidup saya, sebelum saya menyampaikan materi tentang "Read your book, catch your dream."
Dalam CV itu, tertulis idola saya adalah ibu dan bapak. Mereka berdua, sosok-sosok penting yang ada di dalam hidup saya, dari cikal bakal itulah saya menjadi seperti sekarang.
Lebih lanjut, moderator yang kuliah S2 di Yogya itu menganggap bahwa meskipun sudah jauh dari orang tua tapi saya tetap menganggap orang tua sebagai idola dan terbukti secara tertulis. Baginya, itu sesuatu. Menurut saya, wajar kalau anak mengidolakan orang tuanya. Jika mengidolakan tetangga, pasti ada yang salah dalam keluarga.
Mengapa tidak mengidolakan bapak-ibu sendiri?
Banyak hal-hal baik yang diajarkan ibu dan bapak saya selama masih serumah. Seperti percakapan kami tempo hari.
"Kamu kecil tapi galak dan kenceng suaranya kayak bapakmu." Seru suami saya sambil meringis.
"Iya, tapi aku bisa memimpin orang dan berbicara di depan publik seperti bapak. Artinya ada teladan yang menurun padaku." Lidah saya menjulur.
"Uh-uh." Lelaki saya mengangguk sembari mencoba berpikir ulang kebenaran apa yang saya katakan.
"Kalau aku rajin, aku meniru ibu." Bangga saya meyakinkan suami, dari mana asalnya tingkat kerajinan saya, yang membuatnya heran sekaligus kagum. Itu hal yang tidak ia pelajari dari papa-mamanya. Ia ketinggalan kereta.
Dari obrolan di atas, artinya kami tahu air cucuran atap jatuhnya bisa ke pelimbahan juga. Dari orang tua, kita akan belajar banyak hal dan meneruskan hingga ke masa depan. Percayalah.
Ibu, nomor satu