Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saya Baru Tahu, Jinsu Sayang Baby

21 September 2020   22:59 Diperbarui: 21 September 2020   23:41 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nah, ada seorang anak umur 1 tahun yang belum bisa berjalan yang dimasukkan orang tuanya ke TK kecil. Namanya Luciano. Badannya segar berisi, wajahnya selalu ceria, matanya bulat. Melihatnya seperti diterpa angin surga, seger.

Nah, karena tiga guru kelas sedang repot memegang atau menemani anak-anak baru, saya pegang Luciano yang meskipun berat tapi banyak yang rebutan ingin menggendong. Salah satunya adalah saya.

Ketika saya membawa Luciano ke kebun, seperti biasa, mata Jinsu seperti elang melihat tikus. Hap, dia berteriak dan berada di depan saya.

Ia tertegun. Saya tidak sendiri, ada bayi di pinggang saya. Lalu saya perkenalkan Luciano pada Jinsu. Mata Jinsu mengamati detil bayi. Mulutnya menganga, terpana sekali dengan pemandangan yang ada di matanya. Buntutnya, Jinsu selalu mengikuti kemana saja kami melangkah. Ah, lucu.

Sampai suatu detik saya mengambil tisu supaya mengelap ingus seorang anak yang lain. Saya minta Jinsu untuk menjaga Luciano selama saya pergi ke seberang. Saya ingin, ia seperti kakak yang menjaga adik.

Dari jauh, saya mengawasi dari kotak tissue. Saya mau ngakak, betapa Jinsu sangat menyayangi si bayi.  Dielus-elus, dipeluk.

"Tapi jangan kenceng-kenceng, ya?" Pesan saya saat kembali, "Bayi masih kecil, mungkin saja ia tidak suka diperlakukan begitu atau kesakitan karena terlalu kenceng dipeluk."

***

Dari cerita Jinsu ini, saya jadi berpikir, bahwa seperti kata pepatah Jerman "Um ein Kind zu erziehen, brauchen wir den ganzen Dorf" atau  untuk mendidik seorang anak, butuh seluruh desa untuk berpartisipasi demi kesuksesan pendidikannya.

Jika pendidikan anak-anak yang dititipkan di sebuah TK itu hanya dipasrahkan kepada guru TK tetapi di rumah tidak dididik, tidak diatur, tidak dinasehati, pendidikan di TK oleh para guru akan sia-sia. Selain guru dan orang tua, masyarakat dan pemerintah harus punya andil besar pada pendidikan si anak. Semua harus lurus, jangan belak-belok. 

Jika anak-anak di TK banyak dikenalkan pada aturan, nilai dan norma tapi di rumah seperti raja, apa yang sudah diberikan guru tidak akan diresap dengan baik dan benar alias rancu. Kompasianer setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun