Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Cara Menjaga Budaya Nusantara di Mancanegara?

6 Agustus 2020   18:06 Diperbarui: 6 Agustus 2020   17:59 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau dibilang gampang-gampang sulit untuk menjaga budaya nusantara di manca negara. Mengapa? Karena berada di luar negeri itu kondisinya serba beda, situasinya kurang mendukung atau bukankah negeri lain punya tata cara dan budaya yang lain dengan milik kita yang orang Indonesia?

Pendidikan budaya nusantara berasal dari rumah

Coba saja, deh simak cerita berikut:

Sebuah keluarga campuran Indonesia-Jerman berkunjung ke keluarga campuran Indonesia-Jerman lain. Ketika tiba di tempat, sang anak menyerahkan oleh-oleh dengan tangan kiri kepada si empunya rumah. Ibunda si anak kaget dan menganjurkan untuk mengulanginya dengan menggunakan tangan kanan.

"Lho, pakai tangan kanan, nak. Kan orang Indonesia begitu?"

Benar. Tangan kanan dianggap sebagai tangan yang lebih manis daripada tangan kiri oleh mayoritas orang Indonesia, untuk memberikan sesuatu kepada orang lain. Kata lainnya, lebih sopan, lah. Meskipun demikian, saya lihat tangan kanan juga biasa untuk menampar atau memukul orang, bukan? Artinya, belum tentu untuk tindakan sopan melainkan hukuman.

Di lain sisi, orang tua saya dulu selalu mengajarkan bahwa tangan kiri hanya pantas untuk (maaf) cebok. "Pakailah selalu tangan kanan."

Apakah benar begitu?

Barangkali saja tidak. Si anak yang lahir dan besar di Jerman, protes:

"Aku ini kidal. Kalau semua hal aku lakukan dengan tangan kiri, masak aku harus pakai tangan kanan?"

Saya tidak menyangka bahwa jawaban anak spontan seperti itu. Argumen yang membuat saya pertama jadi sadar, bahwa apa yang dikatakan si anak betul. Kedua, berani juga si anak sakkecap balas sakkecap. Atau jika orang tua mengatakan sesuatu dibalas dengan cepat bak kuntul menyambar tikus di ladang. Di lingkungan kami dulu di Semarang, tidak boleh begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun