Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Manfaat Rambut Panjang Kita bagi Penderita Kanker

30 Maret 2020   15:38 Diperbarui: 31 Maret 2020   01:20 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi rambut panjang (shutterstock)

Kata orang, rambut adalah mahkota wanita. Bagi orang Jawa, didikan orangtua saya sangat merasuk jiwa. Anak perempuan harus punya rambut panjang. Nggak heran kalau dari kecil sampai menikah, rambut saya selalu panjang. 

Sangat jarang sekali saya terlihat berambut pendek. Begitu pula dengan anak-anak kami. Semua anak perempuan, rambutnya panjang, meski nggak harus hitam.

Kebanyakan wanita Jerman di lingkungan saya yang saya kenal, memiliki rambut minimalis. Jarang sekali yang punya rambut melebihi pundak. Kata mereka selain lebih modern, aktivitas lebih mudah serta perawatannya simpel dan cepat. Itu mengikuti zaman.

Begitulah, seiring dengan bertambahnya usia, saya merasa bahwa tradisi itu bagus dilestarikan namun harus melihat kondisi. Jika rusak dan rontok, lebih baik tidak terlalu panjang sajalah. Lho, maksudnya? 

Syarat: rambut minimal 30 cm (dok.Gana)
Syarat: rambut minimal 30 cm (dok.Gana)
Rambut Panjang dipotong Karena Kamu, Iya Kamu!

"Buk, rambutmu ada di mana-mana. Semua nyebar di seluruh rumah. Di kasur, di lantai, di piring, di makanan, bahkan pernah lho, sampai di dalam celana dalamku. Tahu kamu? Kemarin pantatku gatal, setelah kugaruk, aku menarik sesuatu dari sana. Rambut hitam dan panjang! Di rumah ini semua rambutnya coklat, siapa lagi kalau bukan dari rambut kamu. Ini apalagi, bikin saluran air mampet. Lubang di shower, bathtub. Kamu lebih parah dari kucing." Suami bersungut-sungut. Ia membuka saringan di shower. Dari sana ditariknya rambut hitam nan panjang yang basah kuyup dan bau. "Srrrrrrrtttttt."

"Ihhhh, bapak. Tegaaaaa. Kalo aku bikin kotor, bisa bersihin. Kalau rambut kucing di mana-mana siapa yang bersihin coba? Kuching? Aku juga kan?" Kalimatnya seperti sambitan sepasang sandal. Saya berusaha membeli diri. Lah masa dibandingkan dengan kucing. Saya ini kann Cleopatra, ratu rumah tangga!

Saya jengkel kwadrat tapi nggak ada kata maaf dari saya, suami melarikan diri ke ruang bawah tanah. Saya pun sendiri di lantai satu. Anak-anak ada di lantai dua, sedang membuat PR. Mereka nggak tahu kalau kami baru saja bersitegang gara-gara rambut. Halahhhhh.

Meski kesal, saya mikir. Betul juga, ya. Kalau rambut saya rontok dan nyebar di mana-mana, selain nggak higienis, juga nggak asyik dilihat mata. Ini rumah apa peternakan jerami? Hehehe...

Solusi segera nyungsang di kepala. Rambut panjang harus dipotong! Selain untuk menyenangkan suami, waktu merawat rambut tidak begitu lama. 

Setelah mencuci rambut, rambut yang basah segera saya potong. Kres-kres-kresssss. Semua saya jadikan satu dengan karet. Lumayan, kira-kira panjangnya 35 cm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun