Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Hamsterkauf", Aksi Borong Sembako di Jerman akibat Corona

9 Maret 2020   21:35 Diperbarui: 9 Maret 2020   21:47 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tepung terigu, stok habisss (dok.Gana)

Sebuah iklan di Intagram menceritakan tentang kepanikan Bambang yang memakai masker dan memborong barang belanjaan di sebuah toko. OMG, panic buying, kata orang Indonesia.

Buntutnya, si bu bos menasehatinya panjang lebar bahwa untuk menghadapi isu corona yang merebak sedunia, sebenarnya bukan dengan cara begitu. Begitu pula dengan Masker, hanya dipakai jika sakit saja. 

Sehat tidak perlu memakai masker lantaran virus akan tertular dari si sakit yang memuntahkan ingus dari hidung atau mulut. Yang sakit juga harus tahu diri, dengan masker dan tata cara bersin atau batuk.

Kemudian sering mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir selama 20 detik tidak boleh lupa. Jika perlu atau jika ada dengan cairan antiseptik. Jangan sering memegang wajah, hidung, mulut juga perlu diperhatikan. 

Berjabat tangan bisa diganti dengan salam tik-tok, salam alay, salam Kungfu master atau sejenisnya yang tak perlu menyentuh tangan orang (yang barangkali penuh bakteri dan virus. Cara yang sama sudah diperlihatkan pak Jokowi dalam akun beliau.

Tepung, mana tepung? (dok.Gana)
Tepung, mana tepung? (dok.Gana)
Beras juga kosong (dok.Gana)
Beras juga kosong (dok.Gana)
Mie banyak yang kosong (dok.Gana)
Mie banyak yang kosong (dok.Gana)
Hamsterkaeuf di Jerman Bukan Isapan Jempol

Saya sempat tersenyum melihat kelakuan Bambang yang kalap belanja karena isu Corona di tanah air. Belakangan, saya nggak bisa tersenyum karena baru tahu kalau itu adalah hal yang lumrah di dunia. Hal yang sama rupanya juga terjadi di tempat saya mengadu nasib, Jerman.

Dengan label masyarakat barat yang lebih modern, lebih maju, lebih canggih, lebih top, lebih disiplin, lebih tertib, lebih kaya dan entah lebih apa lagi, rupanya panic buying atau memborong sembako demi kenyamanan hidup akibat sebuah isu penyakit, juga terjadi di Jerman. Manusiawi.

Ceritanya, seorang murid bahasa Inggris di VHS cerita bahwa mereka mau belanja sembako di toko filial "Lidl", nggak dapat apa-apa. Semua kosong. Bahkan makanan di dalam dos juga disikat. Toko kosong melompong.

Saya heran. Masak, sih, sampai segitunya? Survey membuktikan; pada hari Sabtu, 7 Maret 2020, seperti biasa kami belanja kebutuhan sehari-hari. Memang sengaja selalu belanja hanya seminggu sekali sembako dan kebutuhan sehari-hari demi hemat transportasi, memakan apa yang ada di rumah dan tentu biar tempat penyimpanannya muat, sekaligus rekreasi.  Meski ada Speisekammer-gudang makanan atau Gefreiertruhe-lemari es besar untuk makanan beku, tetap saja ada batasan jumlah yang bisa disimpan.

Swalayan pilihan saya adalah "Kaufland" karena memiliki semboyan "..fr alle, hier sind wir richtig" atau "... untuk semua, di sini adalah tempat yang paling tepat untuk berbelanja. Iya, semua adaaaa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun