Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Main Ski Tanpa Batas di Chamonix, Mont Blanc, Prancis

15 Januari 2020   13:47 Diperbarui: 18 Januari 2020   15:11 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Main Ski Tanpa Batas di Chamonix, Mont Blanc, Perancis (dok.Gana)

Yah. Setiba di Chamonix sudah gelap, nggak bisa main ski. Kami berencana main ski pada pagi harinya saja. Malam kami lewatkan dengan jalan-jalan di sekitar penginapan.

Ramenya... jalan, toko, restoran, caf, bar, semua dipenuhi orang-orang dari berbagai belahan dunia. Bahasa yang dipakai macam-macam. Sungguh suasana menarik, multikulti.

Le Brevent, Chamonix, Fr (dok.Gana)
Le Brevent, Chamonix, Fr (dok.Gana)
Le Grand Montet, Chamonix (dok.Gana)
Le Grand Montet, Chamonix (dok.Gana)
Tak terasa, pagi merekah dan kami sudah usai makan pagi. Berbondong-bondong kami menuju "Keller" atau ruang bawah tanah tempat menyimpan perangkat ski. 

Ya ampun, baru pakai sepatunya saja sudah keringatan. Lha iya, karena sudah pakai baju berapa lapis, kan? Mulai dari pakaian dalam ski, sweater, celana ski dan jaket ski. Mana kaki nggak mau masuk-masuk. Jiah, seperti mau berangkat perang.

Untunglah, beberapa menit kemudian semua sudah siap. Kami berangkat menuju halte bis. Letaknya di sebelah kiri apartemen, kira-kira 5 menit jalan kaki. 

Untuk mencapai Le Brevent, tempat ski tujuan kami, harus pilih bus nomor 14 atau 17. Bus datang setiap 30 menit, telat  semenit alamat menunggu lama. Kaki harus cepat berjalan supaya tidak terlambat dan mata memang harus awas agar tidak tertinggal.

Uji nyali naik lift dan ketinggian (dok.Gana)
Uji nyali naik lift dan ketinggian (dok.Gana)
Yang tua, keladi
Selama menunggu di halte, dingin dihalau suasana nano-nano. Betapa Tuhan menciptakan manusia dengan beragam rupa dan asa.

"Bapak mau ke mana?" tanya seorang perempuan di halte bus itu.
"Mau main ski" Si kakek menunjukkan perangkat ski yang bersandar di papan jadwal bus.
"Hah, ski? Bapak umurnya berapa?" mata lawan bicaranya membesar, seakan tak percaya apa yang baru saja didengar.

"70" Si pria dengan mantab menjawab. Di Eropa orang belum merasa tua meski sudah pensiun. Baru nanti kalau sudah umuran 80-90 tahun, merasa jadi lansia. Beda, ya, dengan di tanah air Indonesia.

"Hah, 70? Nggak takut patah tulang, pak? Saya saja yang yang masih muda sudah takut dengkul saya copot kalau main ski, makanya saya pilih jalan-jalan." Si ibu lagi-lagi keheranan.

"Nggak, ini juga lagi belajar." Dengan tenang si bapak jujur.
"Hah, belajar? Bapak memang belum bisa main ski?" Si ibu makin heran.
"Belum, kan ini baru mau berangkat kursus ski."

Indah (dok.Gana)
Indah (dok.Gana)
Si ibu berkali-kali menggelengkan kepala. Hebat benar, ada orang semangat belajar main ski di usia senja. Contoh yang baik bagi siapa saja yang ingin belajar main ski. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik. Mau bisa ski? Ayo belajar, sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun