Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sorong, Pintu Masuk Raja Ampat

28 Agustus 2019   19:13 Diperbarui: 28 Agustus 2019   20:06 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manisnya, ada keuntungan yang kami dapatkan di resto, yaitu diskon Agustusan. Dari tanggal 1-31 Agustus 2019, ada 25% diskon dari total pembelian makanan dan minuman yang dipesan. Tentu saja dengan ketentuan khusus, misalnya dengan mengirim whatsapp ke nomor kedai dan pembelian lebih dari Rp 100.000,00.

Patung Buddha dan VIhara (dok.Gana)
Patung Buddha dan VIhara (dok.Gana)
Tambur merah (dok.Gana)
Tambur merah (dok.Gana)
Sunset (dok.Gana)
Sunset (dok.Gana)
Vihara Buddha Jayanti -- Fo Xing Chan Si

Paginya habis sarapan di hotel, kami jalan-jalan lagi. Sengaja kami jadwalkan untuk dua hari singgah di sana supaya tahu sisi kehidupan Sorong. Naik transportasi umum yang nggak ada haltenya alias bisa melambaikan tangan kapan saja dan mobil berhenti mengangkut penumpang adalah sesuatu. Di Jerman nggak bakalan ada yang seperti itu, semua teratur, rapi sekali.

Tujuan kami waktu itu ke kota lalu terakhir adalah pagoda. Vihara Buddha Jayanti yang sekilas melihat di internet, mengingatkan akan vihara Watu Gong di Semarang. Tempatnya juga ada di dataran tinggi, sehingga dari kota terlihat puncaknya, mempermudah kami untuk menemukannya.

Ancer-ancer yang ditulis traveler dari Jerman untuk menemukan vihara adalah jalan masuknya di seberang sebuah masjid sebelah SD Al Jihad. Terbukti!

Dari mulut gang di jalan raya itu, masuknya naik sekitar 3-5 menit. Kami disambut pelayan toko yang juga penyedia tiket masuk vihara. Kami bertukar kertas. Dia dengan 4 tiket, kami dengan lembaran puluhan ribu rupiah.

Tak sabar menilik isi vihara. Alamak, jauh dari harapan bahwa vihara masih buka. Sedih karena vihara digembok, kami pun naik ke atas melalui tangga di sebelah kanan. Di sana ada vihara satu lagi, di sebelah tambur suci dharma. Bedug berwarna merah yang bagian depannya kulitnya robek. Vihara itu juga terkunci seperti yang ada di bawah sana. 

Lewat jeruji pintu besi, saya amati meja bertaplak kuning emas dengan patung budha dan Dewi Kwan In (?), lilin menyala di sana-sini. Kami mendatangi sebuah bokor emas dengan pasir yang ditusuki lidi beraroma. Sebentar kemudian, kaki kami ke arah depan kanan. Tebaran warna oranye dari cahaya matahari terbenam mengajak kami untuk melihat lebih dekat. Aduh, cantik dengan tumbuh-tumbuhan hijau dan lautan di seberang sana.

Matahari? Jadi ingat bahwa dari Makassar, kami harus menambahkan satu jam. Kalau jam 2 berarti sudah jam 3, demikian seterusnya.

***

Demikian beberapa gambaran spot yang kami temukan selama tinggal di Sorong. Mungkin saja menjawab keingintahuan Kompasianer yang ingin jalan-jalan ke Papua. Ke Sorong lihat apa? Butuh menginap di sana 1-2 hari atau langsung dari Sorong ke Raja Ampat saja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun