Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Monumen Perang Dunia di Polandia

17 April 2018   20:39 Diperbarui: 17 April 2018   22:32 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Booom" Suriah, Jumat pagi 13 April 2018. Seratus rudal dilempar sengaja oleh Amerika Serikat dan sekutunya ke sana. Membayangkan betapa kehancuran sangat menyakitkan. Nggak hanya materi tapi nyawa taruhannya. Reruntuhan berserakan, darah berceceran di mana-mana, tangisan meraung-raung seharian, kematian menjemput, berita kehilangan di sana-sini. Kita bisa apa?

Sehari sebelumnya, TV dalam dan luar negeri menayangkan bagaimana serangan gas beracun di Suriah mengakibatkan korban yang diantaranya, anak-anak. Hidung wajah-wajah imut tak berdosa yang ditutup masker oksigen, demi menyambung nyawa.

Apakah perang dunia I dan II kurang cukup untuk memberi pelajaran pada manusia bahwa perang, apapun tujuannya sangat berdampak buruk secara lahirah dan batiniah di dunia? Belum kering air mata, belum hilang trauma dari perang sebelumnya, jangan ada perang dunia III. Oh, no. Stop it!

Monumen Westerplatte, Polandia (dok.Gana)
Monumen Westerplatte, Polandia (dok.Gana)
Monumen Westerplatte, Gdansk, Polandia

Di hari yang sama, barisan anak SD didampingi seorang guru tampak meninggalkan kami menuju ke arah pantai. 

Di sebuah rel kereta, seorang pria berbaju tentara Polandia, tengah memberitahu bagaimana kereta itu digunakan pada jaman dulu. Jungkat-jungkit tangan para lansia di sana. Ah, langkah kami terhenti, mengamati gerakan yang menarik di depan mata. 

"Mau coba?" Tanya si bapak pada saya. Kaki saya memang mendekat ketika para turis sudah turun dari kereta. Kepala melongok ke dalam kereta. Saya ingin melihat dari dekat. Ah, dasar selalu ingin tahu secara detil dan tentu ... gara-gara nggak bawa kacamata!

"Anak-anak mau?" Badan saya berbalik, mengarah pada anak-anak yang seolah malu campur takut naik kereta sama tentara.

Bagai mengucap mantra, saya motivasi mereka untuk ikut karena kesempatan emas nggak bakalan datang dua kali. Akhirnya, horeee ... semua ikut. Bapaknya juga nebeng. Dua pegang kemudi belakang dan satu pegang kemudi depan, saya motret dan bikin video. Seru. Hanya sebentar memang tetapi kenangan yang tak terlupakan. 

Naik kereta gratis (dok.Gana)
Naik kereta gratis (dok.Gana)
Garis pantai saksi bisu (dok.Gana)
Garis pantai saksi bisu (dok.Gana)
Setelahnya, kami menuju pantai. Di garis itulah Jerman menyerang Polandia. Melepas bom pada tanggal 1 September 1939. Di garis itulah ceceran darah tentara mewarnai air laut. Pertempuran yang menyisakan mayat para tentara, berserakan di mana-mana. Sekarang? Deburan ombak, batu-batu dan pasir yang setia jadi saksi abadi. Indahnya dunia ketika damai ada di dada ini.

Puas ditampar angin pantai yang masih dingin, kami mengikuti jalan setapak menuju sisa bunker-bunker tempat menyimpan amunisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun