Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jumlah Ibu RT di Jerman Terlalu Banyak, Bagaimana di Indonesia?

9 September 2016   04:59 Diperbarui: 9 September 2016   08:59 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu rumah tangga| Sumber: Digitalcups.com

Hari rabu ini antar anak-anak ke kebun binatang. Nyenengin anak. Setelah selesai, makan dan cek internet. Rupanya di tag sama Kompasianer Johanis Malingkas "inilah Kompasianer Berbagi." Sungguh tulisan yang indah karena di sana saya ikut dicolek sebagai satu dari nama kompasianer yang BERBAGI. Seperti komentar saya di artikel itu, semoga Tuhan membalas kebaikannya dan ikut menginspirasi ibu rumah tangga Indonesia di seluruh dunia.

Bagaimana dengan ibu rumah tangga Jerman? Mereka juga ikut menginspirasi saya. Model ibu RT Jerman sama Indonesia itu bedaaaa.... Di Indonesia, masih banyak yang ibu RT tapi punya pembantu (bahkan ada yang lebih dari satu, selain murah prestige kali ya). Sedangkan di Jerman, semua dikerjakan sendiri. Pernah kapan itu ada temen bilang ke saya;

"Aduhhh repot ya, jadi ibu rumah tangga. Mana anak saya banyak. Anter les ini itu, antar jemput ... Badan rasanya remuk." Wanita beranak empat itu curhat.

"Terus yang ngerjain kerjaan rumah siapa?" Merasa senasib jadi ibu RT yang anaknya banyak, saya ingin tahu juga bagaimana ia menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, selain mengerjakan semua yang ia sebutkan tadi.

"Ya, mbak Iyah yang cuci sama setrika, Bu Surati yang masak. Semua datang pagi pulang sore. Cuma mbak Nah yang bersih-bersih rumah aja yang nginep pulang lebaran."

Saya melongo. Kuat wanita Jerman dong, semua dipanggul sendiri.

Jumlah Ibu RT di Jerman Meledak.

Menurut data dari PBB tahun 2013, jumlah wanita Jerman lebih banyak dari pria.  Begitu pula yang ditulis media Spiegel tahun 2016. Rupanya itu pula kenyataan di Jerman bahwa jumlah wanita lebih banyak dari pria. Makin rempong lagi karena jumlah sebesar itu bukan tenaga kerja aktif dibanding pria. Banyak wanita memilih jadi Hausfrauen, ibu RT ketimbang bekerja. Masih ada image, suami works out istri works in. Pekerjaan di rumah yang dipikul sendiri tadi sudah menyita waktu, tenaga dan energi. Mana bisa kerja di luar rumah? Mana kerjaan rumah itu ya, nggak ada habisnyaaaaaa. Tolongggg, deh.

Keputusan untuk  kembali bekerja biasanya muncul ketika anak sudah masuk sekolah, di mana ibu RT memanfaatkan waktu dari pagi sampai waktu makan siang bekerja dan kembali ke rumah untuk mengurus kembali semuanya usai makan siang. Iya, membantu PR anak, memasak, mencuci, menyetrika, mengurus kebun, mengantar anak les, belanja, merapikan rumah. All in. Dikerjakan sendiri. Semuanya. Bahkan ketika ada kerjaan renovasi rumah di rumah, istri juga nggak segen bantu. Nggak takut kukunya patah, nggak jijik kalau tangan penuh bercak cat, dan masih banyak lagi.

Keinginan untuk kerja full time kadang tidak mudah karena siapa yang mengurus anak, jika dititipkan di Kinderbetreeung mahal? Di daerah saya paling tidak satu anak sebulan 200€. Tinggal kalikan berapa anak yang dimiliki. Kalau saya punya anak tiga, 600€. Berarti dengan gaji 1500€, saya hanya berpenghasilan bersih 900€. Meskipun sebenarnya jika ada pos titip anak, akan diperhitungkan dalam pajak, ada uang kembali dari negara (bisa dihitung sendiri bisa dengan ahli pajak).

Sekali lagi, tujuan wanita bekerja kan beda-beda. Kebanyakam wanita Jerman yang saya kenal, mereka mementingkan masa kecil anak agar dekat sama orang tuanya. Kalau sudah besar, dilepas-passss...

Oh ya, pada Tahun 2011, Jerman sudah dikritik EU karena termasuk satu dari beberapa negara EU (seperti Belanda dan Austria) yang grafik jumlah ibu RT-nya tinggi. Maksud EU, agar Jerman meniru EU bagian utara yang wanitanya lebih aktif sebagai angkatan kerja potensial.

Dikatakan tahun itu jumlah ibu RT sudah merangkak ke angka 15 juta jiwa. Bagaimana dengan tahun 2016? Pasti makin banyak.

Fasilitas untuk Ibu RT di Jerman

Jerman sudah banyak menyumbang untuk solidaritas EU seperti kasus kebangkrutan Yunani. Lalu dana untuk pengungsi yang sekarang lagi marak. EU tetap berharap bahwa Jerman akan segera bertindak mengantisipasi tidak efektifnya penduduk berjenis kelamin perempuan di sektor kerja, yakni dengan banyak membuka tempat penitipan anak di seluruh penjuru Jerman.

Langkah kedua adalah mengurangi pajak bagi keluarga yang ibu RT-nya juga bekerja selain ayah. Jadi kalau bapak-ibu kerja, diharapkan ada wacana keringanan. Di Jerman ada kelas untuk pajak dari 1-5. Kalau tidak salah, suami satu saya tiga.

Langkah ketiga adalah dengan memberikan pendapatan atau gaji yang setara dengan pria, sebab sejauh ini gaji kedua jenis kelamin sangat jauh berbeda. Mengapa? Bukankah Jerman sangat terbuka dan menghormati feminis? Alasannya karena wanita hanya kerja paruh waktu atau wanita tidak banyak berkecimpung di area kerja pria. Tentu saja gajinya beda.

***

Barangkali di Indonesia, saat ini tidak ada penampakan situasi seperti di Jerman (yang disebut-sebut sebagai "im Land der Muttis"atau ini dia negara para ibu. Mutti sendiri adalah panggilan masyarakat Jerman bagi Angela Merkel, selain "Angie"), bahwa meski ada wanita memutuskan jadi ibu RT, tetap saja semakin banyak wanita Indonesia yang bercita-cita atau bekerja sehari penuh demi mencukupi kebutuhan keluarga agar tak besar pasak dari tiang atau  untuk memuaskan keinginan aktualisasi diri sebagai wanita karir.

Kompasianer wanita, ibu rumah tangga yang berbahagia, nikmati waktu bersama keluarga khususnya anak-anak selagi bisa dan tetap tunaikan hobi selagi ada waktu. Senangkan diri, jangan hanya urus dapur, kasur, sumur, tapinya, perlu diingat untuk jaga kantong. Jangan selalu papa works mama shops. Bisa bangkrut.

Meski berada di rumah, ibu rumah tangga tetap bisa cari tambahan uang dari keringat sendiri; yang pinter masak bikin katering partai semut sampai partai gajah. Yang pinter jahit bisa buka pesenan buka vermak atau terima jahitan. Yang suka nulis? Ikut blog competition dapat hadiah duit atau menulis buku!(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun