Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jumlah Ibu RT di Jerman Terlalu Banyak, Bagaimana di Indonesia?

9 September 2016   04:59 Diperbarui: 9 September 2016   08:59 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu rumah tangga| Sumber: Digitalcups.com

Oh ya, pada Tahun 2011, Jerman sudah dikritik EU karena termasuk satu dari beberapa negara EU (seperti Belanda dan Austria) yang grafik jumlah ibu RT-nya tinggi. Maksud EU, agar Jerman meniru EU bagian utara yang wanitanya lebih aktif sebagai angkatan kerja potensial.

Dikatakan tahun itu jumlah ibu RT sudah merangkak ke angka 15 juta jiwa. Bagaimana dengan tahun 2016? Pasti makin banyak.

Fasilitas untuk Ibu RT di Jerman

Jerman sudah banyak menyumbang untuk solidaritas EU seperti kasus kebangkrutan Yunani. Lalu dana untuk pengungsi yang sekarang lagi marak. EU tetap berharap bahwa Jerman akan segera bertindak mengantisipasi tidak efektifnya penduduk berjenis kelamin perempuan di sektor kerja, yakni dengan banyak membuka tempat penitipan anak di seluruh penjuru Jerman.

Langkah kedua adalah mengurangi pajak bagi keluarga yang ibu RT-nya juga bekerja selain ayah. Jadi kalau bapak-ibu kerja, diharapkan ada wacana keringanan. Di Jerman ada kelas untuk pajak dari 1-5. Kalau tidak salah, suami satu saya tiga.

Langkah ketiga adalah dengan memberikan pendapatan atau gaji yang setara dengan pria, sebab sejauh ini gaji kedua jenis kelamin sangat jauh berbeda. Mengapa? Bukankah Jerman sangat terbuka dan menghormati feminis? Alasannya karena wanita hanya kerja paruh waktu atau wanita tidak banyak berkecimpung di area kerja pria. Tentu saja gajinya beda.

***

Barangkali di Indonesia, saat ini tidak ada penampakan situasi seperti di Jerman (yang disebut-sebut sebagai "im Land der Muttis"atau ini dia negara para ibu. Mutti sendiri adalah panggilan masyarakat Jerman bagi Angela Merkel, selain "Angie"), bahwa meski ada wanita memutuskan jadi ibu RT, tetap saja semakin banyak wanita Indonesia yang bercita-cita atau bekerja sehari penuh demi mencukupi kebutuhan keluarga agar tak besar pasak dari tiang atau  untuk memuaskan keinginan aktualisasi diri sebagai wanita karir.

Kompasianer wanita, ibu rumah tangga yang berbahagia, nikmati waktu bersama keluarga khususnya anak-anak selagi bisa dan tetap tunaikan hobi selagi ada waktu. Senangkan diri, jangan hanya urus dapur, kasur, sumur, tapinya, perlu diingat untuk jaga kantong. Jangan selalu papa works mama shops. Bisa bangkrut.

Meski berada di rumah, ibu rumah tangga tetap bisa cari tambahan uang dari keringat sendiri; yang pinter masak bikin katering partai semut sampai partai gajah. Yang pinter jahit bisa buka pesenan buka vermak atau terima jahitan. Yang suka nulis? Ikut blog competition dapat hadiah duit atau menulis buku!(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun