Mohon tunggu...
Gagah P Arifianto
Gagah P Arifianto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"I disapprove of what you say, but will defend to the death your right to say it."

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ahok Lupa Siapa Ahok Sebenarnya

20 April 2017   12:24 Diperbarui: 20 April 2017   12:50 3077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: https://asiancorrespondent.com

In order for Apple to Survive, Apple needs to remember what Apple really was

(Agar Apple bisa selamat, Apple harus ingat apa sebenarnya Apple itu)

- Steve Jobs

Itulah kutipan dari CEO dan pendiri Apple yang terngiang di benak saya saat menyaksikan hasil pilkada DKI Jakarta Putaran kedua kemarin. Steve Jobs, CEO Legendaris yang bersama sahabatnya Steve Wozniak mendirikan Apple dan memulai revolusi komputer pribadi pada pertengahan dekade 70-an, mengeluarkan pernyataan tersebut saat ia ditanya oleh Walt Mossberg, seorang wartawan teknologi senior, tentang bagaimana ia bisa menyelamatkan Apple dari jurang kebangkrutan ditengah dekade 90an, saat ia kembali dipilih menjadi CEO Apple setelah sebelumnya ditendang dari perusahaan yang ia dirikan sendiri. Apple, yang saat itu  sudah dinyatakan "tamat" oleh berbagai pakar dan pengamat industri, ternyata bisa kembali lagi dan malah menjadi perusahaan yang memimpin tren dan inovasi di industri dibawah kepemimpinan Steve Jobs, sebelum ia akhirnya meninggal dunia di 2011.

Pendapat Jobs, bahwa Apple gagal karena perusahaan ini sudah lupa akan identitasnya, adalah pendapat yang sangat relevan dengan kekalahan Ahok, yang pada September tahun lalu mempunyai tingkat popularitas yang begitu tinggi sampai-sampai partai-partai oposisi kebingungan mencari kandidat untuk melawannya. Beberapa, termasuk saya malah sudah sesumbar mengatakan bahwa periode kedua kursi gubernur dipegang oleh Ahok adalah suatu keniscayaan.

Tapi tidak. Walau saya pendukung Ahok, ucapan selamat, dan topi saya angkat untuk keberanian dan ketajaman strategi dari kubu oposisi terhadap Ahok. Mereka telah berhasil menjalankan strategi politik yang menurut saya bisa dicairkan menjadi satu kalimat misi: Buat Rakyat DKI, dan Ahok sendiri, lupa siapa Ahok sebenarnya.

Apa maksud saya, dengan kalimat tersebut? Cukup simpel. Apabila anda berjalan ke pinggiran kota Jakarta, atau bertanya pada orang yang tidak begitu sadar akan politik, pertengahan tahun lalu, siapa Ahok, dan bagaimana mereka mengkarakterisasikan Ahok, mungkin anda akan mendengar kata-kata berikut: tegas, kerjanya cepat. Ceplas-ceplos. Berani. Tapi agak kasar.

Apabila anda berjalan dan menanyakan hal yang sama pada bulan lalu, kata-kata yang keluar akan lain. Kasus penistaan agama telah mempengaruhi opini masyarakat tentang Ahok, tentu, tapi menurut saya bukan ini saja faktor yang bermain dalam enam bulan terakhir.

Berikut strategi oposisi Ahok yang dijalankan selama enam bulan terakhir, dalam pandangan saya. Pertama, dan prioritas utama, adalah tidak ada yang bisa memungkiri bahwa tingkat popularitas Ahok terlalu tinggi. Strategi apapun akan gagal melawan tingkat popularitas diatas 60 persen, disemua pemilu diseluruh dunia. Karena itu mereka perlu dua hal. Pertama, mereka perlu waktu. Dua, seorang figur yang bisa paling tidak mengikis dan mengambil alih kira-kira 10 persen popularitas Ahok, dengan harapan bahwa Ahok tidak bisa mencapai angka ajaib 51%.

Dua misi ini tercapai dengan satu kandidat kuda Trojan, yaitu Agus. Kandidat yang kurang lebih hanya berfungsi sebagai mata uang yang membeli waktu bagi kubu oposisi. Saat saya mendengar kabar bahwa oposisi Ahok pecah menjadi dua, dan salah satu kandidatnya adalah anak dari mantan presiden SBY, saya sudah yakin bahwa diluar dari memecah suara pendukung Ahok dan membeli waktu, Agus juga berguna sebagai alat pengukur kemungkinan menang mereka melawan Ahok di putaran kedua. 10% adalah angka yang saya pikir ideal untuk Agus dapatkan. Apabila tingkat popularitas Ahok saat itu 60%, maka mari kita asumsikan 40% tidak akan memilih ahok. Dengan 10% suara dari Agus, maka hasilnya untuk putaran kedua adalah 50-50. Mereka punya kesempatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun