Mohon tunggu...
Vhuren D
Vhuren D Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa yang belajar menulis

Manusia biasa yang sering bercerita

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Si Nelayan Tua

13 April 2019   20:29 Diperbarui: 13 April 2019   21:12 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

seperti halnya setiap daerah, punya cerita dan kenagan, entah itu kenagan atau cerita yang baik dan buruk, yang pasti ku tahu sepanjang perjumpaan dengan setiap orang, ketika diberikan kesempatan untuk menceritakan tempat asalnya pasti dengan bangganya diceritakan, sampai mimik mukanya memerah.

Deburan ombak menghantam bibir pantai yang di penuhi pasir dan karang mati, anak-anak berlari saling kejar-kejaran, angin laut tampak tenang saat itu, si tua mulai mendorong perahunya., dari kejauhan beberapa buah perahu dengan layarnya yang kecil menghiasi permukaan laut.

Baru jarak tiga meter dari bibir pantai, perahu si tua itu di hantam ombak, tapi tak berarti apa-apa ombak itu, perahu si tua malah terus melaju. angin mulai menyapu perlahan-lahan tubuhnya, layar yang terbuat dari kain yang tak seberapa panjang dan lebarnya, kini perlahan-lahan dinaikan. inci-perinci, perahu tersebut bergerak seperti terseret angin siang itu.

Dibukanya alat pancing, kail diberi umpan, tangan si tua itu perlahan-lahan menurunkan umpan kedalam laut. matahari mulai meninggi mungkin saja si ikan sedang menunggu makan siang, terasa cukup memasukan umpan kedalam laut, si tua mulai mencari buah pinang dan siri, tak lupa si kapur, perlahan-lahan dikunyah dengan penuh nikmat, setelah kegiatan kunyah-mengunyah tampak memerah bibir si tua.

setelah beberapa menit yang dilewati, terasa berat alat pancing bertanda umpan disambar penghuni laut, tak menunggu lama umpan di tarik ke atas permukaan laut, setelah beradu kuat dengan penghuni laut, kini tampak si merah lengkap dengan sirip-siripnya, berhasil dinaikan kedalam perahu si tua itu, ukuranya sebesar telapak tangan orang dewasa.

gayahidup.republika.co.id 
gayahidup.republika.co.id 

hamparan birunya laut dan keindahan karang didasar laut, sepertinya membuat orang berlama-lama dilaut ini tanpa rasa bosan, laut dikampung kami sangat jenih airnya, bertebaran karang yang membuat seisinya begitu indah ketika diselami, tak ketinggalan  beribu-ribu spesies ikan menjadikan laut kami semakin indah dan kaya.

setelah beberapa jam berada di atas perahu yang di ombang-ambing gelombang-gelombang kecil, kini rasanya cukup hasil tangkapan yang didapat hari ini. perahu kemudian melaju ke bibir pantai dengan ayunan dari tangan si tua. mataharipun berangsur-angsur menenggelamkan dirinya bersamaan dengan perahu si tua yang mau menepi di bibir pantai.

Sore ini tampak langit begitu indah dengan warna jingganya, menamba kehangatan si nelayan dengan laut. setelah menepi dibibir pantai, si tua mulai menarik perahunya ke atas pasir agar tak terbawa gelombang, setelah agak lumayan jauh perahu tersebut dari dari paka-paka ombak, si tua mulai membereskan alat pancingnya, ikan yang di peroleh tadi dimasukan kedalam keranjang yang ukannya tak seberapa. setelah selesai membereskan alat pancing, langka kaki si tua menuntun menuju gubuk yang tak jauh dari bibir pantai, tak lupa tangan yang satunya membawa keranjang yang terisi ikan. 

dok Wipwee.com
dok Wipwee.com

ikan yang di dapat dari pancingan tadi, sebagian akan di makan dan sebagian lagi akan di jemur untuk di jual dipasar. 

Sesampainya di rumah, istri si tua menyambutnya dengan seyuman, lalu dibantu membawakan keranjang yang berisi ikan tersebut, setelah meletakan alat pancing, si tua lalu bergegas menuju sumur untuk mandi, sumur kecil itu berada di belakang gubuk tempat mereka tinggal, setelah selesai mandi, terdengar suara azan dari mushola, bergegaslah si tua memakai baju dan sarung dan menuju ke mushola.

fb-img-1492409545506-5cb1e3c23ba7f74c59046452.jpg
fb-img-1492409545506-5cb1e3c23ba7f74c59046452.jpg
Bersambung...  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun