Mohon tunggu...
Gabryella Sianturi
Gabryella Sianturi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sedang mondar-mandir di Yogyakarta

Penulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Film

Menilik Film "Shaterred Glass" lewat Kacamata Jurnalisme

15 Juli 2020   14:30 Diperbarui: 15 Juli 2020   14:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dari situ dapat dilihat juga bahwa Glass telah melanggar 9 elemen jurnalistik oleh Bill Kovach yang berbunyi, "Kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran". Fungsi utama dari seorang jurnalis adalah menyampaikan kebenaran. Fakta yang dilihat tidak sama dengan kebenaran, melainkan fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan lalu menyusunnya menjadi sebuah berita, dan berita tersebut yang akan menguak kebenaran dengan sendirinya. Sedangkan Glass, ia bahkan tidak memperoleh sumber atau fakta dari lapangan, melainkan mengaku mengambil sumber-sumber yang ada lalu mengarang dan menyusun sendiri skenario sebuah peristiwa. 

Terlihat dari perusahaan software dan pertemuan para hacker yang sebenarnya tidak pernah ada. Setelah itu, Glass juga melanggar elemen jurnalistik yang berbunyi, "Inti jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi". Elemen inilah yang membedakan jurnalisme berbeda dengan propagranda, fiksi, maupun hiburan jika jurnalis melakukan verifikasi. Glass memang memuat bermacam verifikasi seperti ia menghubungi perusahaan software dan juga mewawancarai hacker tersebut, tetapi kembali lagi, Glass tidak pernah benar-benar melakukannya. Ia hanya berimajinasi dengan sumber-sumber yang didapatnya, dan tidak mencoba memverifikasi kebenarannya dengan melakukan wawancara yang "benar adanya".

Selain itu bila dihubungkan lagi dengan konteks Indonesia, Glass telah melanggar Kode Etik Jurnalistik pasal 4 yang berbunyi, "Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul". Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Dalam hal ini, Glass sudah tahu sebelumnnya bahwa fakta-fakta atau cerita yang disajikannya adalah karangannya saja, tetapi ia memilih tetap memberitakannya. Di situ Glass telah melakukan sebuah kebohongan, di mana hal itu tidak disengaja dan memang direncanakan olehnya. Terlihat dari ia yang memanipulasi voicemail, website, kartu nama, pertemuan hacker dan makan siang bersama hacker tersebut.

Terakhir, sesuai dengan tujuan dari jurnalistik sebagai pilar keempat demokrasi di mana ia berperan sebagai watchdog atau anjing penjaga, menyuarakan suara mereka yang tidak terdengar, jelas Glass tidak melakukannya. Seperti alasannya ketika mengakui bahwa tulisannya hanyalah fiksi belaka, Glass melihat jurnalistik hanya sebagai sebuah hiburan yang berwarna. Glass tidak pernah menjadi watchdog yang sesungguhnya, ia hanya menyajikan hiburan, bukan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun